Alegoris (Part 2)

Selasa, 7 November 2023 19:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Alegoris (Part 2). Puisi, transendental jernih jiwa. Tentang kini ataupun telah lalu. Sederhana saja.

Alegoris (4)

Syair Dini Hari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ya Rabana ...
Engkau ijinkan hamba menjadi sebulir embun bagi kehidupan khidmah tetumbuhan di alam raya. Hanya engkau, menghidupkan, mematikan segala hal ihwal ciptaan-Mu

Ya Rabana ... 
Hamba bersujud.


Alegoris (5)

Pistol Koboi Cengeng.
(Syair anti korupsi)

Waktu lampau ataupun kini, tak mengubah api menjadi air. Klips gambar menawan mata, mengapa tak keren pula.

Melodi hipokrisi menggubah lagu nan lama jadi kekinian, namun tak seelok nian harapan nurani sang semesta.

Berjuta kereta kuda berderap dari neraka melindas dirinya. Malah ia girang bukan main tampak pula ia menepuk dada.

Mengapa pula ia tak mati. Tak heran dirinya, karena takdir tak ingin ia mati, hidup sepanjang masa, janji amuk-dendam dirinya.

"Hai! Bestie! Bestie! Kalaulah aku mati, sang waktu khawatir planet bumi 'kan kehilangan model makhluk pandir terkini, macam aku kan, xixixi ..." Sembari memakan jantung dari rongga dadanya.

Kegilaan. Parodi gila-gilaan, memarodikan patgulipat sulapan hantu raksasa berwajah pepaya, namun tak serupa jambu, ups!

Kepiawaiannya berpikir culas. Pilihan jadi makhluk murka doyan segala sekalipun wajib memakan dirinya. "Okelah hai!"

Tuan hedonis gentayangan. Tapi hobi ngumpet di laci-laci bestie loh akyuu ... Manis-manis gitu deh. Akyuu ... Berpistol! Gertak sana sini, koboi cengeng kesiangan. Komplit lah hai ya yaa ...

Curang memainkan catur. Maki-maki atas nama moral.; Haa ha hahh ... Akyu si pandir pencuri triliun. Iyau! Berkelamin ganda bermuka jamak bangga berpura-pura berkalimah sembelit lidah tak bertulang berkelit melilit, lantas ngumpet di kolong meja.

"Puas tuan pandir?"
"Belumlah kiranya."

"Mau apa lagi tuan pandir?"
"Menjadi iblis bolehkah?"

"Hah!"
"Biasa aja kale."

"Sulit kali pintamu."
"Hah!"

"Hipokrit tak jua cukupkah?"
"Toplah kalau begitu." Keduanya bersalaman.

Alamak. Insaf lah wahai tuan. Kalaulah air di sumur tuan telah diberkati cukup melimpah. Janganlah tuan mengambil air di sumur tetangga.

"Iyau! Bodok amat!" Suaranya lantang dari neraka.

The End.

***

Jakarta Indonesiana, November 07, 2023.
Salam Cinta NKRI Pancasila.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Antumbra

Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB
img-content

Eskrim Pop Up (35)

Selasa, 25 Juni 2024 19:34 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua