x

Ilustrasi cerpen karya Mira Sato \x22Mimpi Aneh Mantan Kekasih\x22.

Iklan

Alfin Robeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 April 2023

Rabu, 31 Mei 2023 19:31 WIB

Pak Darno

Sebuah Cerita Pendek berjudul Pak Darno.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Pak Darno duduk di teras rumahnya dengan tatapan yang tajam pada bendera Merah Putih. Bendera itu bergerak dan bergoyang mengikuti arah angin yang menghembusnya. Di bawah terik matahari yang mulai memanas, Pak Darno tak bergerak sedikitpun. Tatapannya tetap tajam, menembus kenyataan. Seperti ada harapan yang menggerogoti alam pikirannya.

Hari itu bertepatan pada Hari Pancasila. Muka Pak Darno menunjukkan perasaan ingin kembali kepada masa lalunya. Saat-saat dimana ia masih gemar menggunakan seragam upacara. Hal tersebut adalah pekerjaan favorit bagi dirinya dan kawan seperjuangannya. Namun sayang, rekan-rekan Pak Darno sudah tak ada lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kicau burung kenari peliharaannya menyadarkan Pak Darno, seketika ia langsung menunduk dengan hembusan nafas panjang dan berat, "Huussss". Alam nostalgia Pak Darno mulai pudar. 

Ia bangkit dari duduknya dan mengambil pakan untuk burung kesayangannya itu. Tangannya menggapai tempat pakan burung di sebelah kursi yang berjejer di sepanjang teras rumah. Lalu ia meletakkannya ke tempat yang ada di dalam sanggar burung Kenari. Hati Pak Darno mendapati perasaan yang tentram saat memberi makan burungnya. Seperti dalam keadaan litbongan.

Ia kembali duduk. Di hadapannya, Pak Darno seolah melihat kawan-kawan lamanya berbaris menggunakan seragam. Lalu mengangkat tangan di hadapan bendera Merah Putih yang mulai naik ke bagian tinggi tiang. "Betapa gagah dan perkasa mereka," ujar Pak Darno dalam hati.

Sayang sekali Pak Darno hanya bisa mengenang dan mengenang. "Hanya Aku yang tersisa" ucapnya lagi. Kesadaran Pak Darno masih tajam di usia yang sudah renta. Semangat pejuang masih menyala dalam hati dirinya. Seperti wajah-wajah para rekannya yang terekam jelas dalam ingatan Pak Darno.

Namun ada perasaan yang ia rasa masih absen di rumahnya. Walaupun Pak Darno hidup dengan keluarga yang bahagia, ada perasaan aneh yang menggangu pikirannya.

Ia cepat melupakan hal itu. Lalu memerhatikan burung perkutut yang datang dari kejauhan lalu bertengger di tali jemuran rumah Pak Darno. 

"Betapa senangnya mereka dapat terbang bebas," ungkap Pak Darno.

Kemudian ia bergegas berdiri, dan meraih sanggar yang dihuni oleh burung kenari peliharaannya. Tangannya membuka kuncian pintu sanggar. Burung Kesayangannya pun terbang melesat ke pohon-pohon.

Senyum merekah pada wajah Pak Darno. Betapa lega perasaannya setelah melepas Kenari miliknya. 

"Beginilah rasanya ketika aku dan kawan lamaku merasakan udara kemerdekaan," gumam hati Pak Darno. Mukanya penuh dengan senyumnya sendiri. Tampak anggun dan berseri.

Kemudian Pak Darno mencoba mengingat-ingat perkataan kawan seperjuangannya. "Semua mahkluk hidup, harus senantiasa merasakan udara kemerdekaan. Bukan cuma manusia, tapi burung, dan dedaunan juga berhak untuk mendapatkannya." 

Senyum Pak Darno tidak pudar sedikitpun. Ia melanjutkan memandang bendera Merah Putih dengan mata yang berbinar-binar. Tentram. Keabsenan yang ia rasa di saban lalu telah hilang. 

Ikuti tulisan menarik Alfin Robeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler