x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Kamis, 16 Februari 2023 20:57 WIB

Hidden Gem di Kaki Lawu , Misteri Candi Kethek

Candi Kethek yang bentuknya seperti piramida ini terletak di Dusun Cetho,Desa Gumeng,Kecamatan Jenawi,Kabupaten Karanganyar, tepatnya sebelah timur laut candi Cetho dan menempati lahan milik Perum Perhutani. Untuk mencapai tempat ini, pengunjung harus berjalan kaki melewati jalan setapak sekitar 300 meter atau selama kurang lebih 15-20 menit. Jalan setapak belum di paving namun masih berupa tanah dan menyeberangi sungai kecil yang kering ketika kemarau. Candi Kethek ini belum terawat meskipun sudah dikomersialkan oleh pihak desa setempat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gunung Lawu tak hanya memiliki pesona alam, tetapi juga menyimpan nilai sejarah, religi dan warisan budaya spiritual, sebut saja; candi Sukuh dan candi Cetho.  Selain itu juga ada candi Kethek padahal lokasinya tak seberapa jauh hanya ratusan meter dari candi Cetho. Konon karena tempat kumpulnya para kera bahasa jawanya “kethek” maka candi ini kemudian menyandang nama Candi Kethek.

Candi Kethek yang bentuknya seperti piramida ini terletak di Dusun Cetho,Desa Gumeng,Kecamatan Jenawi,Kabupaten Karanganyar, tepatnya sebelah timur laut candi Cetho dan menempati lahan milik Perum Perhutani.  Untuk mencapai tempat ini, pengunjung harus berjalan kaki melewati jalan setapak sekitar 300 meter atau selama kurang lebih 15-20 menit.

Jalan setapak belum di paving namun masih berupa tanah  dan menyeberangi sungai kecil yang kering ketika kemarau. Candi Kethek ini belum terawat meskipun sudah dikomersialkan oleh pihak desa setempat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Arah Candi Kethek

Di sampingnya terdapat jurang dan sedikit menanjak sehingga membutuhkan tenaga ekstra setelah sebelumnya menaiki anak tanggacandi Cetho  jadi sebelum melanjutkan perjalanan menuju Candi Kethek ada baiknya singgah mengisi perut di warung-warung yang banyak terdapat di samping candi Cetho dan membawa air minum.

 

Perjalanan ini melalui jalur yang tidak mudah tapi tetap saja tidak mengurangi keindahan dan kesegaran khas pegunungan justru menambah sensasi perjalanan anda berwisata menikmati alam  sekaligus wisata sejarah disini. Seperti bangunan Candi Sukuh dan Cetho, bangunan situs candi ini berbentuk menyerupai piramida yang khas dan berbeda dengan candi-candi Hindu lainnya.

Saat melihat untuk pertama kalinya, wisatawan mungkin tidak akan menyadari bahwa bangunan berupa susunan batu yang berteras-teras itu adalah candi yang dimaksud.

Puri Saraswati

Hal itu tidak mengagetkan karena candi ini tampak menyatu dengan lingkungan sekitar. Struktur batu yang tampak natural tidak seperti pada candi lain yang berbentuk persegi, bentuk batu yang alami, pinus yang tumbuh di antara bebatuan, membuat bangunan candi ini memang tidak tampak seperti candi pada umumnya. Yang paling membuatnya tampak berbeda adalah relief dan juga arca yang tampak tidak ada seperti pada candi-candi lain. Memang candi Kethek ini masih menyimpan misteri.

Asal Muasal Nama Candi Kethek

Sekilas cerita tentang awal penemuan Candi Kethek yang dalam  bahasa Jawa berarti kera, meskipun keberadaan candi ini sudah diketahui sejak tahun 1842, entah mengapa dalam rentang waktu sekian lama yaitu pada tahun 2000 baru ditemukan kembali oleh warga masyarakat dusun Cetho, sebelumnya dan sudah sejak lama bukit kawasan lokasi Candi Kethek merupakan tempat berkumpulnya atau boleh dibilang "istana" para kera-kera di lereng gunung Lawu bagian barat.

Bahkan karena banyaknya kera yang berkumpul dan tebalnya semak belukar di kawasan ini membuat penduduk pencari kayu bakar enggan untuk mendekati kawasan ini.

Sampai pada waktu tahun 1999 terjadi kebakaran hebat yang membuat kera-kera harus rela meninggalkan lokasi habitatnya yang telah dihuni beranak cucu sekian lama ke tempat yang lebih aman dan nyaman.Sejak saat itulah lokasi Istana kera itu berani didekati penduduk untuk mencari kayu bakar dan ditemukanlah tumpukan/susunan batu-batuan diantara semak belukar yang ternyata berbentuk struktur bangunan berundak-undak.

Sampai saat ini pun sesekali dalam waktu tertentu masih sering penduduk bertemu dengan hewan kera.Candi ini dinamai candi Kethek demikian karena penduduk setempat mempercayai bagian atas dari candi ini menyerupai Hanoman, tokoh pewayangan berwujud kera putih.

Meru

Masa pendirian Candi Kethek dapat diketahui dengan membandingkan temuan arca dan arsitektur punden berundak-undak dengan candi-candi di lereng barat gunung Lawu. Candi Kethek sangat mirip denga candi Cetho dan Candi Sukuh. Waktu pendiriannya pun diperkirakan hampir sama dengan kedua candi tersebut yaitu pada sekitar abad XV-XVI Masehi.

 

Struktur Punden Berundak

Candi Kethek menghadap ke barat dengan berbentuk teras berundak (4 teras) Masing-masing teras dihubungkan dengan tangga. Pada teras pertama terdapat struktur bangunan di sisi timur laut. Anak tangga paling bawah terdapat arca kura-kura. Kemudian pada teras kedua dan ketiga terdapat dua struktur bangunan disisi utara dan sisi selatan. Sedangkan pada teras keempat diperkirakan letak berdirinya bangunan Induk/Utama.

Ekskavasi yang dilakukan oleh  Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar baru dilakukan pada tahun 2005.  Ekskavasi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa Candi Kethek merupakan candi Hindu.

Hal ini didasarkan pada temuan arca kura-kura yang merupakan simbol Dewa Wisnu, salah satu dewa dalam ajaran agama Hindu.

 

Arca kura-kura sering dikaitkan dalam cerita mhitologi agama Hindu yaitu cerita Samudramanthana,  cerita ini mengisahkan tentang pengadukan lautan susu untuk mencari Tirta Amerta, dengan demikian cerita Samudramanthana dapat menunjukkan fungsi Candi kethek sebagai tempat peruwatan untuk membebaskan seseorang dari kesalahan/dosa. Hingga saat ini, penelitian mengenai Candi Kethek masih terus dilakukan, terutama untuk mencari prasasti atau artefak yang memberikan informasi mengenai tata letak candi.

 

Mungkin Candi Kethek ini masih jarang diketahui karena memang tidak setenar candi Sukuh juga  candi Cetho karena letaknya yang kurang strategis dan promosinya yang tidak segencar  kedua candi-candi saudaranya tersebut. Namun, dijamin anda tidak akan menyesal menyempatkan diri mengunjungi candi ini. Selain busa menikmati bentang alam yang sejuk dan indah, keheningan dan kejernihan hati dipadu kesakralan nilai sejarah peninggalan para leluhur yang mampu menghipnotis kita untuk ingin kembali berkunjung ke Candi kethek setiap kali ada kesempatan.

 

Puri Taman Saraswati

Setelah mengunjungi candi Kethek, bisa mampir bisa mampir ke Puri Taman Saraswati. Taman ini merupakan tempat sembahyang bagi umat Hindu kepada Sang Hyang Aji Saraswati. Disini juga ada meru dan kolam untuk mengambil air suci sebelum melakukan upacara. Disendang Pundi Sari ada  mata air yang tak pernah surut ini para pengunjung sering membasuh  muka, konon diyakini bisa membuat awet muda. Biasanya, sebelum membasuh muka para pengunjung melempar uang receh ke dalam kolam yang biasanya digunakan untuk metirta.

 

Tracking

 

Patung Dewi Saraswati yang berada di Puri Taman Saraswati ini adalah pemberian dari bupati Gianyar A.A Gde Agung Barata untuk bupati Karanganyar Rina Iriani sebagai bentuk kerjasama dan ikatan persaudaraan antara masyarakat Hindu Bali dan Hindu jawa. Di kawasan taman, setiap peringatan Hari Saraswati yang diadakan setiap 210 hari selalu digelar kesenian tradisional Jawa dan Bali.

Menuju Candi Kethek

Untuk mencapai lokasi wisata sejarah dan religi ini candi Kethek  di lereng gunung Lawu ini wisatawan harus cukup berhati-hati karena jalanan menanjak akan banyak ditemui di sepanjang jalan. Mengendarai kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan akan menjadi pilihan bijak karena lokasi yang jauh dari jangkauan transportasi umum. Sedangkan untuk biaya perjalanan, tiket masuk yang harus dibayar total perwisatawan hingga mencapai objek wisata sekira sepuluh ribuan sudah termasuk tiket ke Candi Cetho dan Taman Saraswati.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan, suka motret, tukang tulis, suka berbagi kisah tinggal di Semarang.

 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler