x

Iklan

dudi safari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Februari 2023

Minggu, 30 Juli 2023 05:17 WIB

Relevansi Teori Darwin Terhadap Fakta Hasil Penemuan

Manusia masuk dalam kingdom Animalia (binatang), sejalan dengan pepatah arab bahwa manusia adalah hewan yang dapat berbicara “Al-insaan hawanu annathiq.”

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam dunia evolusi, siapa yang tak kenal Charles Robert Darwin, teorinya yang dianggap kontroversial bahkan sesat menurut kalangan agamawan, tak menjadikan teori ini mati.

Para ilmuwan biologi, antropologi dan kedokteran banyak yang mengkaji pendapatnya berdasar disiplin keilmuannya masing-masing.

Teori evolusi oleh Charles Darwin adalah salah satu konsep paling penting dalam biologi dan memiliki dampak yang luas dalam pemahaman kita tentang dunia alam. Meskipun teori ini telah diperkenalkan pada abad ke-19, relevansinya tetap ada dalam konteks penemuan baru yang terus muncul dalam ilmu pengetahuan modern.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Darwin mengemukakan bahwa semua bentuk kehidupan di Bumi berkembang melalui proses alami seleksi alam. Ini berarti bahwa individu-individu yang memiliki sifat yang menguntungkan akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Sementara individu dengan sifat yang kurang menguntungkan akan cenderung tereliminasi dari populasi seiring waktu. Teori ini disebut sebagai seleksi alam.

Salah satu fakta yang mendukung teori evolusi Darwin adalah adanya fosil-fosil. Fosil-fosil ini memberikan bukti konkret tentang perubahan bentuk kehidupan dari masa lalu. Misalnya, fosil-fosil yang ditemukan menunjukkan adanya spesies yang telah punah dan spesies yang berkembang menjadi bentuk yang lebih kompleks. Ini sejalan dengan ide Darwin bahwa ada suatu garis keturunan yang menghubungkan semua bentuk kehidupan.

Selain fosil, penemuan genetika juga memberikan dukungan yang kuat untuk teori evolusi Darwin. Melalui studi genetika, kita dapat melihat bahwa semua makhluk hidup memiliki kode genetik yang mirip. Makhluk hidup yang lebih mirip secara genetik cenderung memiliki nenek moyang yang sama. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan evolusioner di antara semua bentuk kehidupan, seperti yang dikemukakan oleh Darwin.

Penemuan lain yang mendukung teori evolusi adalah adanya spesies yang memiliki struktur morfologi yang mirip, tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Contohnya adalah tulang sayap pada burung dan tulang kaki pada mamalia. Meskipun struktur ini berbeda dalam fungsi, mereka memiliki asal-usul yang sama. Hal ini menunjukkan adanya evolusi dari nenek moyang bersama yang memiliki struktur yang sama, tetapi telah mengalami spesialisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Inti daripada teori Darwin bukanlah pada perubahan bentuk morfologi akan tetapi menitikberatkan kepada seleksi alam dan adaptasi bagaimana sebuah spesies mampu bertahan hidup membawa sifat baru dan mampu bertahan dalam lingkungan barunya.

Teori evolusi Darwin lahir dari observasi berdasarkan data-data empiris yang hal tersebut merupakan produk dari evolusinya dan sains sebagai prosesnya.

Beberapa langkah mekanisme seleksi alam sebagai mekanisme perubahan evolusioner adalah sebagai berikut.

1. Anggota populasi memiliki variasi sifat yang akan melewati

proses seleksi alam(keadaan lingkungan yang tidak menunjang).

2. Anggota populasi yang mampu bertahan hidup (beradaptasi) akan mampu melakukan reproduksi dengan membawa sifat unggul daripada individu lain.

3. Seiring berjalan waktu, proporsi sifat yang menguntungkan (mampu beradaptasi) akan meningkat dalam populasi dan yang tidak memiliki sifat tersebut akan musnah. (Leo Muhammad Taufik. 2019).

Missing Link

Missing link atau mata rantai yang terputus menjadi salah satu renungan bagi Darwin di ujung mana antara manusia dan kera berpisah.

Beberapa tahun kemudian para arkeolog berhasil menemukan fosil-fosil purba yang diyakini sebagai mata rantai yang terpisah antara manusia dan bangsa kera.

Secara taksonomi para ilmuwan biologi menyatakan manusia masih satu kerabat (famili) dengan: gorila, simpanse dan orang utan, yakni masih rumpun Hominidae (kera besar). Namun berpisah pada genus, genus manusia adalah Homo, gorila termasuk genus gorilla, orang utan bergenus pongo dan simpanse bergenus pan.

Sepeninggal Darwin ditemukanlah fosil-fosil seperti, Ardipithecus, Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus, dan fosil-fosil manusia purba lainnya telah memberikan bukti-bukti penting tentang peralihan antara kera dan manusia dalam proses evolusi.

Penemuan kerangka manusia purba di tahun-tahun setelah kematian Darwin, bagaikan amunisi baru yang memperkokoh argumentasinya tentang evolusi.

Mata rantai yang terputus seakan tergenapi dengan penemuan itu, walau begitu tetap saja menyisakan kontroversi.

Manusia Bukan Kera

Sebagian pengkritik Darwin selalu berkutat pada tafsir bahwa manusia sama dengan kera. Sejatinya Darwin tidak menyebutkan demikian.

Darwin berkesimpulan bahwa setiap makhluk hidup dengan klasifikasi famili yang sama memiliki nenek moyang yang sama. Inilah yang menjadi pemicu perdebatan hingga hari ini.

Dalam susunan taksonomi manusia dan bangsa kera lainnya memiliki urutan yang sama dalam lima klasifikasi, mulai dari kingdom, filum, kelas, ordo dan famili.

Manusia masuk dalam kingdom Animalia (binatang), sejalan dengan pepatah arab bahwa manusia adalah hewan yang dapat berbicara “Al-insaan hawanu annathiq.”

Dalam perjalanan ekspedisinya dengan HMS Beagle, Darwin melihat perilaku koloni Inggris terhadap bangsa jajahannya berlaku sadis, tidak manusiawi. Hal tersebut sangat bertentangan dengan hati nuraninya, Darwin yang notabene seorang pendeta semakin yakin bahwa manusia tak ubahnya seperti binatang.

Saat menerbitkan buku ‘On The Orogin of Spesies’ Darwin merasa ragu, hasil penemuannya akan banyak mendapat penentangan baik dari para ilmuwan maupun agamawan.

Namun berkat dorongan seorang kawannya akhirnya Darwin menerbitkannya dan laku keras.

Darwin tidak bermaksud menyamakan manusia dengan kera, dia hanya berhipotesis bahwa asal-usul makhluk hidup jika semakin besar persentase persamaan materi genetiknya maka kekerabatan organisme yang diperbandingkan tersebut dapat disimpulkan semakin dekat.

Hari ini manusia modern melalui konsep-konsep genetika, biokimia dan molekuler mampu membantu memetakan secara rinci untuk mencari persamaan dari setiap organisme yang menjadi objek penelitian.

Perdebatan asal-usul manusia ini akan terus berkembang sejalan dengan pengetahuan manusia. Terpenting dalam setiap perdebatan selain harus jujur dalam mengungkap setiap argumen juga harus didasari oleh kepentingan utama yakni memberi pencerahan baru bagi peradaban manusia.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik dudi safari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB