Seperti biasa menjelang subuh Setn merapal doa kepada sang pencipta. Disertai puja-puji kepada-Nya dan jujungan Nabinya Rasullullah SAW. Selesainya berkomat-kamit, Setn segera menyiapkan rencana untuk tilap dana saat rapat RAB lembaga yang dinaunginya.
Sembari Setn memikirkan rencananya nanti. Sang istri mulai menanak nasi dan mempersiapkan sarapan yang hendak disantap sang suami dan keempat anaknya. Begitu adzan subuh berkumandang Setn dan keluarga segera menghentikan kegiatan mereka. Kemudian beranjak menuju masjid setempat untuk menunaikan salat berjamaah. Tak lupa Setn dan istri membangunkan anak-anak untuk ikut salat berjamaah ke masjid.
Sehabis dari masjid Setn akan melanjutkan rencana tilapnya. Jika rencananya sudah siap, Setn bergegas mandi dan pergi ke tempat kolega-koleganya untuk melancarkan aksinya nanti. Tak lupa istri mempersiapkan baju suami dan anak-anak untuk berangkat sekolah.
Sebelum berangkat ke tempat koleganya, Setn memberikan uang kebutuhan harian kepada sang istri. Sudah jelas uang tersebut ia peroleh dari tilap kantong kawan-kawan satu kantor. Nilainya lumayan tinggi setiap satu kepala sekitar 50 ribu. Dan hampir setiap hari ia bertemu seratus orang di kantor yang silih berganti.
Kantor tempat ia bekerja berisi kurang lebih 700 orang. Untuk 6 hari kerja ia sudah bergonta-ganti kawan hingga 600 orang. Jatah duit untuk seminggu sudah lebih dari cukup di kisaran 25an juta. Untuk ukuran orang biasa bisa dikatakan begitu, namun bagi Setn berbeda. Itu sangat kurang, bahkan utang satu negara pun kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama setahun.
Sesampainya di tempat koleganya, Setn memberitahukan rencana tilap rapat RAB nanti. Rapat nanti membahas tentang anggaran data kependudukan masyarakat, dana yang hendak ditilap adalah tender pengadaan barang yang mampu disediakan perusahaan untuk Setn dan koleganya. Bagi perusahaan yang tidak bisa menyanggupi keinginan Setn, maka akan dianggap kalah dan ditolak penawarannya. Untung dari sekian perusahaan ada saja perusahaan yang memenuhi kriteria Setn dalam pemenuhan tender tersebut.
Tak mengherankan dari rencana hingga eksekusi, rencana Setn berjalan mulus. Sebab Setn adalah pimpinan dikantornya, makanya mengadakan rapat setiap hari sudah menjadi rutinitas harian. Walau yang dibahas tidak jelas bobot dan bibitnya, selama bisa bertemu kawan kerjanya dan uang masuk dikantong. Maka itu menjadi satu-satunya kegiatan Setn yang dipertahankan, meski dalam kondisi terpaksa selama duit yang diperoleh tidak berkurang.
Separuh jiwa tilap sudah ada di dalam diri Setn. Setn tidak hanya menilap teman kerjanya, ia juga kerap menilap keluarganya sendiri. Seperti istrinya yang kerap tidak ia hargai, padahal setiap hari ia sudah disiapkan sarapan. Namun, jarang sekali Setn memakannya. Ia lebih memilih makan makanan dari luar atau anggaran makan yang disediakan kantor.
Setn juga menanamkan separuh jiwa tilapnya kepada sang anak. Sejak masa kanak-kanak Setn sudah mengajari anaknya untuk menilap, seperti membeli jajan di toko kelontong ambil tiga bayar satu atau mengambil iuran bendahara kelas, bahkan kerap tidak membayar iurannya sama sekali dan ditulis lunas. Kadang Setn mengajak anaknya menggunakan dana iuran kelas anaknya untuk membeli mainan. Memang kualitas didikan Setn kepada keturunannya tertancap kuat dan dalam, sampai-sampai jika tidak menilap sehari saja sang anak akan gelisah luar biasa.
Mungkin istrinya saja yang tidak diracuni separuh jiwa tilap yang dimiliki Setn. Menunggu sang suami pulang kerja, setelah letih menghadiri jadwal rapat harian dan pertemuan dengan kawan kerja. Sesampainya di rumah, Setn langsung pergi ke tempat tidur dan merebahkan badan tanpa berbasa-basi atau mengobrol antar suami istri. Satu-satunya hal yang tidak ditilap oleh Setn hanyalah memberikan duit harian kepada sang istri.
Ikuti tulisan menarik mariff0303 lainnya di sini.
