Mengapa berlagak bagai sang maha benar, bila itu berhulu hanya karena ego keakuan semata?

Walau disuguhkan dan dikemas dalam rumusan, dalil, ide, opini, dan entah apapun namanya.

Lalu, disetempel sebagai ilmu berbumbu kaidah palsu, diyakinkan agar bisa bernama ilmiah, bertaburkan istilah-istilah rumit, tak sederhana dalam bahasa sundhul langit.

Semuanya, tak lebih hanyalah kamuflase belaka ...  

Polemik pertikaian pemikiran pun tampil dan hadir di pentas panggung budaya dan peradaban anak manusia.

Satu pihak menjurus pada anti gagasan, yang lainnya menjurus pada anti pembuktian.

Maka drama kehidupan saling berbaku hantam dimainkanlah sebagai tontonan menggenaskan.

Kehidupan berjalan laksana di lautan api yang memmbara, membakar, menghanguskan segalanya.

Benarkah, manusia itu adalah pencipta dan berkemampuan mencipta ilmu bagi kehidupannya?

Ataukah, manusia hanyalah mahluk informatif, penyambung pesan dari Sang Khaliq Yang Maha Segala?

Disadarikah, siapakah sesungguhnya manusia itu?

Siapakah yang lebih memahami tentang hal ihwal manusia dengan segala ubo rampenya ?

Sesama manusia, ataukah yang menciptakan manusia ?

Tak terkecuali tentang gering dan warasnya manusia, kesetimbangan fisik manusia.

Apakah terjawab hanya mengandalkan indoktrinasi medikus yang bergandengan dengan asupan sanjungan remedi?

Terima kasihku kepada semuanya, salam seimbang universal Indonesia_Nusantara ...

*****

Kota Malang, April di hari kedua puluh tiga, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.

Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.