x

ilustr: Calabasas Child \x26 Adolescent Psychology

Iklan

A'us Arief

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 September 2023

Jumat, 29 September 2023 13:45 WIB

Pola Asuh Orang Tua Agar Anak terhindar dari Kekerasan

Orang tua sangat berperan penting, dalam mengendalikan perilaku anak. Ketika perilaku kekerasan yang dimiliki anak sejak kecil dibiarkan, takutnya ketika dewasa malah menyelesaikan masalahnya dengan kekerasan. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Orang tua sangat berperan penting, dalam mengendalikan perilaku anak. Ketika perilaku kekerasan yang dimiliki anak sejak kecil dibiarkan, takutnya ketika dewasa malah menyelesaikan masalahnya dengan kekerasan. 

Kasus kekerasan di Indonesia kerap kali terjadi dikalangan usia Remaja, Belakangan ini beredar sebuah vidio yang merekam aksi kekerasan yang terjadi di cilacap jawa tengah. Hal ini merupakan salah satu contoh kegagalan pola asuh orang tua, Perilaku yang menyimpang dari norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja merupakan problema yang sering terjadi pada remaja baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Jika tidak ditangani dengan baik, kenakalan remaja dapat berubah menjadi perilaku kriminal dan dapat membawa remaja tersebut ke dalam penjara.

Bila ditelusuri secara mendalam perkembangan kejahatan remaja banyak di pengaruhi dari kehidupan keluarga dan masyarakat. Keluarga memiliki peranan penting dalam mencegah kenakalan remaja. Salah satu cara yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kenakalan remaja adalah dengan menggunakan pola asuh yang tepat. Pola asuh yang digunakan oleh orang tua memberikan pengaruh pada perilaku anak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pola Asuh ialah sikap atau cara orang tua dalam berhubungan atau berinteraksi dengan anak. Dalam interaksi antara orang tua dengan anak tersebut terdiri dari cara orang tua merawat, menjaga, mendidik, membimbing, melatih, membantu dan mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan baik sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat. 

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Karena masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari anak – anak menuju kedewasaan, dimana dalam masa remaja terjadi banyak perubahan dalam aspek fisik, psikis dan juga aspek sosial. Maka kenakalan remaja bisa ditimbulkan dari perubahan yang dialami tersebut.

Tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak atau remaja ini merupakan tindakan yang berasal dari kenakalan remaja yang tidak ditangani dengan baik oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya sehingga berubah menjadi tindakan kriminal atau kejahatan. Maka dari itu, pola asuh orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan anak-anak menuju dewasa.

Hurlock membagi pola asuh orang tua ke dalam tiga macam yaitu: 

1. . Pola Asuh Permissif

Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin di lakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturanaturan yang ketat bahkan bimbingan pun kurang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan untuk memberi keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan berperilaku menurut apa yang diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tua. 

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter yaitu pola asuh di mana orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak menjadi tidak percaya diri
pada kemampuannya. Hurlock juga menyatakan bahwa anak yang dididik dalam pola asuh otoriter, cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.

3. Pola Asuh Demokratis

Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang tua memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma yang ada. Namun terdapat sisi Positif dan sisi Negatif dalam pola asuh demokratis yaitu anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, karena segala sesuatu itu harus dipertimbangkan oleh anak kepada orang tua.

Pola asuh orang tua merupakan sikap atau cara yang dilakukan orang tua dalam berhubungan atau berinteraksi dengan anak. Dalam interaksi antara orang tua dengan anak tersebut terdiri dari cara orang tua merawat, menjaga, mendidik, membimbing, melatih, membantu dan mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan baik sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat. Orang tua juga merupakan lingkungan primer bagi anak karena orang tua merupakan tempat belajar atau pendidikan pertama bagi anak terutama dalam pendidikan karakter serta mematuhi dan memahami nilai dan norma yang ada yang dapat mempengaruhi perilaku seorang anak.

3 macam pola asuh diatas yaitu pola asuh permissive, pola asuh otoriter dan pola asuh demokratis, ketiga pola asuh tersebut memiliki peran dalam mempengaruhi perilaku anak dan
remaja. Pola asuh permissive yang menekankan pada kebebasan anak tanpa adanya pemberian tanggung jawab dari orang tua cenderung mempengaruhi perkembangan kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya. Lalu, pola asuh otoriter yang bersifat orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat mempengaruhi kepribadian anak menjadi anak yang kurang percaya diri serta memiliki inisiatif yang kurang. Selain itu, pola asuh demokrasi yang bersifat memberi kebebasan kepada anak namun tidak mutlak, dan melakukan diskusi dua arah dengan memberikan penjelasan yang jelas kepada anak jika ada sesuatu yang kurang sesuai dari anak, memberikan pengaruh bagi perilaku
anak yaitu anak cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, karena segala sesuatu itu harus dipertimbangkan oleh anak kepada orang tua.

Namun, dalam praktiknya di masyarakat tidak ada orang tua yang mutlak menetapkan hanya satu pola asuh selama mereka mendidik anak. Orang tua dapat menggunakan kombinasi dari ketiga pola asuh tersebut atau menggunakan berbagai macam dari pola asuh tersebut secara situasional.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga jika ada orang tua yang hanya menggunakan satu macam pola asuh sepanjang hidupnya selama mereka mendidik anak karena alasan tertentu.

Pola asuh ialah sikap atau cara yang dilakukan orang tua dalam berhubungan atau berinteraksi dengan anak. Dalam interaksi antara orang tua dengan anak tersebut terdiri dari cara orang tua merawat, menjaga, mendidik, membimbing, melatih, membantu dan mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan baik sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anakanaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tualah yang bertugas mendidik dan merupakan tempat pendidikan dasar atau pendidikan pertama
yang anak dapatkan melalu interaksi antara orang tua dan anak sehari – hari serta melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang tua karakter anak akan terbentuk sesuai denganapa yang diharapkan. 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik A'us Arief lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan