x

Ilustrasi Wanita Sombong. Gambar oleh Victoria Regen dari Pixabay.com

Iklan

Wahyu Umattulloh AL

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Maret 2022

Jumat, 29 Desember 2023 09:58 WIB

Juita yang Teramat Indah

Sayangnya keadaan hanya memaksa untuk sejenak menjilat lesung pipimu. ,Jika keadaan memberikan kesempatan panjang, aku ingin menyelam ke dalam lautan bola mata mu yang polos. Berharap di dalamnya terdapat kotak kosong untuk di isi yang indah-indah saja tentang diriku, hei Juita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

JUITA YANG TERAMAT INDAH

"Sayangnya keadaan hanya memaksa untuk sejenak menjilat lesung pipi mu.
Jika keadaan memberikan kesempatan panjang,
 aku ingin menyelam ke dalam lautan bola mata mu yang polos.
 Berharap di dalamnya terdapat kotak kosong
 untuk di isi yang indah-indah saja tentang diriku, hei Juita
".

      Keindahan pagi hari setiap pukul 7.00 WIB selalu menyambutku dari arah meja pojok itu, memberikan suasana hangat meskipun di dalam ruangan tertempel dua AC. Fungsi AC hanya memberikan hawa sejuk atau dingin, tidak untuk memberikan keindahan dan kehangatan. Cukup wajah manis Juita yang memberikan itu semua, ingin ku belai lembut lesung pipinya. Juita indah sindir ku.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

        Perjumpaan ini terbilang cukup singkat, sebab kegiatan bangku kuliah yang amat singkat waktunya. Momen perkuliahan gratis mempertemukan calon-calon guru pintar, cerdik, murah senyum, dan manis wajahnya sejuk jikalau murid-murid memandang. Semua kriteria itu ada di Juita indah. Juita berkerudung hitam yang disandangkan di pundak, dan dihiasi aksesoris simple menambah sejuk wajahnya ingin ku ludahi keningnya, agar merasuk jampi-jampi jawa di hatinya.

    Aku mencoba duduk satu meja dengan mu sembari mencuri keindahannya untuk diselipkan kata-kata gombal di tulisan ini. Tulisan esai ini dibuat dengan air do’a dari ludahku, lalu ku lafalkan basmalah dan ku minum sendiri biar dimabuk asmara. Hal itu menjelaskan bahwa ketika rasa suka diutarakan secara perlahan akan melunturkan keagungan cinta, lebih baik ku nikmati saja ramuan itu sendiri tanpa bersulang dengan mu. Alasannya karena aku suka melihatnya dari balik kata diam. Tertawa bersama tanpa ada ikatan kekasih adalah kenikmatan kualitas cinta yang dewasa
( Alasan seorang pecundang).

      Kembali ku tulisankan ke elokan Juita, wajahnya yang mulus dan cantik dengan hidung tidak terlalu mancung menambah kesan untuk ingin mencubitnya. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena takut dikau yang manis menjadi tak suka pada ku. Ketika engkau sedang bertanya serasa hati ini meronta ingin berlama-lama berbincang kesana-kemari, meskipun harus menahan bius maut mu yang teramat aduhai.

    Sungguh nikmat tutur kata mu hingga meluruhkan debar jantungku untuk segera merasuki  belahan jiwa mu. Menemani dikala Juita berjalan dan menghadang pria lain yang ingin menculik mu secara perlahan. Hanya bayangan tubuh mu akan ku persilahkan menemani saat kau berjalan, sebab bayangan itu adalah diri ku bersatu padu dengan raga mu, duhai Juita indah. Percayalah engkau manis dan indah bahkan hujan-pun enggan turun membasahi kulit mulus mu.

     Hari demi hari mencoba mencari kesempatan agar lebih dekat dengan mu. Fase awal kita hanya terlibat teman satu meja kuliah biasa, fase kedua mulai mekar menjadi satu meja makan. Teramat indah sekali Juita saat kau makan dengan bibir merah mu yang molek sedikit bergaris. Tak melunturkan manisnya sedikitpun amat benar teh tawar yang kau minum, sebab manis itu ada di depan bola mata ku. 

   Semakin semerbak dikala aku beranikan menghubungi liwat WA di HP canggih dengan pembahasan membosankan bagimu, tetapi bagiku semua pembahasan adalah jalan ninja untuk lebih dekat dengan mu. Ah masa bodoh yang terpenting senang hati ku ketika melihat balasan pesan dari  mu. Fase ketiga merekah hati ku disaat menemani Juita kembali ke Perantauan bersama-sama di jalan raya, terlihat pula secuil wajah indahnya di bias kaca sepion sepeda motor.

    Aku melihat ketakjuban dan kecantikan sepanjang perjalanan, disamping kiri dan kanan tak kudapati bunga bermekaran atau daun berguguran, bahkan lembayung sinar mentaripun tidak menampakan cantiknya. Sementara secuil wajah manis dibias kaca sepion itu mengumbar ketakjuban dan kecantikan, mengalahkan segalanya. Juita indah, mungkin separuh keindahan nuansa pagi ada pada dirimu dan aku masih terjaga. Tak ada pelipur melainkan lirikan matanya. Tak ada penghibur selain harapanku atas kedatanganmu kepada diriku.

     Aku tak mampu berpikir kecuali pada ucapanmu saat kauberi aku ucapan “ Terimakasih orang baik”, bahwa setiap manusia mempunyai titipan harapan untuk dikembalikan atau disimpan sebaik mungkin.

    Juita, aku tak tahu apa yang harus ku tulis tapi kubiarkan jiwaku mengalir di atas mesin ketik. Tak peduli entah ini klise atau tidak, sebab jiwa yang disiksa kesengsaraan dan dilipur rasa cinta yang mana kepedihan menjadi suatu nikmat, serta duka lara menjadi suka cita.

    Ungkapan ini hanya sebatas suka, sebab semua yang dicintai itu cantik, tapi tidak semua yang cantik itu dicintai. Ketika seseorang dicintai maka dia cantik diamatanya.

Surabaya-Lontar, 7-12-23.

Penulis:

Wahyu Umattulloh AL.
Alumni Sosiologi FISIP.
Mahasiswa PPG.

 

  

Ikuti tulisan menarik Wahyu Umattulloh AL lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

13 jam lalu

Terpopuler