Kuno yang Kini
Sabtu, 25 November 2023 13:58 WIB![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2023/05/11/f202305110831222.jpg)
Puisi ini bercerita menentang cara berpikir kuno/konservatif yang masih dipertahankan hingga kini. Pemikiran-pemikiran itu mengekang orang-orang masa kini untuk bertindak dan sudah seharusnya tidak dipaksakan. Orang-orang tengah berada di bawah kuasa stigma konservatisme. Puisi ini juga menggambarkan sebuah perasaan yang terbelenggu oleh perasaan-perasaan masa lalu. Luka masa lalu seharusnya tidak ditunjukkan untuk menakut-nakuti generasi saat ini.
Mengingat abad dua puluh satu lebih seperempat
enggan pergi dan masih di sini
Tak ada yang sempat
dan kolotmu selalu menggangguku
Menimbang abad dua puluh satu lebih seperempat
masih di sini dan tak berempati
Tak ada lagi lauk dan tempat
sungguh tak ada lagi yang tersedia untukmu
Memutuskan abad dua puluh satu lebih seperempat
tak akan kujumpai kembali
Bulat tanpa ralat
dan tak ada sampai jumpa untukmu
![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/profile-default.jpg)
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2023/09/10/f202309102039325.jpg)
Mengapa Buku Konvensional Tidak akan Tergantikan oleh Buku Digital?
Jumat, 7 Juni 2024 14:05 WIB![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2023/05/11/f202305110831222.jpg)
Kuno yang Kini
Sabtu, 25 November 2023 13:58 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler