Setiap Hari Jadi Puisi

Rabu, 19 April 2023 16:03 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap Hari Jadi Puisi. Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Cerita sunyi, cinta, asmara tak kunjung padam. Artikel ini sekadar catatan ringan. Semoga bermanfaat. Amin. Salam kasih sayang saudaraku.

Syahdan puisi tak harus dengan kalimat ruwet, sulit dimengerti oleh khalayak pembaca. Tapi kembali ke hati, kreatornya, bebas merdeka.

Lantas, apaan sih itu puisi di seni susastra, mungkin semacam catatan empiris sehari-hari, itu sebabnya pula ada 'pantun', sebagaimana sejarahnya, irama 'wong urip', tembang-susastra pantun, konon, katanya nih, disebut juga 'nyanyian hati atau seni hidup', mengapa demikian, because, mungkin pula, yuk, mencoba kembali melacak ke dasar episentrum-nya.

Apa itu 'seni', dalam berbagai bentuknya; seni adalah pancaran perasaan, terserah mau seni apa azaaa dehh ya.

Folk art, seni kriya, sculpture art, lukis, design, susastra, dan seterusnya, sesuka hati seriang hatimu. Manusia menggunakan hakikat perasaannya, kepekaannya seperti melihat calon belahan hati melintas bercahaya, barangkali loh.

Ada juga menyebut seni sebagai bahasa bunga. Tapi, bukan sekadar bunga plastik-yaa bunga plastik juga boleh juga, kalau itu dibutuhkan, bisa dibeli di toko kelontong, akan tetapi, seni, telah menjadi berkat di jagat raya, antara lain, dari 'seni melihat' melahirkan 'seni berpikir', inheren eksistensi pustaka penciptaan, baik secara personal atau manusia dengan kelompok sosialnya.

Demikian. Percaya atau tidak. Terserah deh. Salam kreatif saudaraku. Salaman.

**

Puisi | Skala

Bunga tulip tak ada di sini. Ada, di tempat lain jauh banget, di sana. Mungkin di benua empat musim.

Mengapa tak ada di sini. Karena di sini cuma ada dua musim. Musim penghujam setelah musim panas atau sebaliknya.

Itu sebabnya pula kepanasan atau kehujanan. Kenapa? Sebab iklim. Ada apa dengan iklim? Tanyalah kepada pembuat iklim.


Puisi | Potret

Nah, itu dia. Tema kadang-kadang mampu menipu isi dalam paham positif. Begitu teman, konon.

Mungkin, serupa lebah penyuka sari bunga. Lantas kamera manusia memotret keduanya, keindahannya. Di ranah itu ada warna, ada, makhluk kecil terbang di atas sari bunga-bunga di terpa mentari.

Alamak, menjadi indah di mata kamera, di silau matahari. Lengkap lah scenery itu, ada background mendorong floor ground, dalam ghost image, kerlap-kerlip estetis. Klik!


Puisi | Asap

Ada pepatah atau pun peribahasa. Banyak ragamnya. Hati merona tak ada siapapun tahu. Ayam bertelur di sangkar madu. Ilalang bergoyang ditiup angin sedari siang hingga malam, sesuka pembuat angin. Ada api ada asap, tak ada asap tak ada api.

Kentongan bertalu-talu. Kebakaran! Kebakaran! Melempar suara sembunyi hati. Pemadam api sibuk berganti. Semusim, menyimpan rahasia hati.


Puisi | Bola Mata

Ada cintrong di bola matamu.
Hahaha! Kata siapa? Mataku tak ada bolanya. Mataku bukan lapangan bola.
Maksudku, cinta terpancar dari kerlingan matamu.
Hihihi! Aku tidak mengerlingkan mata loh!
Maksudku, mau bertanya padamu. Apakah kamu punya mata? Kau injak kakiku, setahun lalu.
Loh! Maaf, kalau benar begitu. Ini beneran?
Lihat sekarang! Kakimu menginjak kakiku.


Puisi | Kamu

Serius, kamu bisa menyanyi. Sungguh luar biasa.

Pantas lah, kalau kau bisa menyembuhkan luka di hatimu. Tak berlarut-larut sepanjang hari. Pantas pula kau rupawan secerah hari, seterang matahari, seindah rembulan pagi.

(2020)

**

Jakarta Indonesiana, April 19, 2023.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Antumbra

Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB
img-content

Eskrim Pop Up (35)

Selasa, 25 Juni 2024 19:34 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua