x

Digital Photography by Tasch 2023

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Rabu, 19 April 2023 16:03 WIB

Setiap Hari Jadi Puisi

Setiap Hari Jadi Puisi. Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Cerita sunyi, cinta, asmara tak kunjung padam. Artikel ini sekadar catatan ringan. Semoga bermanfaat. Amin. Salam kasih sayang saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Syahdan puisi tak harus dengan kalimat ruwet, sulit dimengerti oleh khalayak pembaca. Tapi kembali ke hati, kreatornya, bebas merdeka.

Lantas, apaan sih itu puisi di seni susastra, mungkin semacam catatan empiris sehari-hari, itu sebabnya pula ada 'pantun', sebagaimana sejarahnya, irama 'wong urip', tembang-susastra pantun, konon, katanya nih, disebut juga 'nyanyian hati atau seni hidup', mengapa demikian, because, mungkin pula, yuk, mencoba kembali melacak ke dasar episentrum-nya.

Apa itu 'seni', dalam berbagai bentuknya; seni adalah pancaran perasaan, terserah mau seni apa azaaa dehh ya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Folk art, seni kriya, sculpture art, lukis, design, susastra, dan seterusnya, sesuka hati seriang hatimu. Manusia menggunakan hakikat perasaannya, kepekaannya seperti melihat calon belahan hati melintas bercahaya, barangkali loh.

Ada juga menyebut seni sebagai bahasa bunga. Tapi, bukan sekadar bunga plastik-yaa bunga plastik juga boleh juga, kalau itu dibutuhkan, bisa dibeli di toko kelontong, akan tetapi, seni, telah menjadi berkat di jagat raya, antara lain, dari 'seni melihat' melahirkan 'seni berpikir', inheren eksistensi pustaka penciptaan, baik secara personal atau manusia dengan kelompok sosialnya.

Demikian. Percaya atau tidak. Terserah deh. Salam kreatif saudaraku. Salaman.

**

Puisi | Skala

Bunga tulip tak ada di sini. Ada, di tempat lain jauh banget, di sana. Mungkin di benua empat musim.

Mengapa tak ada di sini. Karena di sini cuma ada dua musim. Musim penghujam setelah musim panas atau sebaliknya.

Itu sebabnya pula kepanasan atau kehujanan. Kenapa? Sebab iklim. Ada apa dengan iklim? Tanyalah kepada pembuat iklim.


Puisi | Potret

Nah, itu dia. Tema kadang-kadang mampu menipu isi dalam paham positif. Begitu teman, konon.

Mungkin, serupa lebah penyuka sari bunga. Lantas kamera manusia memotret keduanya, keindahannya. Di ranah itu ada warna, ada, makhluk kecil terbang di atas sari bunga-bunga di terpa mentari.

Alamak, menjadi indah di mata kamera, di silau matahari. Lengkap lah scenery itu, ada background mendorong floor ground, dalam ghost image, kerlap-kerlip estetis. Klik!


Puisi | Asap

Ada pepatah atau pun peribahasa. Banyak ragamnya. Hati merona tak ada siapapun tahu. Ayam bertelur di sangkar madu. Ilalang bergoyang ditiup angin sedari siang hingga malam, sesuka pembuat angin. Ada api ada asap, tak ada asap tak ada api.

Kentongan bertalu-talu. Kebakaran! Kebakaran! Melempar suara sembunyi hati. Pemadam api sibuk berganti. Semusim, menyimpan rahasia hati.


Puisi | Bola Mata

Ada cintrong di bola matamu.
Hahaha! Kata siapa? Mataku tak ada bolanya. Mataku bukan lapangan bola.
Maksudku, cinta terpancar dari kerlingan matamu.
Hihihi! Aku tidak mengerlingkan mata loh!
Maksudku, mau bertanya padamu. Apakah kamu punya mata? Kau injak kakiku, setahun lalu.
Loh! Maaf, kalau benar begitu. Ini beneran?
Lihat sekarang! Kakimu menginjak kakiku.


Puisi | Kamu

Serius, kamu bisa menyanyi. Sungguh luar biasa.

Pantas lah, kalau kau bisa menyembuhkan luka di hatimu. Tak berlarut-larut sepanjang hari. Pantas pula kau rupawan secerah hari, seterang matahari, seindah rembulan pagi.

(2020)

**

Jakarta Indonesiana, April 19, 2023.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler