Kecurangan

Minggu, 18 Februari 2024 08:48 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini soal kekuasaan, kehormatan dan harga diri yang menggiurkan. Tergiring ke dalam ajang permainan, pertarungan dan peruntungan. Berbungkus pesta demokrasi yang vulgar, binal nan liar. Apapun akan dilakukan hanya demi tergapainya tujuan yang harus digenggam ...

Karena demokrasi adalah permainan
Yang nampak nyata manakala memasuki ruang kontestasi
Dalam satu praktik pemilihan, praktik penyoblosan
Umum terbuka, penuh suka cita, bahkan acapkali cenderung hiperbola

Nuansa intrik yang merona sebagai bumbu penyedap rasa
Sudah menjadi hal yang biasa, menembus batas ruang dan waktu
Bagi siapapun ...

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak peduli bagi sang kebanyakan
Hingga sang cerdik pandai cendekia sekalipun
Mengapa?

Ini soal kekuasaan, kehormatan dan harga diri yang menggiurkan
Tergiring ke dalam ajang permainan, pertarungan dan peruntungan
Berbungkus pesta demokrasi yang vulgar, binal nan liar

Apapun pasti dilakukan demi tergapainya tujuan yang harus digenggam
Lupa diri dengan atribut yang disandang, reputasi dan catatan jejak kaki
Sungguh benar dipertaruhkan ...

Di kala ini adalah permainan dan pertarungan, ujungnya akan bersua dengan kalah dan menang
Disadarikah semuanya bila akan bermuara pada aroma sedih dan riang gembira?

Sedih lantaran hampir tak percaya pada kenyataan yang ada
Dari kekuatan yang dipunyai, hanya terpicu oleh hembusan syahwat
Agar bisa tampil ke panggung sebagai sang penguasa
Meski tanpa berkalkulasi dengan seksama

Riang gembira lantaran telah mampu dan menemukan jalannya
Untuk bisa ditahbiskan sebagai penguasa pada akhirnya

Keseimbangan dari hasil permainan pun terpampang nyata dan terbaca
Yang harus disikapi sebagai apa hendak dikata

Lalu, apalagi yang mau disoal, yang mau diungkit-ungkit?
Apakah tak akan menambah luka derita dan menjadi tambah sakit?

Kecurangan, hanyalah leksikal teatrikal yang sengaja dilontarkan
Bagi yang tak mau memahami arti filosofis dari suatu kekalahan
Sementara, yang telah memastikan diri dan berada di atas angin
Hanya memandang sembari tersenyum, menyadari laksana diterpa angin lalu

Jadi, pertarungan itu sebenarnya bagi siapakah?
Bagi sang kebanyakankah?
Tidak!

Bagi merekalah sebenarnya yang saban hari hanya berkutat di atas menara gading
Sang kebanyakan hanyalah sebagai juri dan saksi
Sebagai pemutus sekaligus saksi sambil makan kwaci
Sebagai hiburan yang jarang didapatkan dalam siklus lima tahun sekali ...

*****

Kota Malang, Februari di hari ketujuh belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Bagikan Artikel Ini
img-content
sucahyo adi swasono

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

1 Pengikut

img-content

Kedaulatan Tuhan yang Dilupakan

Sabtu, 20 Juli 2024 14:53 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua