x

Pendidikan karakter menjadi salah satu akses yang tepat dalam melaksanakan character building bagi generasi muda; generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dengan dibekali iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta Bertanggung- jawab

Iklan

Fajar Tumanggor

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 Juli 2022

Rabu, 29 Maret 2023 17:59 WIB

Menghidupkan Pendidikan Karakter Berbasis Keteladanan

Pendidikan Karakter Berbasis Keteladanan Harus Menjadi Prioritas di Masa Sekarang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Pendidikan karakter adalah hal yang penting dalam pembentukan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik dan memiliki moralitas yang tinggi. Namun, sayangnya pendidikan karakter di Indonesia seringkali terabaikan dan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah dan masyarakat. Terlebih lagi, dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan karakter di Indonesia mengalami krisis keteladanan yang cukup serius.

Krisis keteladanan dalam pendidikan karakter terjadi karena banyaknya kasus penyelewangan, penyalahgunaan, kekerasan, dan tindakan amoralitas. Hal ini sangat mempengaruhi pemikiran dan perilaku para pelajar yang memandang hal tersebut sebagai tindakan yang wajar dan bisa ditiru. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai contoh, kita sering mendengar dan bahkan melihat fenomena pungutan liar (pungli) di sekolah. Menurut survei Transparency International Indonesia (TII) pada tahun 2019, 30,9% responden mengaku pernah mengalami pungli di sekolah. Modus nya beragam. Mulai dari dana untuk wisata, baju, hingga peralatan sekolah yang sifatnya diwajibkan.

Jelas hal ini bisa menimbulkan stigma negatif bagi siswa. Sebab, tak jarang mereka juga mengadukan hal tersebut ke orang tua, yang bisa memicu timbulnya ketidakpercayaan pada sebuah instansi.

Herbert Hyman dan Philip Singer lewat Teori Referensi Kelompok nya mengatakan bahwa, kelompok referensi dapat mempengaruhi identitas individu, persepsi diri, dan perilaku entitas. Semakin sering seseorang mendapatkan muatan referensi, semakin mudah bagi nya untuk terpengaruh. Dengan kata lain, jika perilaku buruk yang sering ditampilkan, maka individu akan melakukan hal serupa baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Hal di atas masih satu contoh. Kita bisa melihat, akhir-akhir ini dunia terus melakukan transformasi digital yang meretas tapal batas geografis hingga demografis. Kondisi ini jelas mengubah kebiasaan, perilaku, dan cara pandang anak. 

Banyak pelajar yang terlalu terpaku pada layar gadget dan kurang berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitar. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan kemampuan sosial, empati, dan keterampilan interpersonal yang penting untuk membentuk karakter.
Kecanggihan teknologi juga dapat mempengaruhi cara belajar dan pengajaran di sekolah. Ketergantungan pada teknologi dapat menyebabkan guru dan siswa mengabaikan pentingnya interaksi sosial dan nilai-nilai moral dalam proses belajar-mengajar. Banyak siswa yang lebih terpaku pada hasil akhir, seperti nilai atau prestasi, daripada pada proses belajar itu sendiri.

Di bagian lain, kecanggihan teknologi juga dapat memicu terjadinya perilaku negatif seperti cyberbullying atau penyebaran informasi palsu dan tidak bertanggung jawab di media sosial. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial dan nilai-nilai moral yang ditanamkan pada anak dan remaja.

Solusi
Oleh karena itu, perlu ada upaya nyata dalam mengatasi krisis keteladanan dalam pendidikan karakter di Indonesia. Pemerintah harus menunjukkan teladan yang baik dan memastikan bahwa para pejabat dan tokoh masyarakat tidak terlibat dalam tindakan buruk seperti korupsi dan kekerasan. Selain itu, para guru juga harus memperhatikan perilaku dan tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari karena mereka adalah contoh yang utama bagi para pelajar.

Orang tua juga harus berperan aktif dalam mendidik karakter anak-anak mereka. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dan mengajarkan nilai-nilai moral yang positif. Hal ini dapat dilakukan melalui pembiasaan sehari-hari, seperti membiasakan anak-anak untuk jujur, disiplin, dan bertanggung jawab.

Sekolah juga dapat berperan dalam membentuk karakter para pelajar dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendidik karakter, seperti kegiatan sosial, kepemimpinan, dan kerja sama tim. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan para pelajar dapat memperoleh pengalaman yang positif dan mempelajari nilai-nilai penting seperti toleransi, kerja sama, dan integritas.

Pakar Pendidikan Indonesia Dr. Thomas Lickona dalam buku nya Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, menekankan bahwa pendidikan karakter berbasis keteladanan yang terarah, terukur, dan sistematis, dapat membantu individu untuk mengembangkan sikap positif seperti kejujuran, kerjasama, dan tanggung jawab.

Di era digital yang semakin maju seperti sekarang ini, pendidikan karakter juga harus diadaptasi dengan teknologi yang ada. Salah satu contohnya melalui media sosial. Sekolah dapat memanfaatkan media sosial untuk mengajarkan nilai-nilai moral yang baik kepada para pelajar. Dengan adanya media sosial, para pelajar dapat memperoleh akses yang lebih luas dan lebih mudah. Tentunya tak luput dari pengawasan.

Last but not least, kita juga bisa belajar dari banyak negara lain tentang pengembangan pendidikan karakter berbasis keteladanan. Salah satunya di Jepang. Negara Sakura itu memiliki pendidikan karakter yang kuat yang dikenal sebagai "moral education" atau "seikatsu kyoiku", yang berarti pendidikan kehidupan. 

Pendidikan ini berfokus pada pengajaran keterampilan di antaranya keterampilan sosial, keterampilan hidup sehari-hari, dan keterampilan pekerjaan.

Dengan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan kehidupan sehari-hari, siswa dapat menjadi warga yang lebih mandiri dan terampil, yang dapat memperkuat ekonomi negara secara keseluruhan di masa mendatang.

Bagi Jepang dan negara kita sendiri, pendidikan karakter adalah kompas untuk mengarungi kehidupan. Kalau pendidikan menjadi alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka karakter adalah penuntun untuk tetap berada di dalam terang kehidupan. 

Untuk semuanya itu, diperlukan keteladanan atau bukti konkret pelaksanaan nya di kehidupan nyata. Tan Malaka dalam bukunya Madilog mengatakan, tujuan pendidikan karakter tidak sekadar bualan belaka, tapi menjadi dari apa yang dikonsepkan. Siapapun kita, harus penjadi pionir keteladanan. 

 

 

Ikuti tulisan menarik Fajar Tumanggor lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler