Kaleidoskop, ngawang
bercerita tentang cinta
nyangkut di dedaunan.
Dalam kisah lain lagi,
dedaunan menceritakan
tentang asmarandana.
Di antara batuan kerikil
terselip sebuah daun, kering
Cerita telah berlalu.
Melalui beragam panorama
kisah-kisah di catat peradaban,
kebohongan maupun kebenaran.
Kenisbian sekalipun tak lekang
oleh waktu persinggahan. Pertanyaan
menjadi jawaban, kejujuran.
Itupun masih ada tanya jawab, untuk
diri sendiri. Jika benar penyair, tentu
memiliki kewajiban sumber terbening.
Bersanding, putih mencipta terputih
Menjunjung kemuliaan insan kamil
bersama, menjaga kelestarian sukma.
Langit seluas pandangan netra
memberi makna pada nurani, berjuta
notasi musik tak pernah sama.
Semesta memberi frekuensi, agar
tercipta susastra berjuta gurindam
Makrifat bagi syafaat pengkaryaan.
Elang, tidak belajar kesombongan
meski ia mampu menjelajah badai
menguasai angkasa, sublim.
Syariat, ketulusan tertulis, menulis
keluasan pandangan sastra keindahan
tak'kan pernah sama berjuta kata.
Apabila susastra iman, mumpuni
hasil dari sebuah pelajaran, keyakinan
kebenaran, senantiasa 'kan menemani.
Kejujuran, keselarasan kesadaran,
pelajaran perjalanan. Empiris maupun
transendental, senantiasa jernih sukma.
Reranting, berguna menyandang dedaunan,
berbunga memberi tanda pembuahan,
pertumbuhan, setelah pembenihan.
***
Jakarta Indonesiana, Mei 29, 2023.
Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.