x

Stefanus batuk, seorang pengasuh dari Anak Difabel Downsydrom di Desa Langke Majok, Manggarai-NTT

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Rabu, 13 Desember 2023 05:13 WIB

Bantuan Satu Ekor Babi Sangat Berarti Jika Diarahkan untuk Tujuan Ekonomi

Usaha sayur+sayuran menjadi salah satu penopang ekonomi rumah tangga Stefanus Batuk, selain jasa ojek dan butuh harian. Lalu ia mendapat bantuan seekor babi, dan hidupnya mulai membaik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 Bantuan Satu Ekor Babi Jadi Sangat Berarti Jika Diarahkan Untuk Tujuan Ekonomi



Stefanus Batuk, ayah dari 3 orang, tinggal di Kampung Nggepis, Desa Nao, Kecamatan Satar Mese Utara Manggarai. Ia bekerja sebagai Petani sayur dan tukang ojek. Lahan di belakang Rumahnya berukuran kurang lebih 2 are dari total luasnya 6 are dimanfaatkannya bersama isteri untuk menanam sayur-sayuran, sedang bagian yang lain di atas lahan tersebut ditanami cengkeh. Isterinya yang bertanggungjawab untuk merawat sayur-sayuran setiap hari sambil mengurus anak mereka yang bernama Natalia Mayora Daiman (7 tahun), penyandang disabilitas downsydrom. Stef dan Isterinya bergabung ke dalam Kelompok Disabilitas Desa (KDD) Moeng Mose Paroki Santo Pio Langke Majok.



Usaha sayur-sayuran telah menjadi salah satu penopang ekonomi rumah tangganya. Pada setiap musim tanam (durasi maksimum 4 bulan) omset penjualan dari 3 jenis sayur dalam situasi air tersedia mencapai 1,2 juta rupiah. Selain itu, untuk menghidupi keluarganya, dia bersama isteri sering bekerja sebagai buruh harian dengan upah 50 ribu Rupiah per hari. Dalam seminggu, biasanya ada kesempatan 2 hari bekerja sebagai buruh harian untuk kerja olah lahan atau bersih rumput di kebun petani lain, sedangkan 4 hari lainnya, dia memutuskan untuk menjadi tukang ojek dengan penghasilan kurang lebih Rp 50ribu Rupiah per hari, melayani permintaan penumpang dari pagi hingga jam 5 sore.

Stefanus Batuk, Pengasuh Anak Difabel
 


Pada bulan Februari tepatnya tanggal 22 tahun 2021, Stef mendapat bantuan bibit babi dari Yayasan Bina Swadaya untuk mendukung usaha sayur-sayuran yang dikembangkannya. Meski jumlah babi yang didapatnya hanya 1 ekor kala itu, tetapi kotoran dari babi tersebut telah menyuburkan lahan sayur miliknya yang berada tepat di belakang rumah atau tak jauh dari dapur rumahnya. Lahannya menjadi produktif.


Jenis sayur-sayuran yang ditanam adalah wortel, sawi dan tomat. Menurut Stef, penghasilan dari lahan berukuran 2 are ini dinilai lumayan guna membeli kebutuhan rumah tangga, khususnya susu bagi anaknya yang mengalami downsyndrom, menyetor simpanan dan membayar cicilan di Koperasi Kredit.

Akan tetapi pada pertengahan tahun 2022- 2023, jumlah sayur-sayuran yang ditanamnya relatif sedikit sebab air menjadi faktor pembatas, musim kemarau semakin panjang sehingga berdampak kepada berkurangnya air. Musim hujan semakin berkurang, kata Stef pada 2 tahun terakhir ini, iklim sudah berubah dan agak susah menentukan musim tanam.


Puji Tuhan, ungkap Stef, dari 1 ekor babi yang dibantu oleh Yayasan Bina Swadaya melalui Yayasan Ayo Indonesia berhasil dijual dengan harga 4juta Rupiah pada awal tahun 2022. “Uang hasil dari penjualan babi ini digunakan untuk membeli bibit babi baru, perbaik rumah, dan juga untuk membiayai urusan adat/sosial. Urusan adat dan sosial kemasyarakatan (pengumpulan dana untuk kawin dan pendidikan dari warga kampung/keluarga/sahabat) menjadi pos pengeluaran wajib bagi kami orang manggarai,” ujar Stef yang hanya tamatan Sekolah Dasar ini.


Dia juga mengaku bahwa babi yang dipelihara pada tahun kedua (2022) dijual awal tahun 2023 dengan harga 3.5 juta rupiah. Seperti biasa dari setiap hasil penjualan babi digunakan untuk membeli bibit babi, dan hingga saat ini (29/9/2023) dari 1 ekor babi yang dibantu pada awalnya (harga beli 1.2 juta rupiah) tahun 2021, telah berkontribusi menambah penghasilan keluarganya sebesar 7.5juta Rupiah. Kalau babi yang berusia siap jual yang dikandang saat ini dijual dengan harga 3.5 juta rupiah maka dari nilai bantuan awal sebesar 1.2 juta rupiah berkembang menjadi 11 juta rupiah. Jika ditambah dengan hasil penjualan sayur-sayuran maka penghasilan yang diperoleh sangat membantu memenuhi kebutuhan keluarga walaupun nilai rupiah untuk disimpan di Koperasi Kredit demi masa depan anak-anak sangat kecil (50 rb rupiah per bulan).


Tantangan kami sekarang ini, kata Stef, dan mungkin di masa depan adalah terjadinya perubahan iklim yang berdampak kepada berkurangnya air dan munculnya penyakit yang mematikan pohon pisang milik petani hampir di seluruh kampung Nggepis bahkan seluruh desa di Kecamatan Satar Mese Utara. Untuk diketahui, batang dan buah pisang biasa dimanfaatkan sebagai pakan babi. “Saya berharap Yayasan Ayo Indonesia dan Bina Swadaya memperkenalkan kepada kami tehnologi bertani yang bisa diterapkan pada situasi iklim yang berubah seperti sekarang ini agar tetap bisa menghasilkan sayur-sayuran setiap musim tanam,”harap Ayah dari 3 orang anak ini. Saya menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Bina Swadaya yang ikut membantu kami dalam memenuhi kebutuhan anak penyandang disabilitas.


Pengalaman yang hampir sama dialami oleh Matias Jelahu (52), ayah dari Maria Solania Minung, usia 23 tahun, yang mengalami gangguan mental. Sejak menerima bantuan babi dari Yayasan Bina Swadaya tahun 2021 hingga sekarang ini (29/10/2023), sudah 3 ekor babi yang dijual dengan harga Rp 3 juta per ekor.

 
Dia bersama isterinya juga menanam sayur-sayuran di belakang rumah. Di atas lahan seluas kurang lebih 1.5 are ditanami oleh pasangan ini 3 jenis sayur, yaitu terung, sawi dan kastela untuk dikonsumsi sendiri dan dijual. Hasil penjualan sayur-sayuran selama setahun (3 musim tanam) mencapai 3 juta rupiah. Mereka juga menganyam nyiru dari bambu setiap minggu untuk menambah penghasilan. Khusus untuk tahun 2023, hasil sayur-sayuran kurang memuaskan karena curah hujan sangat tinggi. “Untuk itu, kami mohon dukungan dari Yayasan Ayo Indonesia dan Bina Swadaya tentang apa tehnologi yang tepat agar kami (saya dan isteri) bisa tetap menanam sayur-sayuran meski hujan deras,”pintanya. Tantangan kami sekarang ini adalah kondisi cuaca atau iklim yang berubah-ubah, tidak bisa diramal sehingga agak susah menentukan waktu tanam yang pas.


Cara Pengelolaan dari pemeliharaan babi milik Matias tidak beda jauh dengan apa yang diterapkan oleh Stef dimana hasil penjualan babi digunakan untuk membeli bibit babi baru. Kemudian sebagian uang dari penjualan babi tersebut dipakai untuk memperbaiki rumah, beli beras, memenuhi kebutuhan anak mereka yang mengalami gangguan mental, dan membiayai urusan adat/pengumpulan dana untuk urusan sosial di kampung Jaong, Desa Jaong, Kecamatan Satar Mese, Manggarai.


Rikhardus Roden Urut, Mesti Menjadi Berarti Bagi Siapapun. Belajar terus untuk mencari lalu berbagi jika mendapatkan.


 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu