x

Sebagai orang tua atau calon orang tua yang baik harus tahu bagaimana cara mendidik anak yang baik sesuai presfektif islam

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 26 Januari 2023 13:27 WIB

Mengembangkan dan Melindungi Potensi Anak-anak

Allah sudah memberi potensi kepada anak anak kita. Kewajiban orang tua, pemerintah dan masyarakat adalah mengembangkan dan melindungi segenap potensi mereka. Baagaimana caranya? Sila baca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengembangkan dan Melindungi Potensi Anak Anak

Bambang Udoyono

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

We worry about what a child will become tomorrow, yet we forget that he is someone today.”  Kita kuatir akan jadi apa anak kita besok, namun kita lupa bahwa dia sudah jadi seseorang”.  Demikian kutipan kalimat dari penulis Irlandia Stacia Tauscher yang mengingatkan kita agar jangan terlalu kuatir dengan masa depan anak anak kita.  Saya sering mendengar keluhan orang tua yang senada.  Mereka anggap sikap dan kemampuan anak anak sekarang jauh di bawah generasinya sehingga mengkhawatirkan.  Apalagi perkembangan jaman yang menyuguhkan banyak tantangan sejak dari persaingan mencari sekolah, kerja, dekadensi moral dsb makin membuat banyak orang tua kuatir dengan masa depan anak anaknya.

 

Optimistis dengan masa depan anak

 

Stacia mengajak kita bersikap optimis.  Menurut dia anak anak kita sudah menjadi seseorang.  Saya yakin maksudnya di dalam diri anak anak sudah ada potensi.  Tugas orang tua adalah mengembangkan semua potensinya.  Kalau merujuk ke Howard Gardner, sudah ada kecerdasan yang berbeda setiap orang.  Tapi sayang, kata pakar lain seperti Einstein dan Michio Kaku, cara orang tua mengasuh bisa saja meredupkan potensi anaknya.  Maka pertanyaannya, bagaimana cara terbaik mengembangkan potensi anak?

 

Kiat kembangkan potensi anak

 

Jawaban yang serius akan panjang, tidak cukup satu artikel,  diperlukan satu buku untuk menutaskan jawabannya.   Meskipun demikian paling tidak kita bisa membahas pokok pokok terpentingnya secara singkat saja.  Mari kita lihat apa kata para pakar tentang ini.

 

Children are not things to be molded, but people to be unfolded.”   (Jess Lair)     Anak anak bukan benda yang bisa dibentuk tapi manusia yang harus diungkap (dan dikembangkan)” Jadi intinya orang tua mencari bakat dan minat anaknya lalu mengembangkannya. Orang tua jangan memaksakan kehendak kepada anaknya untuk menjalani profesi tertentu sesuai selera orang tua kalau tidak sama dengan minat anaknya.

 

Saat ini, menurut para cerdik pandai, sedang terjadi perubahan pesat dalam peradaban manusia sehingga sering disebut dengan revolusi industri keempat.  Akibatnya di dunia kerja dahsyat.  Akan ada banyak profesi yang berkurang drastis bahkan hilang.  Sebaliknya akan banyak muncul profesi yang sekarang belum ada.  Jadi susah kita membayangkannya.  Tapi ada beberapa yang bisa menjadi rujukan.    Duapuluh tahun lalu belum ada orang mencari rejeki dari Youtube.  Sekarang sudah ada orang yang jadi kaya karena menjadi vlogger.  Demikian juga influencer, bahkan buzzer.   Sebelum era reformasi belum ada pekerjaan konsultan politik.  Sekarang sudah banyak perusahaan konsultan politik. Jadi perkembangan jaman menyuguhkan banyak peluang dan tantangan. Maka tugas orang tua adalah menyiapkan anak anaknya sembari memantau perkembangan jaman untuk membantu anak anaknya mencari peluang dan menghindari resiko.

 

Melihat perkembangan pendidikan di negara maju memang mencengangkan.   Buat saya hal yang paling mencengangkan adalah fakta di Finlandia jam sekolah anak SD malah sedikit.  Sengaja mereka sediakan waktu untuk bermain karena bermain adalah kebutuhan anak agar berkembang segenap potensinya.  Ini berlawanan dengan apa yang terjadi di Indonesia.  Di sini banyak orang tua menyuruh anaknya les ini dan itu selepas sekolah sehingga waktu bermain anaknya berkurang.

Mari kita simak apa kata pakar.

 

 “If we love our children and want them to thrive, we must allow them more time and opportunity to play, not less. Yet policymakers and powerful philanthropists are continuing to push us in the opposite direction — toward more schooling, more testing, more adult direction of children, and less opportunity for free play.”   ~ Dr. Peter Gray

 

(“Kalau kita cinta anak kita dan ingin mereka berkembang, kita harus ijinkan mereka lebih banyak kesempatan dan waktu bermain.  Tapi para pembuat kebijakan dan filantropis terus menerus menekan kita ke arah sebaliknya – lebih banak bersekolah, lebih banyak ujian, lebih banyak pengarahan orang dewasa, dan kurang kesempatan bermain bebas”)

 

The activities that are the easiest, cheapest, and most fun to do – such as singing, playing games, reading, storytelling, and just talking and listening – are also the best for child development.”  (Jerome Singer)

(Kegiatan yang termudah, termurah, dan paling menyenangkan – seperti menyanyi, bermain, membaca, bercerita, dan bicara serta menyimak – adalah yang terbaik untuk perkembangan anak.)

“Play is the highest form of research” (Einstein) Bermain adalah bentuk tertinggi dari riset.

 

Peran masyarakat

 

Selain peran orang tua dan guru, diperlukan juga dukungan masyarakat agar hasilnya maksimal.  Sila simak pakar lain.

 

 “The work of education is divided between the teacher and the environment.”   (Maria Montessori)  Pekerjaan pendidikan itu dibagi antara guru dengan lingkungannya.

 

Saya ingat di Yogyakarta beberapa tahun lalu ada aturan yang diberlakukan di tingkat RT/RW agar semua warga tidak nonggo  (bertamu sembari ngobrol ngalor ngidul) selama jam belajar masyarakat antara jam 18.00 – 21.00.  Maksudnya agar orang tua mendorong dan memfasilitasi anaknya belajar pada jam itu. 

 

Selain itu gangguan juga harus dieliminasi  misalnya gerakan lgbt, ujaran kebencian, sarkasme, pornografi, pornoaksi.  Gangguan lain juga harus dihilangkan seperti  kumpul kumpul omong kosong yang tidak produkif.  Orang tua  harus memberi contoh. Sudah benar pemerintah memblokir situs porno dsb, klenik, judi dsb.

 

Kalau terjalin kerjasama terpadu antara pemerintah, guru dan orang tua maka kita semua tidak perlu kuatir dengan masa depan anak anak kita.  Setiap jaman ada peluangnya sendiri.  Saya yakin peluang itu makin besar.  Peluang anak anak kita tidak hanya lokal atau nasional tapi global.  Ada peluang yang makin besar di tingkat global tapi hanya bisa digapai oleh mereka yang memenuhi syarat.

 

Peran pariwisata

 

Pariwisata manca negara juga punya peran penting.  Kegiatan ini bisa meluaskan wawasan, bisa membuka mata tentang apa yang sedang terjadi di dunia. Kita bisa tahu trend global.  Sedangkan para orang tua di era modern ini dituntut mampu membaca trend global.  Selain dari bacaan dan tontonan para orang tua perlu melihat sendiri kemajuan di manca negara.  Anak anaknya juga perlu diajak agar luas wawasannya. Jangan sampai seperti katak dalam tempurung.  Jangan sampai tidak menyadari apa yang terjadi di luar sana.  Nanti ketika Covid sudah teratasi, sila berwisata untuk meluaskan wawasan.  Sejak sekarang sila impikan, siapkan, niatkan berwisata ke manca negara demi kemajuan anak anak Anda.

 

Ringkasan

 

Tidak perlu khawatir dengan masa depan anak. Optimistis saja. Sebabnya di dalam diri anak sudah ada potensi. Tugas orang tua, masyarakat dan pemerintah adalah mengembangkan potensi itu dan melindungi dari resiko.  Pemerintah melalui kebijakan pendidikan formal, membasmi resiko dari narkoba, pornografi, lgbt dan resiko sosial lain. Demikian juga masyarakat. Peran orang tua dengan memberi pendidikan keluarga yang baik.  termasuk mengajak anak anaknya berwisata ke manca negara untuk meluaskan wawasan mereka.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler