x

Ilustrasi Kelompok Burakumin (flickr.com)

Iklan

R. Adjie Prasetya Lesmana

Mahasiswa Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Jumat, 7 April 2023 20:43 WIB

Fenomena Diskriminasi Burakumin di Jepang

Meskipun masih satu etnis dengan mayoritas orang Jepang, Burakumin sering mengalami diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jepang sering dianggap sebagai salah satu negara homogen yang terdiri hanya satu etnis dalam satu negara. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena menurut Alesina,dkk (2002:8) Jepang bersama dengan Korea Selatan dan Korea Utara adalah negara yang paling homogen secara etnis.
 
Walaupun disebut sebagai negara homogen, Jepang memiliki berbagai kelompok minoritas besar yang tersebar di seluruh Jepang, seperti suku Ainu yang tinggal di Hokkaido, suku Ryukyu di Kepulauan Okinawa, Zainichi yang merupakan keturunan Korea yang tinggal di Jepang, serta beberapa kelompok minoritas lainnya. Di antara berbagai kelompok minoritas tersebut, terdapat kelompok minoritas yang disebut sebagai Burakumin (部落民).
 
Burakumin sebenarnya masih satu etnis dengan orang Jepang biasa, tetapi mengalami diskriminasi dikarenakan sistem pembagian kasta yang ditetapkan pada zaman Edo (1603 - 1867).

Apa itu Burakumin?

Burakumin adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelompok sosial terpinggirkan di Jepang yang diyakini memiliki latar belakang kriminal atau pekerjaan yang dianggap tidak baik oleh masyarakat. Asal usul Burakumin sendiri dapat ditelusuri kembali ke zaman Edo (1603 - 1867). Pada saat itu Keshogunan Tokugawa membagi masyarakat menjadi empat kelas, kelas pertama diisi oleh para samurai, kemudian petani di kelas kedua, seniman di kelas ketiga, dan pedagang pada kelas terakhir. Burakumin dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Eta dan Hinin.
 
Kelompok Eta adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan kotor dan tercemar oleh masyarakat, seperti penyamak kulit, pengawal pemakaman, dan pembuat kain dari rambut kuda. Mereka dianggap sebagai orang yang tidak suci dan tidak dapat berhubungan dengan orang lain dalam masyarakat.
 
Kemudian ada kelompok Hinin yang terdiri dari orang-orang yang dianggap sebagai pengemis, pelacur, penjahat, dan orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Mereka sering dipandang rendah dan dianggap sebagai orang yang tidak berguna dalam masyarakat. Sebagai hasilnya, mereka sering hidup terpisah dari masyarakat umum, dan memiliki tempat tinggal dan pemakaman mereka sendiri. Mereka juga sering dipaksa untuk mengenakan tanda pengenal khusus dan dilarang memasuki beberapa wilayah di kota.
 
Setelah Restorasi Meiji pada tahun 1868, pembagian kelas sosial di Jepang resmi dihapuskan dan para Burakumin kembali disatukan kedalam masyarakat. Namun, stigma terhadap kelompok-kelompok ini masih bertahan dan terus diturunkan dari generasi ke generasi. Meskipun kondisi sosial dan ekonomi Jepang telah berubah secara dramatis sejak itu, stigma dan diskriminasi terhadap Burakumin masih ada hingga saat ini.

Diskriminasi kepada Burakumin

Meskipun sistem pembagian kelas di Jepang telah dihapuskan dan kelompok Burakumin telah diintegrasikan ke dalam masyarakat, tetapi kelompok Burakumin masih mengalami diskriminasi di berbagai aspek kehidupan mereka. Diskriminasi ini telah terjadi selama berabad-abad dan meskipun beberapa tindakan telah diambil untuk mengurangi diskriminasi, masalah ini masih ada.
 
Orang-orang Burakumin sering menghadapi diskriminasi di berbagai aspek kehidupan, termasuk di bidang pekerjaan, pendidikan, dan perumahan. Pada bidang pendidikan kelompok Burakumin mengalami berbagai bentuk diskriminasi seperti:
  1. Pengasingan: Di beberapa daerah, anak-anak Burakumin diisolasi ke dalam kelas-kelas atau sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga Burakumin, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak dari keluarga lain dan merasakan diskriminasi dan pemisahan.
  2. Penolakan: Beberapa universitas dan perguruan tinggi di Jepang masih meminta calon mahasiswa untuk mengisi formulir yang menanyakan apakah mereka berasal dari keluarga Burakumin. Jika calon mahasiswa menjawab ya, mereka sering ditolak, bahkan jika mereka memiliki kualifikasi dan prestasi yang sama dengan calon mahasiswa dari keluarga lain.
  3. Diskriminasi dalam pengajaran: Beberapa guru mengajarkan sejarah dan kebudayaan Jepang dengan cara yang menekankan peran Burakumin sebagai kelompok sosial yang rendah dan tercela. Hal ini dapat merendahkan martabat anak-anak Burakumin dan menyebabkan mereka merasa malu atau tidak berharga.

Burakumin juga mengalami diskriminasi dalam dunia kerja di Jepang. Beberapa bentuk diskriminasi yang dialami Burakumin meliputi:

  1. Penolakan kerja: Banyak perusahaan masih meminta calon karyawan untuk mengisi formulir yang menanyakan apakah mereka berasal dari keluarga Burakumin. Jika calon karyawan menjawab ya, mereka seringkali ditolak meskipun mereka memiliki kualifikasi dan pengalaman kerja yang sama dengan calon karyawan dari keluarga lain.
  2. Promosi dan pengembangan karir yang terbatas: Meskipun Burakumin berhasil mendapatkan pekerjaan, mereka seringkali tidak diberi kesempatan yang sama untuk dipromosikan dan mengembangkan karir mereka di perusahaan. Ini dapat menjadi hambatan bagi Burakumin yang ingin maju dalam karir mereka dan meningkatkan status sosial mereka.
  3. Pekerjaan yang kurang dihargai: Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan yang kotor atau rendah oleh masyarakat Jepang seringkali diisi oleh orang-orang Burakumin. Pekerjaan ini seringkali kurang dihargai dan kurang dibayar, sehingga Burakumin cenderung menjadi kelompok yang terjebak dalam kemiskinan.

Burakumin juga sering mengalami diskriminasi dalam bidang perumahan di Jepang. Beberapa bentuk diskriminasi yang meliputi:

  1. Penolakan: Beberapa pemilik properti, agen real estat, dan pengelola apartemen dan rumah kontrakan enggan memberikan hunian mereka kepada keluarga Burakumin, bahkan jika keluarga tersebut mampu membayar sewa atau harga properti yang diminta.
  2. Pengasingan: Beberapa daerah di Jepang memiliki kawasan yang dihuni oleh keluarga Burakumin. Orang-orang dari kelompok Burakumin ini diisolasi dan tidak diizinkan tinggal di daerah lain. Bahkan, beberapa daerah masih menerapkan kebijakan yang membatasi orang dari kelompok Burakumin untuk membeli atau menyewa properti di daerah tersebut.
  3. Identifikasi: Pihak yang terlibat dalam industri real estate sering menandai apartemen atau rumah yang ditinggali oleh keluarga Burakumin dengan tanda khusus atau label tertentu, yang menyebabkan diskriminasi dan pengucilan dari masyarakat.

Upaya Pemerintah Jepang?

Saat ini, kelompok Burakumin semakin sering menyerukan seruan anti-diskriminasi dan terus memperjuangkan hak mereka. Pemerintah Jepang sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah diskriminasi yang dialami oleh kelompok Burakumin. Salah satu upaya pemerintah Jepang adalah dengan mengesahkan Undang-Undang Penghapusan Diskriminasi pada tahun 2016. Undang-undang ini melarang diskriminasi berdasarkan ras atau asal usul keluarga dan memberikan sanksi kepada orang-orang atau organisasi yang melakukan diskriminasi.
 
Selain itu, pemerintah Jepang telah menunjuk Kantor Penghapusan Diskriminasi sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk mengatasi diskriminasi di negara tersebut. Kantor ini memberikan dukungan dan bantuan kepada orang-orang yang mengalami diskriminasi dan mempromosikan kesadaran tentang isu diskriminasi di seluruh masyarakat.
Pemerintah Jepang juga telah memberikan bantuan keuangan kepada organisasi dan kelompok masyarakat yang berjuang untuk mengatasi diskriminasi terhadap kelompok Burakumin.
 
Referensi
Alesina, Alberto F., Easterly, William, Devleeschauwer, Arnaud, Kurlat, Sergio, Wacziarg, Romain T. (2002). Fractionalization. Harvard University.
Yoshio Sugimoto. (2010). An Introduction to Japanese Society. Third Edition. Cambridge University Press.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik R. Adjie Prasetya Lesmana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB