x

Iklan

Geza Bayu Santoso

Philosophy Student, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University Sunan Kalijaga Yogyakarta
Bergabung Sejak: 26 April 2023

Jumat, 13 Oktober 2023 10:10 WIB

Bunuh Diri (Bukan) sebagai Jalan Pembebasan

Bahagialah dengan cara yang sederhana, sesederhana yang kamu bisa. Menyapa kucing, menegur satpam, makan enak, minum segar, atau sesederhana menertawakan kawan kampusmu yang terus membual hanya untuk mempertontonkan kebodohannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita akan suicide pada waktunya. Rencananya, kalimat yang baru saja anda baca ini akan jadi judul. Namun, setelah dipikir ulang, judul di atas nampak tak etis, hanya orang bodoh yang berpikir bahwa semua orang akan bunuh diri pada waktunya. Saya punya pikiran dan sudut padang amoral akan praktik suicide, tapi lebih baik saya simpan dalam-dalam. Upaya menunjukkan sikap berbeda dan menaruh ketidakpedulian terhadap suicide, hanya akan mempertebal garis kebodohan.

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dirayakan setiap tanggal 10 Oktober. Hari ini didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental. Sebelum dan sesudah 10 Oktober 2023, Indonesia khususnya generasi muda dikejutkan dengan berita suicide. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), lompat dari lantai 4 Gedung Y asrama University Residence (Unires) UMY akibat depresi. Tak lama, Mahasiswi UNNES ditemukan tewas setelah lompat dari lantai 4 Mall Paragon Semarang. 

Doa terbaik untuk korban dan keluarga yang ditinggalkan. Kita mungkin pernah terpuruk, bersedih, dan hilang harapan. Bertanya tentang hakikat hidup, merenungkan hal remeh temeh tentang semesta, dan berujung hampa tanpa warna. Tak semua orang seberuntung kita yang berhasil lolos dari fase quarter life crisis, ada mereka yang terus bekerja mencari warna, mempertebal alasan hidup, namun menyerah ditengah jalan. Sebagai warga negara Indonesia, mari kita sadari bersama, bahwa kita begitu rapuh dalam menjaga kesehatan jiwa bangsa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesehatan Jiwa dan Emosi Bangsa

In 2019, 1 in every 8 people, or 970 million people around the world were living with a mental disorder, with anxiety and depressive disorders the most common . In 2020, the number of people living with anxiety and depressive disorders rose significantly because of the COVID-19 pandemic (WHO). Kata World Health Organization, satu dari delapan teman nongkrong kita punya masalah kesehatan jiwa, entah itu: depression, bipolar disorder, anxiety disorders, atau post-traumatic stress disorder.

Untuk melihat bagaimana rapuhnya bangsa ini dalam menangani masalah kesehatan jiwa, kita bisa banyak berkaca pada tragedi bengis yang memilukan. Ronald Tannur (31) anak anggota DPR yang melakukan penganiayaan hingga menewaskan pacarnya Dini Sera, bukan hanya memukul atau menendang, Ronald juga melindas pacarnya. Makian dan atribusi jahat berbentuk apapun, layak melekat pada nama pelaku. Dari kasus ini, kita disadarkan kembali pentingnya manajemen emosi (kecerdasan emosional)

Kesehatan jiwa dan kecerdasan emosional memang dua hal yang berbeda, namun memiliki hubungan erat karena keduanya berkaitan dengan ketentraman  emosional dan psikologis individu. Kecerdasan emosional itu alat (mengenali, mengelola, dan mengungkapkan) emosi untuk menangani kesehatan jiwa yang melibatkan perasaan seperti depresi, kecemasan berlebih, dan stress. Keduanya mendorong individu untuk lebih sadar dan mampu memahami diri sendiri guna mewujudkan tujuan: ketentraman emosional dan kesejahteraan jiwa.

Kita mendambakan Indonesia Emas 2045, dengan peta pembangunan yang telah disusun, membangun manusia Indonesia adalah aspek utama yang seyogianya jadi prioritas. Namun, lagi-lagi jauh panggang dari api, anak muda yang akan memegang tongkat estafet bangsa, ditampar realitas sosial yang mengubah emas menjadi cemas. Pendidikan mahal, keadilan mati suri, represifitas merajalela, dan korupsi tumbuh subur. Adakah kehendak politik untuk menyelesaikan masalah di atas? ada. Tapi kurang serius dalam praktiknya.

Bersiap menyiapkan manusia unggul untuk menjemput bonus demografi adalah nada usang yang terus diteriakkan. Nisbi mustahil kita bisa meningkatkan kualitas manusia tanpa memperhatikan kesehatan jiwanya. Mental health is a universal human right” adalah tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023. Nyawanya harus kita bawa dalam perjalanan membangun manusia Indonesia, bahwa kesehatan mental adalah hak asasi manusia, untuk siapapun dan dimanapun dia berada.

Negara musti punya kemauan serius untuk menyelesaikan masalah fundamental dalam membangun SDM ini. Menyederhanakan masalah kesehatan mental dan praktik suicide sebagai bentuk ketidakmampuan manusia menghadapi dunia yang bengis, adalah pola pikir yang baiknya kita sudahi. Namun, tak banyak  calon wakil rakyat yang menjadikan kesehatan mental sebagai isu kampanye. Nampak kurang seksi untuk menaikkan elektabilitas mereka.

Bangsa ini butuh kehendak politik dan kekuatan politik untuk memprioritaskan kesehatan  jiwa sebagai prioritas pembangunan manusia. Menata regulasi, mendesain strategi, dan melibatkan pakar dalam menyusun program kerja, adalah upaya yang seyogianya dilakukan. Kita percaya dan akan terus menyuarakan “tak ada mata uang di dunia yang seharga nyawa manusia”.

Bertahanlah!

Kita tak mungkin menghindar dari masalah, sebab hidup itu sendiri adalah masalah, yang bisa kita lakukan adalah berdialog dengan masalah, bertanya dengannya, apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh masalah, jika ia hadir untuk membuat kita jauh lebih bersinar, maka selesaikan masalah tersebut, jika ia hadir untuk membuat kita menyerah,maka berceritalah, sapa orang terdekatmu yang kau percaya, sekali lagi, berceritalah!

Kita tak mungkin menghindar dari masalah, kita semua pasti pernah berada dalam fase terpuruk, jarum kompas hidup pecah dan hidup jadi tak terarah. Saya, kita, dan kamu pernah bertarung dengan masalah, tak semuanya berhasil menang, tak semua usaha untuk melawan masalah mencapai apa yang kita inginkan, tapi percayalah, sedikit bertahan akan melegakan, sekali lagi, bertahanlah!

Kita semua pernah diterpa masalah, semalam suntuk memikirkan solusi, dirundung kecemasan akan kemungkinan buruk esok hari. Tapi, terkadang, dan sesekali, kita hanya butuh bertahan. Jika kecemasan hadir di malam hari, tidurlah, kicau burung pagi akan menyambutmu, masalahnya memang tak akan utuh selesai, tapi intensitasnya pasti menurun. Sekali lagi, kita punya banyak alasan untuk menyerah, tapi kita pernah bangkit, kita pernah bangkit dengan satu atau dua alasan yang terkadang semenjana.

Bahagialah dengan cara yang sederhana, sesederhana yang kamu bisa. Menyapa kucing, menegur satpam, makan enak, minum segar, atau sesederhana menertawakan kawan kampusmu yang terus membual hanya untuk mempertontonkan kebodohannya. Hidup memang bengis dan sering tak sesuai ekspektasi, anginnya kencang, ombaknya menakutkan. Itu semua memang ada dan terus ada, tapi kita pernah berada disana dan berhasil melewatinya.

Minta maaf jika empat paragraf di atas terdengar klise dan menyebalkan bagimu, lebih baik saya membual bak motivator ketimbang mendengar kabar kepulanganmu. Sebab kita dan saya secara pribadi, tak mampu melihat tumpukan masalah yang kamu tutup rapat dengan senyum palsu itu. Tak ada yang bisa menjamin—- bahwa jika kamu bertahan—- kebahagiaan hidup akan terus hadir. Sekali lagi, dunia memang jahat, tapi bertahanlah. Jika kamu sungkan untuk cerita, padanan kata “bajingannnn” terbuka untuk melegakan carut marut problema.








Ikuti tulisan menarik Geza Bayu Santoso lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB