Muslim Kok Nyebelin? Part 4
Senin, 12 Februari 2024 15:10 WIBKumpulan artikel tentang perilaku orang Islam yang dianggab nyebelin oleh Satria Dharma.
Judul: Muslim Kok Nyebelin? Part 4
Penulis: Satria Dharma
Tahun Terbit: 2023
Penerbit: Maghza
Tebal: x + 358
ISBN:
Ini adalah buku keempat tentang perilaku orang Islam di Indonesia yang ditulis oleh Satria Dharma. Saya mendapatkan seri ini sejak jilid pertama langsung dari penulisnya. Meski saya bukan seorang Muslim, tetapi saya belajar banyak dari buku yang berisi kumpulan tulisan pendek sang penulis di media sosial. Satria Dharma memang rajin menulis opini pendek di media sosial.
Tulisan-tulisan pendek Satria Dharma seringkali mendapatkan respon yang gayeng. Sebab tulisannya memang mengajak pembacanya untuk merenungkan kembali pendapat-pendapat yang sudah dianggap benar selama ini. Bagi mereka yang reaktif, tentu langsung menghantamnya dengan membawa-bawa agama. Namun bagi mereka yang suka berpikir, tulisan-tulisan pendek Satria Dharma ini justru mampu menggugah sang pembaca untuk memikirkan ulang pendapat yang selama ini sudah menjadi landasan bertindak. Saya yakin banyak juga para pembaca yang kemudian mengubah landasan piker sehingga berubah pula perilakunya.
“Muslim Kok Nyebelin? Part-4” membahas perilaku orang-orang Islam yang menurut Satria Dharma sangat menyebalkan. Perilaku menyebalkan itu karena mereka tidak mau berpikir tentang agamanya, mengkritisi fenomena yang terjadi pada umat Islam dalam memahami dan menjalankan agamanya. Perliaku yang nyebelin itu membuat Islam belum mampu menjadi agama yang rahmatan lil alamin.
Dari sisi isi, buku keempat ini masih membahas perilaku-perilaku yang nyebelin, seperti mengedepankan kekerasan dan kurang toleran. Mengedepankan kekerasan ditunjukkan dengan perilaku organisasi terntentu yang menegakkan keyakinannya dengan kekerasan. Satria Dharma memberi beberapa contoh dalam buku ini. Misalnya perilaku menggropyok tempat-tempat maksiat dan restoran/warung makan yang buka di Bulan Puasa. Sedangkan perilaku kurang toleran misalnya mengaji sepanjang hari menggunakan TOA. Tentang penggunaan TOA ini sudah sering dikeluhkan bukan hanya oleh orang non-Muslim, tetapi bahkan oleh mereka yang menganut agama Islam.
Perilaku nyebelin kedua yang dibahas dalam buku ini adalah malasnya mereka berpikir karena merasa bahwa semua sudah diatur dalam agama. Contoh dari perilaku jenis ini adalah tentang gampangnya orang Islam mengharamkan sebuah sistem yang dicap tidak Islami, seperti sistem asuransi dan sebagainya.
Di buku ini ada beberapa artikel tentang pemimpin agama (ustadz) yang menurut Satria Dharma melewati wilayah kewenanngannya. Ustadz yang langsung memberi cap haram tentang hal-hal sekuler yang si ustadz sendiri tidak memiliki background ilmu untuk memberi pendapat. Satria Dharma memberi juluan ustadz yang demikian sebagai ustadz palugada (apa lho mau, gua ada). Apapun pertanyaannya, sang ustadz bisa memberikan jawaban. Perilaku umat yang hanya mendengar pendapat ustadz yang demikian dianggap sangat berbahaya oleh Satria Dharma.
Dalam membahas perilaku-perilaku yang dianggap nyebelin tersebut, Satria Dharma selalu memberikan argumen. Setelah menjelaskan perilaku yang nyebelin, mengurai mengapa perilaku yang demikian itu nyebelin kemudian Satria Dharma memberikan argument-argumen bagaimana seharusnya seorang Islam berperilaku atau menyikapi fenomena-fenomena yang ada. Argumen itu berupa ayat-ayat Quran dan Hadis yang relevan, argumen sejarah dan pengalaman masa lalu Islam serta argumen yang berupa akal sehat.
Apa yang baru di buku ini dibanding3 buke sebelumnya? Bagi saya, yang baru di buku ini adalah contoh-contoh orang Islam yang tidak nyebelin tetapi malah menyenangkan. Contoh-contoh orang Islam yang berperilaku sehingga Islam menjadi rahmatan lil alamin. Ada beberapa nama yang diunggah di buku ini. Salah satunya adalah HAMKA yang tidak membenci Sukarno dan tidak setuju dengan pelarangan buku-buku karya Pram.
HAMKA pernah dipenjara di jaman Sukarno. HAMKA juga pernah dikecam oleh Pram. Namun HAMKA tidak mendendam kepada Sukarno. Bahkan HAMKA menjadi Imam Shalat jenazah Sukarno. Demikian juga dengan pelarangan buku-buku Pram di era Orde Baru. HAMKA tidak pernah setuju dengan pelarangan buku. Daripada melarang peredaran buku, ia menasihati orang Islam untuk tidak usah membaca bukunya jika tidak suka. Atau menulis buku tandingan supaya masyarakat mempunyai informasi yang benar. Perilaku yang demikian telah diteladankan oleh HAMKA saat ia menulis buku tentang Tuanku Rao. Untuk melawan buku “Tuanku Rao” karya M.O. Parlindungan, HAMKA menerbitkan buku “Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao.” (Yang terakhir ini tidak ada di buku Satria Dharma, tetapi dari buku yang say abaca sendiri.)
Sebagai seorang Kristen, saya mendapatkan banyak berkat dari buku Satria Dharma. Sebab melalui tulisan-tulisannya saya ikut-ikutan berani berpikir tentang hal-hal yang sudah menjadi doktrin dalam agama saya. Saya menjadi ingat Yesus yang dengan berani mengkritik agamanya (Yahudi) karena perilaku ritual yang mengabaikan kemanusiaan. 817
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler