x

Ilustrasi: agefotostock.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 18 Februari 2023 14:20 WIB

Babad Pancajiwa 7. Berita Buruk untuk Topan

Warung kaki lima dengan mie instan rebus spesial pakai telur, kopi tubruk atau teh hangat kental di pinggir jalan bukanlah hal yang aneh bahkan untuk rimba beton bernama ibukota metropolitan. Juga biasa saja bagi yang menemukan seorang anak muda berkacamata rambut acak-acakan kaos lusuh berlogo Satu Nusa, sandal jepit dan celana jins sobek di bagian lutut benang kasar menjuntai kancing berlepasan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Warung kaki lima dengan mie instan rebus spesial pakai telur, kopi tubruk atau teh hangat kental di pinggir jalan bukanlah hal yang aneh bahkan untuk rimba beton bernama ibukota metropolitan.

Juga biasa saja bagi yang menemukan seorang anak muda berkacamata rambut acak-acakan kaos lusuh berlogo Satu Nusa, sandal jepit dan celana jins sobek di bagian lutut benang kasar menjuntai kancing berlepasan.

Yang duduk diam termenung hening diam menikmati aroma teh tawar hangat sesekali menggigit bakwan tak hirau akan hiruk pikuk kendaraan lalu lalang dan gegas karyawan mengejar malam menuju rumah di kejauhan.

Jika saja anak muda itu bukanlah pewaris tunggal tuan Wira Suryadilaga pemegang saham terbesar sekaligus Presiden Direktur Satu Nusa Terbuka konglomerasi media dan ekspedisi yang menggurita di darat, angkasa dan lautan.

Taufan Suryadilaga pemuda cerdas tampan setenang arca singa seakan tak peduli tapi sebenarnya lembut budi penuh empati tak pernah arogan tak pernah berniat untuk menjadi pusat perhatian.

Menyesap teh tawar yang mulai dingin di sisi jalan dipengapnya kota Jakarta yang bertaburan cahaya yang terus bergerak laksana nyala berjuta mata makhluk baja memburu mangsa di puncak rantai makanan.

Tersentak kaget ia dikejutkan oleh dering telepon genggam di saku celana bagian belakang segera diangkat setelah membaca nama pemanggil meskipun bukan dari dia yang sangat diharapkan.

Berita buruk yang diterima dapat diduga dari perubahan sekejap mimik muka pemuda tampan berkacamata calon pewaris kekayaan bernilai trilyunan yang tak acuh pada kilau kemilau dunia gemerlapan.

Segera membayar apa yang telah dijajal tanpa menghiraukan uang kembalian melangkah ke pangkalan ojek di ujung jalan. "Pondok Indah Hospital", suara datar tanpa menawar dan segera ojek meluncur ke selatan.

Diam tak bersuara mengulang kembali suara Kaluna yang tenang mengabarkan bahwa tuan Suryadilaga terkena serangan jantung dan kini dalam perjalanan menuju rumah sakit menumpang ambulan.

Menggigil sedikit karena hembusan angin kencang sebab laju ojek menyusup melalui lubang di celana jin yang sobek menganga di kedua bagian lutut sementara hanya selapis kaos tipis membalut badan.

Baru kemudian terpikir olehnya apakah mama sudah mendapat kabar serupa— dan ia sadar bahwa Kaluna pasti telah menghubungi Lili Suryadilaga duluan.

 

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

BERSAMBUNG

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler