x

cover buku Kerongsang Giok

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 17 Juni 2023 08:57 WIB

Kerongsang Giok - Novel Sejarah Kota Semarang Masa Kolonial

“Kerongsang Giok” adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan Peranakan Tionghoa Semarang saat Semarang mempersiapan dan menyelenggarakan Pasar Malam alias Tentoonstelling.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Kerongsang Giok

Penulis: Clarie The

Tahun Terbit: 2022 (cetakan kedua)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Loka Media

Tebal: 330

ISBN: 978-623-5260-38-9

 

Selalu sangat menyenangkan membaca karya fiksi yang ditulis berdasarkan riset yang mendalam. Apalagi jika data-data yang disampaikan bukan hanya data tentang hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi, sosial dan politik serta teknik. Detail data tentang pakaian, makanan dan cara pergaulan yang diungkap dengan menarik bisa membuat karya fiksi menjadi semakin kaya.

“Kerongsang Giok” adalah buku fiksi kedua yang menggambarkan dengan detail fakta kota Semarang tempo dulu  yang saya baca. Sebelum membaca karya Clarie The, saya sudah membaca “Kancing yang Terlepas” karya Handry TM. Kedua novel ini sama-sama menggunakan orang Tionghoa Semarang di masa Belanda sebagai latar cerita. Keduanya sama-sama menggambarkan suasana Kota Semarang jaman dulu.

“Kerongsang Giok” adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan Peranakan Tionghoa Semarang saat Semarang mempersiapan dan menyelenggarakan Pasar Malam alias Tentoonstelling. Clarie The menggambarkan bagaimana kehidupan orang Tionghoa Semarang, persoalan pergaulan lengkap dengan kulinernya. Saya sangat suka bagaimana Clarie The mendeskripsikan panganan (snack) orang peranakan lengkap dengan cara membuatnya. Tentu saja ada juga berbagai resep masakan khas untuk acara-acara hari besar orang Tionghoa. Tak lupa Clarie The juga memunculkan rijjtafel yang sangat membanggakan di jaman Belanda. Jika tanpa ada alur cerita, saya ingin menjuluki buku ini sebagai buku resep makanan peranakan di jaman Belanda.

Semarang adalah sebuah kota pelabuhan yang sangat sibuk dengan perdagangan antarnegara. Kapal-kapal pedagang hilir mudik dari Eropa dan Tiongkok membawa barang-barang dagangan. Tidak salah jika perhiasan dan model pakaian termodern tersaji di Semarang saat itu. Melalui buku ini kita diajak untuk menikmati moda transportasi saat itu. Kita juga diajak untuk mengunjungi pasar tradisional yang menjual segala macam bahan masakan dan bumbunya, lengkap dengan lantai yang becek berlumpur dan bau tetapi mengasyikkan.

Pembangunan kawasan Candi sebagai tempat pameran pembangunan di jaman Belanda dijadikan simpul cerita. Tentoonstelling yang diadakan di Semarang pada tahun 1921 adalah sebuah acara pasar malam untuk memeringati 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis. Seperti halnya sebuah pembangunan untuk kemajuan sebuah kota, tentoostelling juga menyebabkan penggusuran. Kali ini yang menjadi sasaran penggusuran adalah makam Tionghoa.

Melalui alur cerita yang tidak terlalu rumit, Clarie The mengisahkan bagaimana kehidupan sebuah keluarga Tionghoa yang cukup mapan. Cerita yang dipilih adalah tentang perjuangan seorang perempuan Tionghoa bernama Giok Nio untuk menyelamatkan makam kedua orangtuanya yang terancam digusur karena akan dijadikan sebagai tempat pameran pembangunan. Untuk membuat cerita semakin menarik, Clarie The menyisipkan tokoh Hanson van Sander, seorang pemuda Belanda yang jatuh cinta kepada Giok Nio. Padahal Giok Nio sudah menjalin hubungan asmara dengan Tek Hien, sang jurnalis keturunan Tionghoa.

Melalui upaya Giok Nio untuk menyelamatkan makam kedua orangtuanya kita disuguhi bagaimana hubungan sesama orang Tionghoa di Semarang dalam Kongkoan. Kita juga jadi tahu hubungan orang Tionghoa dengan orang Jawa dan juga dengan Belanda. Clarie The sangat bagus menggambarkan hubungan antaretnik yang ada di Semarang melalui bangunan cerita.

Hubungan antaretnik ini menjadi sebuah kekuatan karya Clarie The. Ia tidak menggambarkan bahwa etnik tertentu selalu baik atau etnik tertentu selalu jahat. Di tangan Clarie The, setiap etnik mempunyai orang baik dan orang jahat. Tidak ada stereotipe.Sebagai seorang berlatar belakang pendidikan psikologi, Clarie The memang fasih membangun karakter tokohnya sehingga tidak terjebak pada stereotipe etnik secara hitam putih.

Nuansa perjuangan perempuan sangat menonjol dalam novel ini. Selain Giok Nio sebagai tokoh utama yang berjuang, ada tokoh Goroh, seorang perempuan yang rela mengorbankan diri bagi Giok Nio dalam sebuah peristiwa perkosaan. Bayi yang dilahirkan dari perkosaan akhirnya dibunuh oleh nyonya dimana dia menjadi pembantu. Goroh yang menjadi linglung karena kehilangan bayinya tetap bertahan membela Giok Nio dalam berbagai kondisi. Tokoh perempuan lain bernama  Gwat Lian. Gwat Lian adalah kawan karib Giok Nio yang menikah dengan seorang pemuda kaya. Gwat Lian merasa bahagia karena bisa terbebas dari kemiskinan melalui pernikahan. Namun Gwat Lian keliru. Sebab sang suami kemudian dinikahkan oleh keluarganya dengan seorang perempuan dari Tiongkok. Bahkan di akhir novel, suaminya ingin memperistri Giok Nio.

Terus dimana relevansi judul “Kerongsang Giok” dalam buku ini? Bukankah buku ini tidak berkisah tentang Kerongsang Giok itu sendiri? Harus diakui bahwa kisah fiksi dalam buku ini tetap bisa terjalin meski tanpa kehadiran benda bernama Kerongsang Giok yang dijadikan judul. Clarie The hanya menggunakan Kerongsang Giok sebagai penguat kejutan di akhir cerita.

Namun pemilihan Kerongsang Giok sebagai judul dan bagian dari kejutan di akhir cerita memanglah tepat. Sebab kerongsang, apalagi yang dilengkapi dengan batu giok sangat menggambarkan etnik Tionghoa di jaman Belanda. Kerongsang Giok adalah simpul yang menghubungkan ide cerita dengan maksud penulisnya untuk memperkenalkan budaya orang Tionghoa di Semarang di era Belanda.

Melalui karyanya yang berjudul “Kerongsang Giok” ini, Clarie The berhasil membawa kita ke Semarang di awal abad 20 dengan segala suasananya. 755

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu