x

Iklan

Frank Jiib

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Senin, 20 Maret 2023 11:48 WIB

Melarikan Diri

Setelah berhasil melakukan pembunuhan terhadap sang raja kokaina dunia. Saatnya kedua orang itu melarikan diri sebelum anak buah Sang Don mengetahui tempat persembunyian mereka. Apakah usaha kedua orang itu dalam misi melarikan diri ini berhasil? Ikuti kisahnya dalam cerita yang berjudul Melarikan Diri, yang merupakan kelanjutan dari cerita Akhir Tragis Sang Don.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah berhasil melakukan pembunuhan berencana terhadap sang raja kokaina, kini saatnya kedua orang itu segera melarikan diri dari tempat persembunyiannya. Dengan perlahan Xavier dan Danilo beringsut mundur meninggalkan tempat persembunyian mereka di antara rimbunan pohon di atas bukit yang menghadap ke halaman belakang mansion mewah Sang Don. Kedua orang itu berjalan mengendap-ngendap dengan waspada menuruni bukit menjauh dari tragedi berdarah yang telah mereka ciptakan.

   Terik matahari mulai terasa membakar tanah di sekitar mereka. Kini, di hadapan mereka terbentang hamparan tanah kering bercampur pasir yang diselingi beberapa tumbuhan khas daerah gurun. Kedua orang itu terus berjalan menuju ke sebuah mobil tua yang sengaja disamarkan agar tidak menarik perhatian orang yang kebetulan sedang lewat di daerah antah-berantah ini. Danilo segera membuka pintu mobil dan duduk di balik kemudi, sedangkan rekannya duduk di sampingnya setelah terlebih dulu menyimpan senapan runduknya, kedua orang itu duduk diam di dalam mobil sambil mengamati keadaan sekitar yang mulai terbakar terik matahari Sinaloa.

   “Misi telah berhasil dilaksanakan dengan sempurna,” ujar Danilo kepada rekannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

   “Misi kali ini sungguh gila, dan aku masih terbayang saat separuh kepala Sang Don lenyap dihantam peluru,” balas Xavier. “Bajingan itu telah menerima akibat dari perbuatannya dan aku merasa senang.”

   “Sekarang,” kata Danilo, “kita harus segera keluar dari tempat terkutuk ini dan segera menuju ke kota.

   “Semakin cepat kita meninggalkan tempat ini akan semakin bagus,” jawab Xavier.

***

   Danilo segera menyalakan mesin mobil tuanya akan tetapi mesin mobil tua itu tidak mau menyala seakan enggan meninggalkan tanah terkutuk ini. Danilo terus berusaha menyalakan mesin mobil tuanya tetapi usahanya selalu gagal dan mesin mobil tetap tidak mau menyala.

   “Sial … sial … kenapa terjadi di saat genting seperti ini,” umpat Danilo dengan suara keras.

   “Hei kawan, tetap tenang dan kendalikan dirimu,” ujar Xavier menenangkan sahabatnya yang mulai panik.

   “Aku minta maaf. Aku merasa panik dan takut jika kita terjebak di tempat terkutuk ini tanpa ada bala bantuan yang akan menolong kita.” Danilo menoleh ke rakannya yang juga mulai terlihat keraguan di wajahnya dengan situasi yang tidak terduga ini.

   “Kita harus bisa menghidupkan mesin mobil tua ini, karena inilah satu-satunya tiket kita bisa meninggalkan tempat ini.”

   “Aku akan turun dan memeriksa mesin mobil tua ini sebelum terik matahari siang akan memanggang kita berdua,” kata Danilo sambil bercanda untuk meredakan ketegangan.

   “Aku percaya padamu kawan. Aku juga akan turun dan memindai keadaan sekitar untuk berjaga-jaga jika para pengawal Sang Don tiba-tiba muncul di hadapan kita.”

***

   Akhirnya kedua orang itu turun dari mobil tua yang seharusnya sudah menajadi barang rongsokan, dan mulai melakukan tugas masing-masing. Danilo segera membuka kap mesin mobil untuk memeriksa serta menemukan sumber masalah yang membuat mesin mobil tidak mau menyala. Sedangkan Xavier kembali mengambil senapan runduknya dan mulai berjalan menuju ke area yang ada di belakang mobil untuk memindai keadaan sekitar. Xavier mencari tempat untuk menyamarkan dirinya serta memudahkannya melihat keadaan sekitar. Tatapan mata Xavier akhirnya tertuju ke sebongkah batu besar yang di sampingnya berdiri sebuah pohon sebagai pelindung dari panas yang mulai membakar.

   Xavier bergegas menuju ke tempat persembunyiannya, lalu mulai menata posisi senapan runduknya agar siap digunakan untuk menghabisi siapa pun yang datang mendekat. Di balik tempat persembunyiannya, Xavier mulai memindai daerah sekitarnya melalui teleskop jarak jauhnya. Apa yang Xavier lihat hanya berupa tanah kering tandus disertai keheningan yang menakutkan. Seakan tempat ini telah dikutuk sejak awal untuk menjadi kuburan bagi siapa pun yang ada di atasnya. Bulir-bulir keringat mulai bermunculan di wajah Xavier, hawa panas yang semakin menyengat ditambah ketegangan yang memuncak semua bercampur menjadi satu.

   Xavier lalu berbicara kepada rekannya melalui earpiece yang terpasang:

   “Danilo apakah mesin mobil sudah bisa menyala?”

   “Aku sedang berusaha menghidupkan mesin mobil tua ini,” jawab Danilo.

   “Terus usahakan dan semoga saja mesin mobil tua ini bisa segera menyala.”

   Setelah percakapan singkat antara Danilo dan Xavier berakhir suasana kembali hening. Waktu berjalan begitu lambat dan semakin lama matahari semakin meninggi. Tidak terasa sudah empat puluh menit berlalu dan kedua orang itu masih terjebak di tanah antah-berantah tanpa ada kepastian kapan mesin mobil tua itu bisa menyala kembali. Dalam suasana keheningan yang mencekam, ditambah dengan kelelahan yang mulai dirasakan Xavier, tiba-tiba indra pendengarannya seperti menangkap suara tetapi masih samar-samar. Xavier segera waspada dan memusatkan seluruh perhatiannya ke area yang ada di hadapannya guna mencari asal sumber suara yang didengarnya.

   Xavier menajamkan indra pendengarannya untuk menangkap lebih jelas suara-suara yang terbawa angin di tempat yang diselimuti oleh keheningan. Lambat laun suara yang didengarnya semakin jelas, dan Xavier bisa memastikan jika itu adalah suara seseorang yang tengah berbicara kepada rekannya. Xavier menduga itu pasti para penjaga mansion mewah milik Sang Don yang berusaha menemukan siapa pelaku pembunuhan terhadap sang raja kokaina. Xavier segera memberi tahu rekannya akan kedatangan tamu yang tak diundang tidak lama lagi:

   “Danilo,” katanya melalu earpeace. “Kita akan kedatangan tamu tidak lama lagi. Dugaanku tamu kita adalah para penjaga mansion mewah milik Sang Don.”

   “Apa yang baru saja kamu katakan?” ujar Danilo tidak percaya. “Kita akan kedatangan tamu dan aku yakin tamu kita bukan jenis tamu yang bisa beramah-tamah.”

   “Aku rasa begitu,” jawab Xavier, “cepat nyalakan mesin mobil tua itu dan aku akan berusaha sebisa mungkin menghalau mereka.

   “Aku sudah tahu, dan pastikan punggungku tetap aman dari terjangan peluru karena itu adalah tugasmu untuk melindungi aku,” balas Danilo dengan bercanda untuk mengusir ketegangan yang ia rasakan.

   “Tutup mulut besarmu dan cepat nyalakan mesin mobil tua itu.”

***  

   Setelah percakapan singkat untuk memberi tahu akan kedatangan tamu yang tak diundang, Xavier bersiap menanti siapa tamu yang akan muncul dari balik bukit berbatu. Kurang dari limat menit penantian Xavier akhirnya terjawab. Dari balik teleskop jarak jauhnya, Xavier melihat dua orang dengan mengenakan pakaian serba hitam berjalan beriringan muncul dari bukit berbatu. Kedua orang itu membawa senapan otomatis yang tersampir di bahunya serta belum menyadari jika di bawah bukit berbatu ada sebuah mobil tua yang sedang diperbaiki. Tidak menunggu waktu lama, kedua orang itu akhirnya melihat ada sebuah mobil tua yang terbuka kap mesinnya dan sepertinya ada seseorang yang tengah memperbaikinya.

   “Danilo, dengar!” ujar Xavier melalui earpeace, “kedua orang itu melihatmu dan sepertinya mereka akan berjalan menghampirimu.”

   “Habisi kedua orang itu sebelum ia sampai di tempatku Xavier. Jangan sampai kedua orang itu membunuhku atau yang lebih buruk menangkap kita berdua hidup-hidup”

   “Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Tetap tenang dan jangan membuat gerakan yang mencurigakan.”

   “Baiklah, kuserahkan kedua begundal itu kepadamu.”

   Kedua orang itu segera berjalan menuruni bukit berbatu menuju ke tempat mobil tua yang tengah diperbaiki Danilo. Kali ini senapan otomatis diacungkan ke depan dan siap digunakan. Dalam situasi menegangkan seperti saat ini, ada satu faktor yang sangat menentukan dan faktor itu adalah kejutan yang tidak terduga. Ketika kedua orang itu telah sampai di dasar bukit berbatu, salah seorang rekannya berjalan menuju ke mobil tua sambil berbicara dengan nada memerintah:

   “Hey señor muéstrate y ponte las manos en la cabeza, ahora![1]

   Mendengar ucapan dalam bahasa Spanyol dari seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya, Danilo segera beranjak dari balik kap mesin mobil untuk menampakkan dirinya dengan kedua tangan berada di belakang kepala. Kini Danilo bisa melihat siapa orang yang tengah berbicara kepadanya sambil menodongkan senapan otomatis, dan di belakangnya seorang rekannya juga mulai berjalan perlahan menuju ke tempat Danilo tengah berdiri.

   “¿Qué està haciendo en un lugar como este, señor?[2] tanya orang itu kepada Danilo sambil tetap mengacungkan senjatanya.

   “Estoy reparando este carro viejo, porque tiene problemes de motor,”[3] jawab Danilo memberi tahu.

   Mendengar jawaban yang baru saja Danilo sampaikan sepertinya tidak membuat orang itu percaya, malah semakin membuat penasaran dan berkata dengan kasar:

   “Señor, ¿qué està hacienda exactamente en este lugar? ¡Responde ràpido![4]

   Melihat ekspresi Danilo yang terlihat bingung dan tidak segera memberi jawaban, membuat orang itu mulai melepas pengaman senapan otomatisnya dan siap menembak. Keadaan benar-benar genting dan nyawa Danilo kini berada di ujung tanduk.

***  

   Dari balik tempat persembunyiannya, Xavier terus mengawasi situasi yang tengah dihadapi rekannya. Ia harus segera mengambil tindakan sebelum semuanya terlambat dan ia akan kehilangan nyawa rekannya. Xavier melakukan perhitungan cermat di dalam kepalanya untuk memutuskan siapa dari kedua orang itu yang harus ia bunuh terlebih dahulu. Karena, jika ia sampai salah mengambil keputusan, semua usaha yang telah ia lakukan bersama rekannya akan menjadi sia-sia. Dari balik teleskop jarak jauhnya ia dapat melihat dengan jelas orang yang tengah menodongkan senapan otomatis ke arah Danilo, sedangkan orang yang satunya masih berjalan mendekat sambil mengamati keadaan sekitar.

   Xavier memejamkan mata sejenak sambil menarik napas panjang untuk meredakan ketegangan yang ia rasakan. Inilah saatnya untuk menekan pelatuk senapan runduknya dan menghabisi kedua begundal yang notabene merupakan anak buah Sang Don. Xavier mengarahkan senapannya kepada orang yang tengah menodongkan senapan otomatis ke tubuh rekannya. Xavier membidik kepala orang itu, lalu, sebuah suara dor memecah keheningan pedalaman Sinaloa yang segera diikuti hilangnya sebagian kepala orang yang sebelumnya menodongkan senapan ke tubuh Danilo. Mendengar suara tembakan yang menggema, Danilo segera menghempaskan tubuhnya ke tanah untuk berlindung.

   Orang kedua yang tengah berjalan mendekat dibuat terkejut dengan suara tembakan yang menggema di tanah antah-berantah ini. Belum sempat ia pulih dari rasa terkejut yang dirasakannya, terdengar suara tembakan kedua yang langsung bersarang tepat di dada hingga tembus ke punggung. Tubuh orang kedua langsung terhempas ke tanah akibat kuatnya hantaman peluru yang menembus tubuhnya. Setelah kejadian singkat itu, suasana kembali hening seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Hanya ada dua tubuh yang tergeletak tidak bernyawa dengan darah segar yang mulai menggenang di tanah kering berdebu.

   Xavier segera keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri rekannya yang kini telah kembali berdiri dengan wajah berdebu. Xavier merasa senang meliaht rekannya tidak terluka sedikit pun, namun masalah mereka belumlah usai. Jika mesin mobil tua ini tetap tidak mau menyala, maka tamatlah riwayat mereka berdua.

   “Bagaimana keadaanmu, apa kau baik-baik saja?” tanya Xavier.

   “Aku baik-baik saja dan tadi nyaris saja nyawaku melayang di tangan anak buah Sang Don,” jawab Danilo.

   “Kita harus segera pergi dari sini, sebelum bala bantuan lainnya tiba,” ujar Xavier.

   “Sekarang aku akan mencoba menyalakan mesin mobil tua ini. Aku berharap semoga keberuntunga ada di pihak kita,” balas Danilo.

   Danilo segera masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesin mobil. Pada percobaan pertama usahanya belum berhasil, pada percobaan kedua juga masih tetap sama, dan pada percobaan ketiga akhirnya mesin mobil tua itu bisa menyala. Raut kelegaan tergambar jelas di wajah Danilo karena ini adalah tiket keselamatan mereka walaupun hanya sementara. Xavier segera masuk ke dalam mobil dan tidak menunggu lama mobil pun segera melaju meninggalkan tanah antah-berantah di pedalaman Sinaloa.

*** 

   Dari balik bukit berbatu muncul sepasukan dengan membawa senapan otomatis yang siap digunakan. Seorang pria tinggi berkulit sawo matang dengan wajah tanpa ekspresi melihat pemandangan yang ada di bawahnya, dan ia mendapati ada sepasang tubuh yang sudah tidak bernyawa dengan darah yang mulai mengering. Di kejauhan samar-samar terlihat kepulan debu yang berterbangan dari sebuah mobil yang tengah melaju kencang meninggalkan tanah antah-berantah di pedalaman Sinaloa. Akan tetapi, kejadian ini barulah awal dari sebuah perburuan untuk menemukan siapa orang yang harus bertanggung jawab atas tewasnya sang raja kokaina dunia.

~Bersambung~

 

 

[1] “Hei Sir tunjukkan diri Anda dan letakkan tangan Anda di atas kepala Anda, sekarang!”

[2] “Apa yang Anda lakukan di tempat seperti ini Sir?”

[3] “Saya sedang memperbaiki mobil tua ini, karena memiliki masalah mesin”

[4] “Sir apa yang sebenarnya Anda lakukan di tempat ini? Cepat jawab!”

Ikuti tulisan menarik Frank Jiib lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler