Buntoro - Dari Nol Menjadi Mall

Rabu, 8 Maret 2023 14:58 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengalaman Buntoro yang hanya kelas 5 SD mampu membangun kerajaan bisnis tingkat Nasional.

Judul: Dari Nol Menjadi Mall – Buntoro Pendiri Rita Group

Editor: Sujatmaka dan Indah Nuritasari

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2021

Penerbit: Swasembada Media Bisnis

Tebal: vi + 182

ISBN: 978-623-93077-3-8

 

 

Banyak buku tentang bisnisman sukses telah ditulis. Namun kebanyakan dari buku-buku tersebut mengisahkan bisnisman yang berkiprah di tingkat nasional. Tak banyak biografi pengusaha lokal. Buku “Buntoro – Dari Nol Menjadi Mall” adalah salah satu buku yang mengisahkan keberhasilan bisnisman lokal yang fenomenal.

SWA memilih Buntoro sebagai tokoh yang dibukukan tentu tidak salah. Sebab keberhasilan Buntoro dalam bisnis bisa menjadi pelajaran bagi banyak pihak yang berada di daerah dan kurang beruntung. Mereka yang kurang beruntung dan ada di daerah bisa belajar dari pengalaman Buntoro dalam membangun bisnis. Keuletannya, kejeliannya dalam melihat peluang, taktik dan strateginya dalam mengelola bisnis bisa dijadikan sebagai sebuah pelajaran.

Siapa sesungguhnya Buntoro?

Pendiri Group Usaha Rita ini membangun usahanya dari nol. Benar-benar nol. Sebab Buntoro bukanlah berasal dari keluarga yang mampu membiayai sekolah dan usahanya. Buntoro telah menjadi yatim sejak umur 8 tahun. Pria yang bernama asli Tjong Wun Yam ini hanya bersekolah sampai kelas 5 SD. Namun karena keluletan dan kejeliannya melihat peluang, ia bisa membangun group usaha yang menasional.

Anak kedua dari Tjong Kie Lin dan Wong Fie Joen ini ditinggal mati ayahnya saat ibunya sedang mengandung adik ketujuh pada tahun 1963. Tjong Kie Lin dan Wong Fie Joen adalah imigran dari Mexian, Tiongkok. Tjong Kie Lin lebih dulu datang ke Jawa dan baru 10 tahun kemudian Wong Fie Joen menyusul. Sejak ditinggal suami, Fie Joen harus menghidupi 7 anaknya. Buntoro memilih berhenti sekolah saat kelas 5 SD. Ia membantu ibunya dengan berjualan kue apem dan bakso keliling kampung.

Buntoro memulai usaha pada umur 15 tahun. Ia membuka toko sembako bersama ibunya. Ketekunannya membuat usaha tokonya berkembang. Perjuangannya tentu tidak mudah. Ibunya pernah dipenjara karena dituduh menggelapkan arloji barang dagangan. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Buntoro juga pernah mengalami penggusuran toko. Ia harus pindah karena tokonya yang berada di pasar digusur tiba-tiba. Namun keuletan dan kerja keras membuatnya bisa bertahan.

Pada tahun 1980 ia terinspirasi dengan bisnis toko model swalayan. Ia mengamati Swalayan Mickey Mouse di Semarang yang dianggapnya akan menarik jika ditiru di Purwokerto. Maka dibangunnya gedung dua lantai untuk mewujudkan cita-citanya. Pada tahun 1982, mulailah ia membuka swalayan di Kota Purwokerto. Swalayan Rita adalah swalayan pertama di Purwokerto. Karena usaha swalayan Buntoro di Purwokerto adalah pionir, maka ia berhasil dengan sukses.

Buntoro tidak egois. Ia mengajak saudara-saudarinya untuk maju bersama. Ia tahu bahwa penderitaan saat menjadi yatim piatu di usia 8 tahun dirasakan bersama dengan 6 saudaranya. Itulah sebabnya ia mengajak saudara-saudarinya berbisnis bersama dalam naungan Rita Group.

Merasa berhasil di Purwokerto, Buntoro mengembangkan sayap bisnisnya ke kota Tegal, Kebumen dan Wonosobo. Ia juga merambah bisnis kuliner. Pengalamannya saat kecil berjualan makanan menjadi modal utama untuk masuk ke dunia kuliner. Bisnis Rita Group makin berkembang. Dunia Mini Market, wahana hiburan, asesoris dan hotel serta developer.

Buku ini dilengkapi dengan testimoni dari para relasi Buntoro. Relasi Buntoro bukan hanya sesama bisnisman, tetapi juga orang-orang terpandang. Sebagai seorang Gusdurian, Buntoro kenal baik dengan Gus Dur dan Ibu Sinta Nuriyah Wahid. Istri Gusdur ini menjuluki Buntoro sebagai seorang yang menerapkan Akhlakul Karimah. Sedangkan Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah periode 2008-2013 mengatakan bahwa Buntoro adalah manusia unggul dan jujur. Ahcmad Husein, Bupati Banyumas memuji Buntoro karena meski tidak tamat SD tetapi punya otak professor. Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Prof Rubiyanto Misman mengagumi karena mempercayai pelanggannya yang berhutang. Sedangkan Suratno, Dandim 0701 Banyumas memberikan pengakuan bahwa Buntoro adalah seorang yang aktif dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keamanan daerah.

Beberapa sifat baik yang disampaikan oleh para relasi bisnisnya adalah bahwa Buntoro itu orang jujur, pandai menjaga relasi, pekerja keras, sederhana dan suka menolong, tidak suka menyakiti orang lain, optimis, detail dan terus bersemangat. Semua kualitas sifat Buntoro itulah yang membuat dirinya berhasil.

Penulisan biografi orang sukses yang penuh perjuangan adalah penting. Sebab kesuksesan tidak datang tiba-tiba. Tak juga karena mempunyai modal dan keluarga yang sudah mapan. Pendidikan, modal, jaringan adalah penting. Tetapi ketiganya bukan penghalang bagi seseorang yang ingin mencapai sukses dalam berbisnis. Kerja keras, jeli dalam melihat peluang, jujur dan mampu menjaga relasi (dipercaya) serta mau belajar dari pihak lain adalah kunci keberhasilan. Buntoro telah membuktikannya. 737

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler