Lost Soul

Hingga akhirnya kita saling mengenal, aku melihat lost soul adalah nama yang sengaja dibuat untukmu.

Aku masih ingat jelas bagaimana dulu awal mula perkenalan kita. Sangat sederhana. Aku bahkan tidak pernah menduga sebelumnya akan dipertemukan denganmu.

Wanita yang aku kenal dari dunia maya. Aku sangat berani memulai percakapan itu denganmu. Aku sangat menyukai senyumanmu di awal. Kurasa kau adalah orang baik, pikirku begitu kemarin. 

Meski sebenarnya aku sempat merasa pesimis karna ku pikir ah kau pasti akan menolakku. Karna memang aku terbiasa ditolak. Jadi aku tidak terlalu berharap banyak padamu.

Berhasil ku dapatkan id sosial mediamu, kau disana tidak tahu betapa girangnya aku disini setelah mendapatkan itu. Terimakasih telah memberinya. Aku sangat senang.

Langsung aku cari tahu semuanya tentangmu. Aku ingin mengenalmu, begitu niat dalam isi hatiku.

Ku pikir kau akan sombong padaku. Karna memang wanita sejenismu biasanya akan memilih dengan siapa hendak berbicara. Aku udah merasa rendah diri sebelumnya. Jadi ku pikir saat itu ya aku harus menguburkan dalam-dalam harapanku bakal disapa olehmu.

Hingga akhirnya waktu terus berputar. Kita berteman lalu menjadi akrab. Sebelum kau mengganti namamu itu, aku masih ingat jelas. Dulu namanya adalah lost soul.

Aku sering berpikir sambil menebak kenapa kau memakai nama itu.

Ini adalah wanita sederhana yang selalu merasa cemas. Katanya dia sering merasa tegang dan stres. Dia capek bekerja, begitu katanya. Lost soul cocok menggambarkan dirinya yang memang kehilangan jiwa. Mungkin arah hidup ya. Akibat terlalu lelah jadinya dia sering merasa pesimis.

Awalnya aku merasa terganggu dengan sikap wanita ini yang seperti itu. Selalu mengeluh wanita ini, kenapa? Tanyaku berulang kali pada diriku sendiri.

Emangnya gak bisa sedikit lebih bersyukur? Kadang tak bisa aku sangkal, aku bisa merasa jengkel kalau dia terus-terusan mengeluh gitu. Bisakah sedikit tersenyum dan tertawa? Nikmati hidup yang sekarang. Jangan terlalu khawatir dengan apapun yang belum terjadi. Aku jadi ikutan merasa pesimis.

Aduh, wanita ini!

Meskipun tingkahnya seperti itu, aku sayang padanya. Sampaikan padanya. Bisakah dia mengetahui kebenaran ini?

Hey, Summer!

Boleh bicara sebentar? Ya, harusnya dia menyadari ini.