Tiga Risalah

Sabtu, 8 April 2023 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiga Risalah. Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Perjalanan, cerita sunyi, cinta, asmara tak kunjung padam. Salam kasih sayang saudaraku.

Risalah Satu.

Kaca-kaca menyilaukan kulitmu jingga, menjadi kuning cemerlang seterang bias memantul. Gigimu berbaris seperti jagung manis, ketika senyum itu berkilat di mata Dewa Awan, seketika kau rampas seluruh impian menjadi milikmu. Aku ikhlas menjadi kancing bajumu sekalipun.

Aku ikhlas menjadi rahim di dalam tubuhmu. Aku ikhlas menjadi kekasih di jantungmu. Aku ikhlas menjadi asmara rembulan pagimu, bahkan sore atau malam sekalipun. Tapi, aku tak mau mencuri mangga tetangga, meski kau sedang mengidam. Janji ya… Kiss.

Para Dewa di langit bertepuk tangan meriah sekali, setelah fragmen satu babak itu tutup layar.

(2017)

Risalah Dua.

Baru saja Gatotkaca berkabar. Bahwa matahari hanya terbit setengah hati. Tapi sulit dibuktikan siapa menutupnya. Prabu Kresna, sibuk mengarang buku tentang terjadinya semesta. Sambil lalu ia berkata “Mungkin itu Petruk sedang kesal… Mungkin juga Gareng sedang usil menggoda Dewi Venus…”

Seseorang keturunan Pandawa, memberi risalah kepada anaknya, bahwa matahari punya takdirnya sendiri. Tak perlu bukti. Alam memiliki siklusnya. Para Dewa tidak pernah menjawab apapun, kecuali pertanyaan Semar. Kerjakan saja, apa yang menjadi kewajibanmu, asal jangan mencuri sandal para Dewa atau numpang mandi sekali pun.

(2017)

Risalah Tiga.

Aku mau bilang pada para Dewa. Aku belajar membaca dari koran, aku bawa setiap hari, atau aku bertanya pada teman tentang huruf A hingga Z. Cara membaca tanpa dieja awalan dan akhiran.

Aku bisa menjelaskan kepada para Dewa, apa isi berita di koran, berita di teve, tentang harga beras, tahu, tempe, cabai merah, bawang putih, bawang merah dan sebagainya. Para Dewa mendengarkan kisahku dengan saksama dan terus mencatatnya. 

(2017)

***

Jakarta Indonesiana, April 08, 2023.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
Lihat semua