x

Iklan

Anang A Roziqin

Penikmat Wacana Pendidikan
Bergabung Sejak: 26 September 2023

Rabu, 27 September 2023 06:24 WIB

Gagasan Asesmen Berbasis Open Ended Question dan Open Mindedness-nya Maudy Ayunda

Keterbukaan pikiran adalah kunci untuk eksplorasi pendekatan inovatif dalam pendidikan. Asesmen OEQ memberikan siswa kebebasan untuk memberikan jawaban mendalam, mendorong pemikiran kritis, dan kreatif.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kajian kritis kebijakan pendidikan asesemen berbasis Open Ended Question untuk optimalisasi potensi siswa


Ramai di media sosial dan media mainstream setelah “ambasador’ generasi milenial Maudy Ayunda dalam sebuah wawancara singkat (15/9) menyatakan ingin jadi menteri pendidikan. Secara terang-terangan dia mengungkapkan gagasannya tentang asesment. “Bisa dibilang aku pasti akan mengubah, satu, assessment, karena assesment itu filtering through akhirnya impacting the way that teachers teach, the way that students learn, the way that parents incentivize their kids, gitu” katanya. 

Lebih lanjut, Jebolan S2 Stanford University mengungkapkan, "Kalau assesment-nya itu open ended question dan bukan multiple choice pasti murid juga belajarnya beda, guru juga ngajarnya beda, dan akhirnya yang di-grading itu critical and analyzing dibandingin sama memorization,” cletuknya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Video pendek wawancara 49 detik tersebut membuka pertanyaan besar tentang proses dan keluaran sistem pendidikan kita. Menyadarkan kembali pentingnya keterbukaan pemikiran (open mindedness) dan keberanian untuk menyuarakan gagasan inovatif yang kontekstual. 

Ketebukaan pemikiran 
Keterbukaan pemikiran merupakan kesediaan untuk menjelajahi pendekatan-pendekatan inovatif dan mendedikasikan tenaga dan pikiran untuk memberikan dampak positif pada suatu masalah. Mentalitas yang terbuka dan berpikiran maju merupakan kebutuhan utama sebagai bahan bakar pergerakan positif. 

Potret menyuarakan aspirasi yang dilakukan Maudy menunjukkan adanya kemampuan dalam menganalisis dan berpikir kritis. Kemampuan ini berkembang dengan mulai menjelajahi sebuah proses yang telah terjadi, menganalisis,mengkaji antitesanya lalu membuat sebuah sintesa baru. Sintesa ini akan menukik pada titik dimana pola ini memerlukan akselerasi. 

Daalam tinjauan lebih dalam, agar menjadi kritis diperlukan kebiasaan dalam berpikir. Kebiasan ini adalah dengan memberikan kemerdekaan dalam otak untuk berdialegtika dengan dunia global dalam bentuk informasi yang terus berubah dan berkembang pesat. Kemampuan ini tidak takut untuk menantang metode-metode konvensional demi mencapai kemajuan yang berarti. 

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah pendidikan kita sudah pada fase tersebut. Memberikan ruang gerak kepada seluruh pendidik, siswa dan pemangku kepentingan untuk menjelajahi ruang dan pendekatan-pendekatan inovatif dan mendedikasikan tenaga untuk merealisasikannya?. 
Keterbukaan pikiran Maudy Ayunda menjadi lecuran awal dan inspirasi tahap awal. Bahwa sebuah hasil keterbukaan pemikiran harus disuarakan bagi semua yang ingin berkontribusi pada kemajuan pendidikan di Indonesia dan di seluruh dunia. Prinsip utama yang harus dipegang adalah menekankan pentingnya merangkul gagasan-gagasan dan sudut pandang baru untuk masa depan yang lebih cerah.

Gagasan Asesmen Berbasis Open Ended Question (OEQ)
Gagasan tentang asesmen OEQ menjadi focus utama yang menarik untuk dikaji. Asesmen Berbasis Open Ended Question (OEQ) yang dilontarkan oleh Maudy  pada dasarnya telah dilakukan oleh guru-guru di Indonesia. Lebih jauh Asesmen Berbasis Open Ended Question (OEQ) merupakan pendekatan dalam penilaian pendidikan yang memberikan ruang lebih luas bagi siswa untuk merespon pertanyaan dan masalah dengan jawaban yang tidak hanya satu, singkat, atau terbatas. Dalam OEQ, siswa diminta untuk memberikan jawaban yang lebih mendalam, mengungkapkan pemahaman mereka secara rinci, dan menunjukkan pemikiran kritis serta kreatif mereka

Asesmen OEQ menuntut siswa untuk memberikan jawaban yang bebas dan tidak terpaku pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Asesmen jenis ini lebih mampu mengukur keterampilan berpikir kritis dan analitis siswa, karena menuntut siswa untuk berpikir secara mandiri dan kreatif untuk menjawab pertanyaan.

Model Asesmen OEQ dapat mengukur kemampuan kreatif siswa dalam asesmen dengan beberapa cara, antara lain:
•    Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan ide dan pemikiran mereka secara lebih luas dan mendalam
•    Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan kreatif
•    Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah yang kompleks
•    Memberikan kesempatan bagi siswa untuk membuat argumentasi yang baik dan benar
•    Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam berpikir kritis dan analitis

Bagaimana OEQ dikembangkan
Kunci Asesmen OEQ dapat secara optimal adalah ketika guru mampu merumuskan pertanyaan dengan benar. Keterbukaan berpikir siswa sangat ditentukan oleh bagaimana guru memberikan pertanyaan. Baik pertanyaan pendahuluan untuk mengoneksikan pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dihadapi. Kemudian pertanyaan yang merangsang siswa untuk melakukan keterampilan proses dalam membangun gagasan sendiri, berpikir alternatif, berpikir kreatif melalui diskusi, pengamatan, dan penyelidikan. Pada akhirnya diberikan pertanyaan reflektif untuk mampu membuat sebuah sitesa dari pembelajaran tersebut. 

Ketidakberhasilan pembelajaran di dalam kelas adalah bila output dari pembelajaran adalah mengulang gagasan guru dan buku secara didaktif atau maudy menyebut sebagai hanya memorization. Bila kemampuan merumuskan pertanyaan ini bisa optimal maka kemampuan kritis dan analisis akan terbentuk. Pada akhirnya siswa akan mampu memproduksi gagasannya sendiri.

Model Asesmen OEQ melalui pertanyaan produktif, imajinatif, dan terbuka
Perjalanan pembelajaran akan lebih terukur bila memiliki panduan yang jelas. Panduan ini dimulai dari sebuah pertanyaan yang dikejewantahkan dalam sebuah lembar kerja. Yang harus digaris bawahi adalah lembar kerja yang dimaksudkan untuk memicu dan membantu siswa melakukan kegiatan belajar untuk menguasai suatu pemahaman, keterampilan, dan/atau sikap. Bukan untuk melakukan penilaian atau sekedar latihan soal. 
Setidaknya ada dua hal dalam lembar kerja. Pertama berisi Informasi/Konteks Permasalahan dan kedua berisi Pertanyaan/Penugasan.

Informasi/konteks permasalahan berisi tentang panduan inspiratif untuk siswa dalam mengerjakan tugas. Sederhana, informatif, dan bisa dengan menggunakan gambar. Sedangkan pada Pertanyaan/Penugasan hendaknya memicu siswa untuk melakukan percobaan, menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah dan/atau berimajinasi/berkreasi

Mengembangkan Pertanyaan pada Lembar Kerja adalah cara paling ampuh untuk mendorong siswa membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif, melakukan pengamatan, dan penyelidikan yaitu dengan memberi tugas lewat pertanyaan-pertanyaan yang produktif, imajinatif, dan terbuka (PIT). Produktif didefinisikan dengan bagaimana mendorong siswa melakukan pengamatan, percobaan, dan/atau penyelidikan atau mengeksplorasi. Jawaban yang muncul dari kegiatan ini merupakan produksi/hasil konstruksi siswa sendiri setelah melakukan percobaan, pengamatan, dan/atau penyelidikan tersebut. Jadi bukan sekedar hasil dari menyalin buku atau menuliskan kembali apa yang dijelaskan oleh guru. 

Imajinatif didefinisikan dengan mendorong siswa dalam proses pembelajaran melakukan imajinasi. Misalnya, melukiskan cita-citanya, membuat cerita bergambar, atau menuliskan perasaannya dalam puisi. Terakhir terbuka, dilakaukan dengan menstimulasi siswa berpikir alternatif dan kreatif karena pertanyaannya memang memungkinkan jawaban benar lebih dari satu.
Beberapa Jenis Pertanyaan Produktif dan Terbuka diataranya sebagai berikut
1.    Pertanyaan Mengukur dan Membilang (Measuring and Counting Questions). Pada  Pertanyaan kuantitatif mendorong pengamatan dan komunikasi yang lebih teliti. 
2.    Pertanyaan Membandingkan (Comparison Questions). Pertanyaan membandingkan menuntut siswa untuk mengidentifikasi hubungan bilangan, mengembangkan konsep sejenis atau tidak sejenis, menguantifikasi berbagai cara terkait seberapa jauh sesuatu itu, sama atau berbeda, dan menjelaskan bagaimana berbagai hal saling melengkapi. 
3.    Pertanyaan Tindakan (Action Questions). Pertanyaan tindakan mendorong anak untuk melakukan keterampilan proses seperti memperkirakan, menyelidiki, dan melakukan percobaan. 
4.    Pertanyaan Pengarah ke Masalah (Problem-Posing Questions) Pertanyaan seperti: Dapatkah kamu menemukan cara bagaimana? Dapatkah kamu menjelaskan bagaimana? Mengarahkan siswa pada masalah dan mendorong mereka untuk menemukan cara mengetes hipotesis dan menarik kesimpulan. 
5.    Pertanyaan Menalar (Reasoning Questions), pertanyaan seperti: Bagaimana proses kerja? Apa sajakah penjelasan tentang? Bagaimana kamu menjelaskan? Apa penjelasan kamu tentang? Mengapa kamu berpendapat bahwa /berpendapat seperti itu? 

Kelebihan, Kelemahan dan Rekomendasi
Pola yang digunakan dalam Asemen OEQ memiliki sisi kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan yang langsung bisa dilihat yaitu 
•    Mampu mengukur keterampilan berpikir kritis dan analitis siswa. Bentuk asesmen jenis ini menuntut siswa untuk berpikir secara mandiri dan kreatif untuk menjawab pertanyaan.
•    Meningkatkan motivasi belajar siswa. Asesmen jenis ini memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan keterampilan dan pengetahuan mereka secara bebas.
•    Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Asesmen jenis ini menuntut siswa untuk berpikir secara kompleks dan memecahkan masalah.
Sedangkan kelemahannya yaitu :
•    Lebih sulit untuk menilai. Jawaban siswa pada asesmen jenis ini dapat bervariasi dan sulit untuk dinilai secara objektif.
•    Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa. Penilaian asesmen jenis ini membutuhkan waktu yang lebih lama karena jawaban siswa dapat bervariasi dan kompleks.

Secara umum, asesmen berbasis open ended question memiliki lebih banyak kelebihan daripada kelemahannya. Asesmen jenis ini dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dan analitis siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan asesmen berbasis open ended question:
•    Penggunaan rubrik penilaian yang jelas dan komprehensif. Rubrik penilaian dapat membantu guru untuk menilai jawaban siswa secara objektif dan akurat.
•    Pemberian umpan balik yang konstruktif kepada siswa. Umpan balik yang konstruktif dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka.
•    Penggunaan teknologi untuk membantu dalam penilaian. Teknologi dapat membantu guru untuk menilai jawaban siswa secara lebih efisien.

Dari penjelasan di atas, keterbukaan pemikiran dan gagasan Asesmen Berbasis OEQ merupakan dua komponen kunci yang dapat mengubah lanskap pendidikan. Maudy Ayunda telah memberikan inspirasi dengan keterbukaan pemikirannya. Implementasi Asesmen Berbasis OEQ dapat membantu menciptakan pembelajaran yang lebih mendalam, kreatif, dan relevan bagi siswa. Menciptakan ruang bagi ide-ide baru dan berpikiran terbuka dalam pendidikan adalah langkah penting menuju masa depan pendidikan yang lebih cerah dan inovatif.

 

Ikuti tulisan menarik Anang A Roziqin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu