Garis Fatamorgana

Jumat, 17 November 2023 08:47 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Garis Fatamorgana. Transendental jernih jiwa. Tentang kini ataupun telah lalu. Sederhana saja. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan.

1/

Kunang-kunang membawa terang malam, saat belajar menulis tentang sentir pelengkap terangmu. Lalu, mengapa membaca harus mulai dari kiri ke kanan, terangmu semakin menyala. Lantas aku tanya lagi kepadamu, mengapa tidak mulai dari kanan ke kiri, cahayamu mengembang terang temarang. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

2/

Aku, memang kunang-kunang, namun bukan pembuat terang malam. Keinginanmu menulis cerita tentang sentir itulah, membuat suasana hatimu semakin terang benderang, katamu suatu kali beberapa waktu kemudian. 

3/

Kunang-kunang selalu hadir di antara batas senja ke malam, memulai pengajaran dengan caramu menyampaikan makna sejumlah hitungan, berkelompok-kelompok, lalu menghilang beberapa ekor, datang lagi sejumlah kelompok, perlambang perkalian metematis, nilai angka-angka, menyusul alfabetis berselingan.

Setelah usai risalah ceritaku, menyirna kunang-kunang di batas malam setelahnya menghadirkan ufuk fajar sidik selaras melenyap gemintang.

4/

Kunang-kunang, dimanakah kamu, tak lagi pernah hadir acap kali, aku, menulis banyak kisah tentangmu. Berkat terangmu menyertai cerita sentir, telah banyak waktu aku lewati, senantiasa menunggu kehadiranmu.

Dari sekian banyak waktu perjalanan, ada ihwal belum terlewati, karena kehilangan satu malaikat penjaga hidupku. Itu sebabnya mungkin, aku, belum sampai sibuk mengolah waktu, agar mampu belajar terbang menyusul susastra iman ke langit semesta.

*** 

Jakarta Indonesiana, November 17, 2023.
Salam cinta berseni cerita.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Bening Matamu

21 jam lalu

Baca Juga











Artikel Terpopuler