Matahari mulai tergelincir tersandung iba
Kelaparan hingga mampir ke warung Bintang
Memesan semangkuk sup dan segelas teh tanpa rasa
Lahap disantap hingga tandas kemudian pulang.
Seorang pekerja kantoran yang necis paginya
Berubah jadi penyihir tua dengan baju lusuh
Bau keringat menyebar ke ruang tidurnya
Segera rebah lupakan semua langsung runtuh.
Katak mulai bernyanyi bak orkestra di pinggir kolam
Nyanyian malam menjelma musik paling syahdu
Kawanan jangkrik jadi paduan suara nomor satu
Kalahkan tukang mi tek-tek yang keluar saat malam.
Anak-anak mulai diberi makan agar nyenyak tidur
Habis itu dibacakan dongeng tentang Yusuf yang tampan
Berharap besok mereka akan jadi idola termasyhur
Menghasilkan banyak uang agar hidup senang berkecukupan.
Burung pipit mulai menarik selimut jerami yang hangat
Anak-anaknya yang riak mulai senyap makin terlelap
"Tidurlah, Nak, besok pagi kita cari padi untuk disantap"
Saat malam mulai gelap ibunya rajin berdoa dalam dekat.
Cukup siang menjelma siksa tak tertahan
Demi asa menantang iba agar diberi harap
Tadi pagi dimulai dengan senyuman
Semoga malam mendekap lelah sedikit pengap.
Arloji itu sudah tak lagi didengarkan detaknya
Berbeda dengan tadi siang yang sangat diperhatikan
Manusia memang seperti itu wataknya
Saat tidak dibutuhkan biasanya seseorang tidak diperhatikan.
Selamat malam semoga mimpi indah
Jangan menyimpan gundah sebab nanti jadi resah
Segeralah tidur terlelap bersama khayalan
Berharap besok semuanya jadi kenyataan.
Sudah itu saja.
Purwadadi, 2023
Gilang Ramadhan
Ikuti tulisan menarik Gilang Ramadhan lainnya di sini.