x

illustr: DatingAdvice

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Selasa, 24 Oktober 2023 09:50 WIB

Kiat Menilai Orang, Caleg, dan Pemimpin

Sebagian besar orang menilai orang lain dan pemimpin dengan sangat dangkal. Bagaimana caranya agar kita mampu menilai dengan baik dan akurat? Sila ikuti trus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

OLeh: Bambang Udoyono

Sebagian besar orang memiliki sikap yang dangkal dalam menilai orang lain.  Mari kita simak kata seorang cendekiawan Prancis Bernama Emille Antoine Zola berikut ini.

Gambaran dangkalnya cara menilai orang lain

“Nous sommes comme des livres. La plupart des gens ne voient que notre couverture. Au mieux, ils lisent notre résumé ou bien se fient à la critique que d’autres en font. Mais ce qui est certain, c’est que très peu d’entre eux connaissent vraiment notre histoire.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

(Kita seperti buku. Kebanyakan orang hanya melihat sampul kita. Paling banter, mereka membaca ringkasan riwayat hidup kita atau mengandalkan ulasan orang lain. Namun yang pasti, hanya sedikit dari mereka yang benar-benar mengetahui kisah kita)

Terjemahanna dalam dalam Bahasa Inggris berikut ini.

“We are like books.  Most people only see our cover, the minority read only the introduction, many people believe the critics.  Few will know our content”

(Kita seperti buku.  Kebanyakan orang hanya melihat sampul kita, sedikit orang hanya membaca pengantar saja, banyak orang percaya pada kritik. Sedikit saja yang mengetahui isi kita)

Selain itu ada juga sebuah proverb dalam Bahasa Inggris berikut ini.

“Don’t judge a book by its cover” Artinya jangan menilai buku dari sampulnya.

Kedua kata mutiara tersebut di atas, baik dari Emille Zola maupun berbahasa Inggris itu menggambarkan dengan akurat dan indah cara Sebagian besar orang dalam menilai orang lain.

Kata kata Zola sangat akurat.  Sebagian besar orang hanya melihat sampul buku.  Maksudnya mereka hanya melihat satu sisi dari keseluruhan diri kita. Mereka hanya melihat yang nampak di mata seperti penampilan dan benda milik kita.  Itulah sebabnya di dalam politik dikenal istilah pencitraan. Mayoritas orang hanya terpesona dengan sampul alias kemasan kita.  Kesan yang ingin ditimbulkan ini bisa direkayasa.

Sejumlah orang berjalan sedikit lebih jauh. Mereka tidak sekedar menatap sampul tapi hanya membaca pengantar buku saja. Maksudnya mereka sudah melangkah lebih maju. Mereka mencermati lebih jauh tapi hanya sekilas saja. Masih kurang dalam.  Tidak sedikit orang yang hanya mendengarkan kata orang atau kritik orang saja. Tidak mendalami sendiri. Kata Zola selanjutnya, hanya sedikit saja orang yang memahami sepenuhnya realitas kita.

Jadi sejatinya mayoritas orang hanya mengenal kita secara sepintas. Mereka hanya melihat satu sisi dari kita secara dangkal saja. Akibatnya hanya kesan saja yang mereka dapatkan. Kesan ini bisa saja berbeda dengan realitas keseluruhan. Itulah sebabnya tindakan yang didasarkan pada kesan ini bisa saja salah.

Apalagi jika tindakan yang kita ambil sangat penting dan sangat menentukan nasib kita dan bahkan nasib bangsa ini. Memilih caleg atau memilih kepala daerah dan bahkan memilih kepala negara misalnya.

Pilihan kita tidak hanya menentukan nasib sedikit orang tapi menentukan nasib seluruh bangsa Indonesia. Kalau kita salah pilih akibatnya bisa sangat merugikan semua orang Indonesia.  Sebaliknya kalau pilihan benar maka akan sangat menguntungkan semua orang Indonesia.

Oleh karena itu sebenarnya setiap orang perlu menguasai cara menilai orang lain dengan lengkap, akurat dan mendalam.

Lantas timbul pertanyaan, bagaimana kita bisa mengenali seseorang secara mendalam atau secara lengkap?

Dalam konteks politik, bagaimana kitab bisa mengenali dengan lengkap seorang caleg atau cakada atau bahkan capres? 

Hal ini penting dicermati karena kita harus melakukan keputusan politik penting yatu memilih caleg, cakada dan bahkan capres.  Paling tidak ada beberapa langkah berikut yang bisa Anda lakukan.

Langkah nyata

1. Cermati rekam jejak. Cari tahu apa prestasinya, pendidikannya dll. Ketika mencermati rekam jejak ini sebaiknya Anda tidak hanya mendengar atau membaca satu sumber saja. Luaskan bacaan dengan membaca pers yang berkualitas seperti Tempo dll.  Jangan hanya menyimak video dan narasi yang banyak sekali beredar di media sosial.

2. Cermati gagasan mereka dalam artikel, pidato, kampanye, dialog, debat dll.  Masyarakat perlu mengenali pikiran mereka dengan mendalam. Simak pidato mereka di televisi, koran, majalah atau mungkin dengan datang langsung di kampanye.  Buat pers ini ada tantangan untuk menyuguhkan potret mereka secara akurat dan mendalam.

3. Cermati bibit, bebet, bobot

Orang Jawa memiliki kriteria di atas yang biasanya diterapkan untuk mencari jodoh. Meskipun demikian kriteria ini bisa juga diterapkan untuk mencari caleg dan calon pimpinan yang berkualitas.

Bibit adalah garis keturunannya.  Lihat latar belakang keluarga asalnya. Siapa ayah ibunya, siapa kakek neneknya dsb.  Dari situ terlihat seperti apa kualitasnya.  Alasannya karena pertumbuhan seseorang sangat ditentukan oleh keluarga asalnya.

Bebet adalah lingkungan sosialnya.  Lihat profesinya.  Dari sana terlihat kualitas lingkungan sosialnya.  Itu juga sangat menentukan kualitasnya.

Bobot adalah kualitas dia sendiri.  Lihat latar belakang pendidikannya. Lihat juga prestasi kerjanya.  Lihat apa  jasanya dan sumbangannya kepada masyarakat Indonesia selama ini. Apakah dia membuat kegaduhan atau memberikan banyak solusi kepada persoalan masyarakat.

Penutup

Kalau Anda mampu menerapkan semua hal itu, maka sejatinya Anda  tidak hanya melihat sampul buku. Anda sudah mampu membaca keseluruhan buku.

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler