x

Sumber ilustrasi: mellorcountryhouse.co.uk

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 13 Februari 2023 08:21 WIB

Undian


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Margaretha menyukai undian.

Sebagai seorang anak yang tumbuh dalam keluarga religius yang ketat, dia berulang kali diceramahi bahwa undian itu dosa. Di acara sosial ketika undian doorprize diumumkan, ayahnya, seorang pengkhotbah biasa di gereja setempat, akan mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan bergumam "bukan untuk kami, terima kasih."

Kemudian dia akan menonton saat potongan nomor hadiah ditarik, berbicara pelan dan membuat tanda salib di bawah meja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kamu perhatikan kata-kataku,” ayahnya mendesis, “kalau kamu mulai membeli undian, itu akan membawamu ke jalan panjang yang licin menuju perjudian dan alkoholisme.” (Brendi sherry paling sering ditawarkan sebagai hadiah). “Selalu ingat didikan Kristenmu!”

Mencapai usia remaja, ayahnya mengizinkannya, dengan enggan, pergi keluar bersama teman-temannya ke acara sosial. Konvoi mobil VW kodok, main kartu cangkul, bingo (yang ini tidak disetujui oleh ayah) dan tentu saja, undian. Diam-diam dia akan membeli hanya satu lembar dan, kegembiraan saat nomor ditarik. Akankah yang keluar miliknya?

Bukan hadiah yang didambakannya. Bukan. Melainkan sensasi melakukan sesuatu yang dilarang ayahnya dan antisipasi saat hadiah diundi!

Tapi dia menikmati cokelat yang, tentu saja, harus dikonsumsi secara rahasia, dan kaleng bedak atau sabun mandi yang harus disembunyikan di bawah celana dalam 'laci kemenangan' miliknya!

Begitu dia memenangkan sebotol sherry, usianya sudah tidak muda lagi. Saat botol itu diterimanya, dia langsung berbagi dengan teman-temannya, kemudian merasa kepalanya sangat sakit sehingga dia menganggap itu adalah hukuman yang diterimanya karena menentang keinginan ayahnya. Bukankah dia bilang dia tidak akan berguna jika dia mulai berjudi?

Tapi itu tidak menghentikannya...

Sekarang dia berusia 80 tahun dan tinggal di panti werdha. Setiap bulan ada acara sosial, sedikit bingo, teh dan kue, dan ya, selalu ada undian. Dia masih merasakan kegembiraan saat tiket ditarik. Apakah dia akan memenangkan bedak bayi, garam mandi atau mungkin panci susu? Dia bertanya-tanya apakah hadiah-hadiah ini telah disimpankan di laci yang telah dimenangkan secara diam-diam bertahun-tahun yang lalu.

Tetap saja dia merasakan kekecewaan ayahnya saat dia membeli undian. Dia merasakan ayahnya melihat ke bawah, menghakiminya. Dia pasti berada di surga. Menjadi orang yang begitu saleh, tidak pernah tergoda pada nikmatnya berjudi.

Setelah meluncur menuruni lereng panjang dan licin yang telah diperingatkan ayahnya padanya, Margaretha menganggap dirinya akan membusuk di neraka.

Dia melirik tiketnya saat nomor 666 ditarik.

Ya, ya, dia berteriak dengan bersemangat. Itu nomorku! Aku tahu itu adalah angka keberuntungan. Aku akan mendapat sherry brendi.

Dia menangis dan melihat ke atas untuk melihat apakah ayah sedang melihat, masih mengerucutkan bibir dan menggeleng putus asa....

Tapi Margaretha akan selalu menyukai undian.

 

Bandung, 13 Februari 2023

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler