x

Kajian kerentanan dan kapasitas komunitas petani dalam menghadapi dampak perubahan iklim di Desa Tulus Rejo, Kec. Pekalongan Kab. Lampung Timur berkolaborasi dengan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (12/8).

Iklan

Fitri Wahyuningsih

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 Juli 2023

Rabu, 16 Agustus 2023 12:49 WIB

YKWS-Akademisi Unila Dorong Terbitnya Peraturan bupati tentang Pembangunan Rendah Karbon

Yayasan Konservasi Way Seputih bekerja sama dengan Pattiro Lampung dan dosen Agornomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melakukan kajian kerentanan dan kapasitas komunitas petani dalam menghadapi dampak perubahan iklim. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) bekerja sama dengan Pattiro Lampung dan dosen Agornomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melakukan kajian kerentanan dan kapasitas komunitas petani dalam menghadapi dampak perubahan iklim (12/8/23). Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat evidence atau data-data lapangan guna mendorong adanya komitmen daerah dalam menghadapi dampak perubahan iklim, khususnya pada sektor pertanian di Kabupaten Lampung Timur. 

Koordinator Program VICRA (Voice for Inclussiveness Climate Resilience Action), Isyanto mengatakan  berdasarkan kajian Bappenas, Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu lokasi super prioritas aksi pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim khususnya pada sektor pertanian.

"Ini artinya sektor pertanian di Lampung Timur punya potensi kerugian ekonomi yang besar akibat dampak perubahan iklim," kata Isyanto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurutnya, aksi adaptasi saja tidak cukup sehingga perlu adanya aksi berketahanan iklim. Tidak hanya melihat perspektif lingkungan hidupnya, pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim juga menyoroti aspek sosial dan ekonomi.

Gambaran umum dari diskusi pengisian data lapangan di Desa Tulus Rejo didapatkan bahwa rata-rata petani menghabiskan 75-100% dari pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini tentu memperlihatkan bahwa nilai tukar petani yang rendah. 

"Beberapa petani bahkan mengatakan mereka butuh modal baru untuk memulai tanam di masa tanam berikutnya," tutur Isyanto.

Selain itu, dosen Agronomi Fakultas Pertanian Unila, Dr. Tumiar Katarina Manik juga menjelaskan perubahan iklim kepada audiens yang terdiri dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan kelompok wanita tani.  Kata dia perubahan iklim itu awal mulanya terjadi karena banyak gas-gas yang dilepas ke udara. Lalu ada radiasi matahari yang menterap, dan dilepas lagi. "Harusnya alam ini normal. Tapi sekarang gas-gas tadi menumpuk di atmosfer, dan menghalangi panas matahari tadi untuk keluar atmosfer. Makanya panasnya balik lagi ke bumi, begitu terus. Jadi panas itu seperti terperangkap."

Kajian kerentanan dan kapasitas komunitas ini merupakan bagian dari strategi advokasi Program VICRA di Kabupaten Lampung Timur guna mendorong adanya komitmen daerah yang diejawantahkan ke dalam peraturan bupati tentang pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim. Selain itu juga untuk membuka ruang publik dan mendorong keterlibatan kelompok rentan dalam perencanaan pembangunan. 

Penulis: Fitri Wahyuningsih - Program Officer VICRA Kabupaten Lampung Timur

 

Ikuti tulisan menarik Fitri Wahyuningsih lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan