x

Lian Nio

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 6 Desember 2023 11:10 WIB

Lian Nio

Betapa sulitnya keluarga Tionghoa menerima pemuda Jawa sebagai menantunya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Lian Nio

Penulis: Suwandono

Tahun Terbit: 2009

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Langit Kresna Hariadi Production

Tebal: viii + 506

ISBN: 978-602-8157-06

 

 

Novel “Lian Nio” adalah karya fiksi lain dari yang lain. Meski sama-sama mengusung tema pembauran antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa, novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata. Penulisnya pun adalah seorang yang terlibat secara langsung dalam kisahnya. Suwandono adalah anak dari pasangan Kwee Lian Nio dengan Siswoto. Pemilihan judul yang dibumbui dengan kalimat “A True Story” menjadi pembeda novel ini dari novel-novel bertema pembauran lainnya.

Suwandono mendasari kisahnya dengan “kekuatan cinta sanggup menembus batas ruang dan waktu.” Dasar inilah yang membuat Suwandono berani mengungkapkan kisah keluarganya yang penuh dengan dinamika. Suwandono secara jujur mengungkapkan bagaimana perjuangan cinta ayah dan ibunya. Ia tak menyembunyikan bagaimana keluarga ibunya menolak perjodohan antara Lian Nio dengan Siswoto. Keluarga Kiat Bing begitu marah dengan pernikahan ini. Bahkan ayah Lian Nio, Kwee Kiat Bing yang dibakar emosi sampai akan membunuh anaknya yang dianggap membangkang tersebut.

Novelisasi yang dilakukan oleh Suwandono adalah untuk membuat kisahnya bisa dinikmati dengan keterlibatan emosi. Percakapan dan narasi yang dibangun membuat kisah cinta ayah ibunya menjadi lebih hidup.

Kisahnya sendiri mengambil latar Desa Tegaldlimo. Tegaldlimo adalah sebuah desa di Kabupaten Banyuwangi, di wilayah timur Pulau Jawa. Di sebuah desa yang sepi inilah tinggal masyarakat Jawa dan sebuah keluarga Tionghoa. Keluarga Kwee Kiat Bing. Kwee Kiat Bing dan keluarganya berhubungan sangat baik dengan masyarakat desa. Masyarakat desa merasa tertolong dengan kehadiran Kwee Kiat Bing karena toko Kiat Bing menyediakan segala kebutuhan masyarakat desa. Karena bekerja keras dan kreatif, keluarag Kwee Kiat Bing hidup secara berkecukupun. Tingkat ekonominya lebih baik dari masyarakat sekitarnya. Namun perbedaan strata ekonomi ini tidak menimbulkan persoalan sosial di desa Tegaldlimo.

Persoalan baru muncul ketika Siswoto, seorang perjaka tua pegawai kecamatan saling jatuh cinta dengan Kwee Lian Nio, anak Kwee Kiat Bing dengan Liem Bwe Wha. Kiat Bing memuncak amarahnya setelah tahu bahwa Siswoto - yang adalah teman main gaple-nya, ternyata menjalin cinta dengan anak gadisnya. Kiat Bing tak pernah membayangkan bahwa Siswoto akan menjalin cinta dengan Lian Nio. Betapa tidak, Siswoto itu Jawa. Umurnya beda 17 tahun dari Lian Nio. Belum lagi Siswoto adalah seorang yang tidak mempunyai ambisi dalam harta dan pangkat. Siswoto adalah tipe seorang yang mau menikmati hidup apa adanya.

Kiat Bing dan Bwe Wha sangat ingin Lian Nio menikah dengan sesama Tionghoa. Mereka sudah mempunyai calon untuk Lian Nio, yaitu Thju Kiat. Thju Kiat adalah seorang pemuda yang sudah mapan secara ekonomi. Thju Kiat sangat mencintai Lian Nio, meski cintanya bertepuk sebelah tangan. Ada juga Kwok Hwa, seorang pengusaha hasil laut yang juga mendekati Lian Nio. Namun hati Lian Nio sudah tertambat kepada pemuda Jawa bernama Siswoto.

Bahkan pada sebuah peristiwa, karena tidak bisa menahan kemarahannya, Kiat Bing mengambil pisau dan berusaha membunuh Lian Nio. Untunglah sang Ibu bisa menghalangi. Lian Nio melarikan diri dari rumah dan bersembunyi di salah satu rumah tetangga.

Peristiwa tersebut terjadi di tahun 1968, saat dimana tentara begitu berkuasa. Melihat situasi yang tak baik itu, Ilyas, seorang tentara yang ditugaskan membina desa segera ikut campur. Demi keamanan Lian Nio, Ilyas memprakarsai pernikahan Lian Nio dengan Siswoto. Ilyaslah yang menjadi tuan rumah pernikahan mereka berdua.

Pernikahan yang diprakarsai oleh tentara dan didiukung seluruh warga desa ini tentu mengecewakan Kwee Kiat Bing sekeluarga. Mereka memilih menghilang dari desa saat pernikahan dilaksanakan.

Lian Nio adalah seorang pemudi Tionghoa. Ia sudah terdidik dalam keluarga yang sangat menghargai kerja. Itulah sebabnya setelah menjadi istri Siswoto, Lian Nio meminta ijin untuk membuka toko dan melakukan jual beli palawija. Bisnis Lian Nio ini juga ditujukan untuk membuktikan bahwa ia bisa hidup mandiri bersama Siswoto. Tidak tergantung dari keluarga atau suami yang sudah kaya.

Pelam tapi pasti, keluarga Lian Nio dengan Siswoto mulai diterima oleh Liem Bwe Wha. Tapi tidak demikian dengan Kwee Kiat Bing. Anak-anak Siswoto dengan Lian Nio secara sembunyi-sembunyi datang ke rumah kakeknya.

Saat Kiat Bing sudah tua dan sakit, secara sembunyi-sembunyi Lian Niolah yang merawatnya. Kiat Bing akhirnya bisa mengampuni Lian Nio, tetapi tetap benci kepada Siswoto.

Mungkin karena kerj terlalu keras dan berasaan bersalah, Lian Nio mati muda. Lian Nio yang mati muda dikuburkan dengan tata cara Tionghoa, meski ia sudah menikah secara Islam. Permintaan keluarga Kiat Bing ini diluluskan oleh Siswoto. Siswoto sendiri tetap menggelar tahlilan di rumahnya. Peristiwa penguburan ini menarik. Sebab ada toleransi dari masyarakat Tegaldlimo kepada keluarga Kiat Bing yang sedang mengalami musibah.

Sebenarnya novel ini akan sangat baik jika berhenti di peristiwa penguburan Lian Nio. Sayangnya Suwandono melanjutkannya dengan kisah-kisah adik-adik Lian Nio yang juga akhirnya menikah dengan orang bukan dari etnis Tionghoa. Meski dibumbui bahwa pernikahan adik-adik Lian Nio dengan orang nontionghoa adalah sebagai sebuah kutukan bagi Kiat Bing yang menolak pernikahan Lian Nio dengan Siswoto, namun menurut saya bagian akhir ini sangat berlebihan dan tidak berhubungan erat dengan kisah Lian Nio tiu sendiri. 799

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu