x

Ilustrasi perceraian. Pixabay.com

Iklan

Miri pariyas

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2021

Selasa, 18 Juli 2023 12:25 WIB

Kalimat itu Luka

Dia masih mendambakan keluarga yang lengkap untuk sekadar bercanda gurau. Apa yang harus dikatakan? Sedangkan perempuan sudah tak berenergi untuk menceritakan semua hal yang berhubungan dengan lelaki sial itu. Dan bagi perempuan itu, semua kalimat adalah luka dan menyakitkan bagi buah hatinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Kiranya sudah hampir dua bulan si perempuan itu berpisah dengan suaminya. Konon, orang-orang berujar suaminya tak jelas. Maksudanya, tak ada ikhitiar bertanggung jawab terhadap kehidupan rumah tangganya. Tragis memang si perempuan itu, belum lagi harus menanggung kehidupan anaknya yang masih berumur tiga tahun itu.

Kata orang-orang desa sebelum berpisah si lelaki memang menjalani hubungan spesial dengan seorang perempuan. Padahal sebelum kejadian terjadi, sanak family bertutur tuk segera menceraikan lelaki itu, tapi sayang lagi-lagi si perempuan memilih untuk bertahan, dengan dalih masih ada si kecil yang perlu diberi kasih dan cinta. Walupun pada akhirnya, suaminya memilih perempuan lain dibanding dirinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tersiarlah berita itu dari satu desa dengan desa lainnya. Reputasi si perempuan dan keluarganya hancur tiba-tiba karena ulah si suami. Dulunya cinta perlahan menjadi kasihan, tapi akhirnya rasa benci bersemai di benaknya. Tega, memang lelaki itu. Siapa yang mau diberlakukan seperti itu?

“Mana ayah, ibu?” kata si anak.

“A…yah,” dengan nada binggung

Larilah si anak…

“Mau ke mana, nak.”

“Mau ke ayah,” dengan air mata yang membasahi pipihnya.

Binggunglah si perempuan itu, sebab si lelaki tak mati jasadnya, namun perasaannya. Bagaimana bisa menjelaskan hal tersebut pada anaknya. Perempuan itu mengejar anaknya dengan rasa khawatir.

“Besok, kita ke ayah, sekarang adek harus tidur dulu,” berbohonglah perempuan itu, hanya sekadar mendiamkan anaknya. Tapi, kebohongan itu manjur si anak menurut.

Keadaanya jadi tampak gawat, tatkala suaminya tiba-tiba datang dengan mobil bermerek fortuner bersama istri barunya. Katanya, ingin mengambil beberapa pakaian milikinya tertinggal di sana. Tak sengaja, si anak melihat ayahnya. Memang dasar si lelaki tak punya malu yang tiba-tiba hadir hingga mengubah suasana semakin semrawut.

“Ayah!!!!” teriak si anak dan meminta turun dari gendongan ibunya dan berlari ke arah ayahnya dan mereka berpelukan.

“Ayah ke mana saja? Ibu ditanya tidak menjawab. Ayah jangan tinggalin aku,” dengan rasa harapan yang begitu mendalam. Lalu, si lelaki menjawab, “Ayah…”

“Pergi sana!” segeralah perempuan itu, merebutnya buah hatinya.

Lelaki itu kaget serta menatap dengan raut wajah memerah serta tatapan sinis mengarah kepada mantan istrinya.

 “Ibu, aku kangen ayah, ibu lepasin aku, ayahhhhhhhh,” dengan jeritan yang begitu kencang hingga mengundang tetangga untuk mendatangi sumber tersebut.

Tanpa mempersilahkan masuk, perempuan itu cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa memperdulikan tangisan anak yang histeris. Perempuan itu, memang tak menangis, tapi hatinya terluka. Bagaimana, mungkin? Lelaki yang pernah dicintai bertahun-tahun hingga berjanji untuk melindunginya di hadapan keluarganya kala itu. Ternyata, menuai hal yang tragis.

Katanya, warga sekitar si perempuan dan mantan sumaninya memang sedari dulu berpacaran hingga menikah, tapi ternyata lama berpacaran bukan menjadi tolak ukur menjalani suatu hubungan yang harmonis. Barangkali belum mengenal satu sama lain, mungkin saja mereka belum bersedia menerima kekurangan pasangannya, atau mungkin karena mereka tak memahami betul dirinya hingga membuat mereka tak paham, pasangan seperti apa yang dibutuhkan untuk membangun rumah yang disebut dengan Keluarga. Entahlah, yang terpenting perempuan itu menerima takdir yang menghampirinya.

“Ibu, ayah ibu ayah ,” teriak si anak

Tapi, sial si lelaki itu malah meninggalkan rumahnya tanpa memperdulikan si anak ataupun mengambil tujuan awal dia ke rumah si perempuan.

“Ayah!!!!!!!!!!!!!!!” si anak teriak dan berlari di balik jendela.

Perempuan itu terdiam dan tak dapat berkutik hanya menghadap si anak. Tak terasa ternyata air mata yang awalnya tertahan ternyata mengalir pula. Dia bukan menangis sebab lelaki itu. Namun, si anaknya yang rindu dekapan ayahnya.

Dengan kasihnya, perempuan itu mengambil si anak dan memeluknya dan berujar “Sudah, ya nak. Mari kita istirahat, ayah sudah tidak ada di sini,” namun si anak tetap menanggis. Dengan tangan yang lembut seorang ibu ternyata ampuh juga untuk menenangkannya. Tuk hari ini, barang tentu perempuan dapat menenangkan anaknya. Namun, selanjutnya bagaimana? Apakah mampu? Semoga saja!

“Ada apa, lagi nak?” ujar si ibu perempuan

“Mila menangis kembali, kangen ayahnya,”

“Memang seorang anak perempuan pastilah rindu pada sosok ayahnya,”

Ibu kembali, berbicara lirih dengan penuh ke hati-hatian, Ibu pun memberikan penjelasan tuk tak membohongi Mila perihal peceraian kedua orang tuanya. Dia harus tahu kondisi yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Tentu, dengan bahasa anak.

Perempuan itu terdiam, tak menimpali sepatah kata apa pun, tapi pikirannya berisik memenuhi sesisi kepalanya. Apa yang harus dikatakan pada putrinya? Bahwa ayahnya menikah lagi? Ayah memilih perempuan lain? Atau ayah tinggal bersama perempuan lain? Bukankan semua kalimat yang halus pun akan tetap menyakitkan bagi si buah hati.

Dia masih mendambakan keluarga yang lengkap untuk sekadar bercanda gurau. Apa yang harus dikatakan? Sedangkan perempuan sudah tak berenergi untuk menceritakan semua hal yang berhubungan dengan lelaki sial itu. Dan bagi perempuan itu, semua kalimat adalah luka dan menyakitkan bagi buah hatinya. Dia pun tak pernah sanggup mengatakannya.

Ikuti tulisan menarik Miri pariyas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB