x

Sumber ilustrasi: etsy.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 5 Februari 2023 19:10 WIB

Boston, You’re My Home

Tuhan, aku cinta Boston. Setiap saat sepanjang tahun, Jakarta menjadi salah satu tempat paling sempurna di Indonesia. Aku tahu gedung pencakar langitnya, semua sungai dan gorong-gorong, taman dengan segala macam hal yang harus dilakukan. Aku tahu banyak hal terjadi di sini di masa lalu, seperti Perang Saudara, dan Paul Reveree melakukan sesuatu yang penting di sini sambil berkuda, tetapi bukan itu alasanku mencintai kota ini. Pelangganku. Begitu banyak pelanggan. Begitu banyak uang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tuhan, aku cinta Boston. Setiap saat sepanjang tahun, Jakarta menjadi salah satu tempat paling sempurna di Indonesia.

Aku tahu gedung pencakar langitnya, semua sungai dan gorong-gorong, taman dengan segala macam hal yang harus dilakukan. Aku tahu banyak hal terjadi di sini di masa lalu, seperti Perang Saudara, dan Paul Reveree melakukan sesuatu yang penting di sini sambil berkuda, tetapi bukan itu alasanku mencintai kota ini. Pelangganku. Begitu banyak pelanggan. Begitu banyak uang.

Lucunya, butuh waktu 40 tahun untuk sampai ke sini. Aku sudah pernah ke banyak tempat di selama hidupku, tetapi tidak pernah ke Jakarta. Aku bahkan sering bepergian ke luar negeri. Kolombia, kebanyakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ya, Kolombia.

Aku seorang pengedar narkoba. Aku bukan ikan besar, kebanyakan ganja dan kokain. Dan bukannya untuk membanjiri jalanan. Satu atau dua kilo di sini, satu kantong di sana. Itu saja.

Sejak kecil aku sudah menjadi pengantar, membuatku di bawah radar semua orang dan keluar dari jaringan.

Tapi, narkoba juga yang jadi alasan mengapa istriku bukan lagi istriku. Terlalu banyak tekanan yang ditanggungnya, kurasa. Dia mencoba mendapatkan hak asuh putri kami dalam sidang perkara perceraian di pengadilan. Tapi pernahkah kamu mencoba mengambil sesuatu, termasuk dari pengedar narkoba? Apalagi yang sudah berkecimpung sejak kecil?

Aku mendapatkan hak asuh Vanya. Beberapa waktu kemudian, mamanya meminum sebotol pil, dan, ya ... begitulah.

Aku berusaha keras untuk menjauhkan semua obat-obatan ini dari Vanya sehingga dia tidak akan pernah tahu kebenaran bahwa dia tak pernah tahu bagaimana Sang Papa mencari nafkah.

Tak mudah mengatakan bahwa itu membuat hal-hal sedikit tidak pasti pada saat ‘Bring Your Parent To School Day’.

Aku memastikan dia tumbuh di lingkungan yang normal. Tempat yang bagus di lingkungan yang bagus. Hewan peliharaan. Banyak kegiatan sekolah dan keagamaan.

Kamu tahu? Hal-hal yang normal. Tidak ada kesepakatan bisnis atau tokoh dunia hitam di sekitar rumah.

Ketika dia berusia sekitar 16 tahun, dia mulai bernyanyi dalam kelompok di sekolah menengahnya. Ya Tuhan, dia memiliki suara seperti malaikat. Jadi, setelah lulus, kami mencari sekolah musik dan menemukan tempat bernama Berklee College of Music di Boston.

Tanpa perlu kujelaskan detailnya, tapi sekolah Berklee ini uang sekolahnya sekitar enam puluh lima ribu setahun. lebih dari Harvard. Soal kemampuan keuangan muncul di form.

Aku belum pernah melakukan penghitungan pajak selama satu dekade. Seperti yang kukatakan: Di bawah radar dan di luar jaringan.

Untungnya, bisnisku adalah cash and carry. Tapi menghabiskan semua yang kumiliki agar Vanya diterima di sana.

Aku membutuhkan Plan B, dan aku menemukannya saat kami pertama kali mengunjungi kampus. Entah setan apa yang membuatku menemukannya.

Aku menemukan bahwa ada lebih dari 100 perguruan tinggi di Boston dan sekitarnya, dan lebih dari 250.000 mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi.

Karena aku akan melakukan apa saja untuk mencari nafkah, pelanggan baru ini akan membayar uang kuliah berapa semester pun.

Kunjunganku ke Boston (dan Kolombia) semakin sering. Buku untuk dibeli, makanan di pantry, pakaian di belakang, dan banyak produk untuk dijual ke semua mahasiswa dan mahasiswi.

Uang masuk mengalir. Cukup untuk membayar selama empat tahun.

Sebagian besar datang pada hari-hari pertandingan di sekitar Fenway Park di luar Boylston. Beberapa di antaranya berasal dari Harvard Square dan sekitarnya dan lebih banyak laghi dari Boston College. Anak-anak ini punya banyak uang tunai. Namun, tidak ada yang berasal dari anak-anak Berklee. Aku tidak ingin uang putriku kembali padaku.

Tapi Boston bukan wilayahku, jadi aku selalu butuh teman seperjalanan. Dan itu selalu Hank. Lelaki muda. Mantan Tentara. Seorang pembunuh sejati. Dia sejenis anjing penjaga.

Dalam bisnisku, kamu tidak ingin menginjak kaki yang salah. Dan bersaing dengan Mickey O’Rourke, si mafia Irlandia, butuh strategi jitu. Senang memiliki pembunuh sungguhan di pihakmu.

Selain memiliki suara malaikat itu, Vanya sangat cantik. Menjadi cantik adalah berkah sekaligus kutukan, sungguh. Aku menghabiskan banyak waktu saat dia tumbuh dewasa untuk membuat kecut hati semua bocah laki-laki yang datang mengendus-endus. Tidak ada anak laki-laki. Selesaikan kuliahmu dulu.

Bukankah setiap ayah, bahkan ayah yang merupakan seorang pengedar narkoba, menginginkan hal itu untuk gadis kecilnya?

Awalnya, dalam salah satu kunjunganku, aku memperkenalkan Hank kepadanya sebagai “rekan bisnis” baruku. Melakukan akting ayah terbaikku, aku mengatakan kepadanya secara pribadi bahwa dalam keadaan apa pun dia tidak akan pernah bisa menemui putriku secara sosial. Bagaimanapun juga, dia adalah pembunuh sialan. Dan pengedar narkoba. Itu bukan kehidupan untuk malaikat kecilku.

Meski sudah kuancam, dia tetap melakukannya. Dia pergi bermain di belakang punggungku dan mulai mereka mulai berkencan diam-diam. Aku rasa dia jatuh cinta. Rupanya, putriku juga begitu. Cinta remaja yang terlalu. Tapi mereka berdua tahu aku tidak akan pernah setuju. Tidak. Akan. Pernah. Setuju.

Mungkin kata-kataku, “Langkahi dului mayatku," diartikan secara harfiah.

Jadi di sinilah aku, bersama Hank, dan putriku tersayang di berlayar ke arah timur dengan perahu kecil ini di atas sungai Charles.

Kami berada di bawah Jembatan Harvard menuju Pelabuhan Boston.

Perahu melaju sangat terlambat. Bulan purnama. Tidak ada orang lain di atas air. Lengan dan kakiku sepertinya diikat. Aku bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya.

Vanya tahu apa yang kulakukan untuk mencari nafkah selama ini, dan dia membencinya. Diam-diam dia menyalahku atas kematian mamanya. Tentu saja, dia tidak membenci biaya kuliah gratis yang dia dapat dariku.

Maaf, itu hanya ayah dalam diriku yang berbicara. Dia dan Hank sudah menyusun rencana perjalanan kecil ini sebelumnya. Aku tidak bisa menyalahkannya sepenuhnya. Masalah keluarga memang biasanya sangat rumit, bukan?

Bagaimanapun juga, ini adalah akhir yang pantas untuk seorang pengedar narkoba. Dan sampai ada yang menemukan tubuhku kemana pun arus membawaku, sepertinya aku akan tinggal untuk sementara waktu.

Tuhan, aku cinta Boston.

 

Yeah, down by the river
Down by the banks of the river Charles
(Aw, that's what's happenin' baby)
That's where you'll find me
Along with lovers, muggers, and thieves
(Aw, but they're cool people)

Well I love that dirty water
Oh, Boston, you're my home

 

- "Dirty Water" by The Strandell

 

 

Bandung, 4 Februari 2023

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu