x

Iklan

Frank Jiib

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Jumat, 3 Maret 2023 23:00 WIB

Akhir Tragis Sang Don

Seorang raja kokaina yang hanya dikenal dengan sebutan Sang Don, juga seorang yang paling dicari oleh badan penegak hukum terutama Amerika Serikat. Saat itu Sang Don tengah mengunjungi mansion mewahnya yang berada di pedalaman Sinaloa. Sedangkan di lain pihak, dua orang mantan pasukan elit telah direkrut untuk melakukan sebuah misi bunuh diri, yaitu membunuh sang raja kokaina dunia. Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hamparan tanah kering berbatu di sekitarnya seakan berbanding terbalik dengan berdirinya sebuah mansion mewah dua lantai dengan tiang-tiang penyangga berwarna putih mengkilat, di bagian depan terdapat kebun bunga dengan sebuah air mancur yang berada tepat di tengahnya. Sedangkan di bagian belakang terdapat hamparan rumput berwarna hijau yang berbatasan langsung dengan bukit berbatu. Mansion mewah yang terletak di daerah terpencil Sinaloa itu dimiliki oleh salah satu gembong narkoba paling berbahaya saat ini. Orang-orang hanya mengenal dirinya sebagai Sang Don.

   Pagi itu udara terasa hangat dengan sinar matahari bersinar terang. Sang Don sedang duduk bersantai di beranda belakang mansion mewahnya sambil menikmati sarapan paginya dengan ditemani istrinya, serta beberapa pengawal pribadinya yang selalu siap melindungi Sang Don. Saat ini Sang Don adalah raja kokaina yang mengendalikan hampir sembilan puluh persen pasokan dunia. Dialah yang telah menyatukan beberapa kartel pengedar kokaina yang sebelumnya saling berseteru serta saling membunuh menjadi sebuah kartel tunggal yang diberi nama “Kartel Sinaloa”.

   Dengan reputasi Sang Don yang begitu mentereng karena mengendalikan perdagangan kokaina dunia, maka tidak heran banyak badan penegak hukum terutama dari Amerika Serikat ingin bisa menangkapnya dan membawanya ke Amerika. Namun, semua usaha itu selalu mengalami kegagalan karena kelihaian Sang Don bertahan hidup dalam dunia yang tidak mengenal hukum dan kemanusiaan. Sang Don bagaikan raja di dunia bawah tanah yang penuh dengan kekerasan, pertumpahan darah, serta tidak berlakunya hukum dan norma-norma sosial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

***

   Di luar mansion mewah Sang Don, terlindung di balik rimbunan pohon dengan pakaian kamuflase yang benar-benar menyatu dengan alam sekitarnya. Ada dua orang yang saat itu tengah mengamati dengan seksama mansion mewah tempat Sang Don sedang menikmati sarapan paginya menggunakan teropong binokular. Kedua orang itu telah berada di tempat persembunyiannya selama dua hari untuk memantau pergerakan Sang Don. Tugas kedua orang itu adalah untuk melenyapkan Sang Don sehingga akan memicu terjadinya kekacauan serta perebutan kekuasaan di dalam kartel Sinaloa.

   “Kau lihat, bedebah itu sedang menikmati sarapan paginya untuk yang terakhir kalinya,” ujar Danilo kepada rekannya.

   “Tutup mulutmu dan terus awasi bedebah itu. Kita tidak boleh gagal dalam misi kali ini,” balas Xavier yang tengah membidik dengan senapan runduk.

   “Lihat! Bedebah itu telah selesai menikmati hidangan makan paginya. Inilah saatnya untuk mengakhiri semua permainan ini,” kata Danilo dengan begitu antusias.

   “Pastikan ada berapa penjaga yang tengah berpatroli di bagian belakang mansion. Jangan sampai posisi kita diketahui oleh para penjaga. Jika itu yang terjadi tamatlah riwayat kita.”

***

   Setelah menikmati hidangan makan paginya, Sang Dong berjalan seorang diri menuju halaman rumput yang terpotong rapi dengan ditemani beberapa pengawal pribadinya. Sang Don menikmati keindahan alam sekitar yang terlihat begitu kontras dengan mansion mewah miliknya. Sang Don tidak menyadari jika di balik rimbuhan pohon yang ada di bagian belakang mansion mewahnya, seorang penembak jitu tengah membidikkan senapanya tepat ke kepala Sang Don.

   Angin sepoi-sepoi gurun bertiup lembut menerpa wajah Sang Don yang terlihat begitu tenang dengan setelan jas buatan rumah mode Armani. Sang Don berjalan perlahan mengitari halaman rumput menuju ke sebuah kolam renang dengan air sebening kristal. Sang Don begitu menikmati kemewahan serta kekuasaan yang tak terbatas dalam mengendalikan serta memasarkan kokaina ke seluruh dunia, dan terutama ke daratan Amerika yang berada tepat di seberang perbatasan.

***

   Dalam ketegangan yang semakin memuncak, Xavier memusatkan pandanganya melalui teropong jarak jauh yang terpasang di atas senapan runduknya. Dari teropong jarak jauh itu terlihat Sang Don tengah berjalan santai menuju ke samping kolam renang dan ini adalah saat yang tepat untuk menghabisi Sang Don selamanya. Inilah kesempatan terbaik yang pernah dimiliki untuk melancarkan aksi gila membunuh sang raja kokaina dengan nyawa mereka berdua sebagai taruhannya.

   Bulir-bulir keringat ketegangan mulai membasahi kening Xavier. Ketegangan yang semakin lama dirasakannya membuat napasnya mulai tidak beraturan. Xavier terus memfokuskan pandangannya ke target yang ada di bawah sambil melakukan perhitungan cermat sebelum menekan pelatuk senapan runduknya. Ketika momen yang ditunggu akhirnya tiba, terdengar suara rekannya berkata dengan suara pelan:

   “Inilah saatnya dan cepat lakukan.”

***

   Kemudian terdengar suara dor yang memecah keheningan daerah terpencil Sinaloa tempat mansion mewah Sang Don berada. Dalam hitungan detik sebagian kepala Sang Don telah lenyap dihantam peluru, kemudian tubuh yang sudah tidak bernyawa itu jatuh ke dalam kolam renang. Seketika terjadi kepanikan dari para pengawal pribadi Sang Don yang tidak tahu harus berbuat apa dengan situasi yang baru saja terjadi. Sementara para penjaga yang berada di bagian luar mansion segera menembakkan senapan otomatis mereka ke segala arah tanpa mengetahui dengan pasti dari mana arah datangnya tembakan yang mengakhiri nyawa Sang Don untuk selamanya.

   Terdengar jeritan memilukan dari istri Sang Don yang seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja menimpa suaminya. Istri Sang Don segera berlari menuju ke kolam renang untuk melihat jasad suaminya yang sudah tidak bernyawa. Ketika istri Sang Don tiba di kolam renang, sebuah pemandangan mengerikan tersaji di hadapannya. Tubuh suaminya tengah mengambang di atas air seakan tubuh itu tidak memiliki berat lagi. Air kolam yang semula sebening kristal kini telah berubah warna menjadi semerah darah, dan yang membuat istri Sang Don jatuh tak sadarkan diri adalah saat melihat sebagian kepala suaminya telah hilang dan tak berbentuk lagi.

   Di balik kekacauan yang tengah terjadi di bawah sana, kedua orang itu melihat hasil kerja mereka dalam melaksanakan misi untuk mengakhiri hidup Sang Don. Dan misi itu telah berhasil dilaksanakan. Namun, bahaya yang sesungguhnya baru saja dimulai ketika kedua orang itu harus meninggalkan tempat persembunyian mereka dan pergi menjauh dari mansion mewah Sang Don. Karena bala bantuan tidak akan tiba dalam misi kali ini, maka kedua orang itu harus bisa menjaga diri mereka masing-masing, serta berusaha segera keluar dari pedalaman antah berantah Sinaloa sebelum para pemburu berhasil menemukan mereka, serta nasib mengerikan yang pasti akan mereka terima.

~Bersambung~

Ikuti tulisan menarik Frank Jiib lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB