x

Nyanyian Kemarau

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 23 Februari 2024 19:07 WIB

Nyanyian Kemarau

Bisakah cinta dipisahkan dari kepentingan ekonomi dan seks?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Nyanyian Kemarau

Penulis: Hary B. Kori’un

Tahun Terbit: 2009

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Kakilangit Kencana

Tebal: x + 248

ISBN: 978-602-8556-21-7

 

 

Nyanyian Kemarau adalah sebuah novel yang mewartakan tentang inklusivitas. Tidak saja membahas percintaan antaretnis yang menjadi sajian utamanya, novel ini juga membahas topik cinta dan disabilitas.

Dengan mengambil latar belakang peristiwa kerusuhan Mei 1998 di Jakarta dan kerusakan hutan di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo di Riau, Hary B. Kori’un mengajak kita merenungkan cinta yang tulus. Melalui dua peristiwa tersebut Hary juga mengajak kita untuk melepaskan prasangka rasis yang sering mengendap dalam bawah sadar kita.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Rusdi, seorang wartawan idealis dan Sari (Pramithasari) alias Veronica Fei Lin. Rusdi yang merantau ke Jakarta dan menjadi wartawan, jatuh cinta kepada Sari. Sari adalah seorang pengusaha muda beretnis Tionghoa. Rusdi mencintai Sari dengan tulus. Namun Sari, meski mengagumi Rusdi sebagai lelaki yang baik, masih ragu tentang motivasi Rusdi mencintainya. Sari sudah sering menghadapi situasi dimana lelaki mendekatinya karena ia kaya.

Meski Sari belum pernah menyatakan mencintai Rusdi – dan ia tidak pernah berkomitmen untuk menjadikan Rusdi sebagai suaminya, Sari sangat menikmati kedekatannya dengan Rusdi. Bahkan kedekatan mereka sudah sampai di ranjang. Rusdi menyerahkan keperjakaannya kepada Sari karena cinta, sementara bagi Sari, Rusdi bukanlah lelaki pertama yang tidur dengannya.

Cinta Rusdi semakin tampak saat akan terjadi kerusuhan Mei 1998. Sebagai seorang wartawan investigasi, Rusdi mendapat bocoran bahwa ada kelompok yang terorganisir yang akan menumpangi situasi politik dengan menjadikan orang Tionghoa sebagai korban. Informasi yang masih sangat rahasia ini membuat Rusdi memaksa Sari dan keluarganya mengungsi ke Singapura supaya terhindar dari kerusuhan.

Pada mulanya Sari tidak mau mengungsi. Kalau pun ayah dan ibunya mengungsi ke Singapura, Sari ingin tetap bertahan di Jakarta. Sari ingin tetap menjalankan perusahaannya supaya karyawan tidak kena PHK dan tetap mempunyai penghasilan. Namun akhirnya Sari harus mengalah. Sari dan ayah ibunya mengungsi ke Singapura saat terjadi kerusuhan.

Peristiwa kerusuhan yang membawa korban perempuan Tionghoa di Jakarta ini membuat Sari makin menyadari bahwa Rusdi benar-benar tulus mencintainya.

Sayang sekali, sebulan setelah kerusuhan, Rusdi memutuskan untuk meninggalkan Jakarta. Mungkin Rusdi merasa bahwa cintanya tak akan bisa diteruskan ke hubungan suami istri. Sari yang merasa kehilangan Rusdi berusaha untuk mencarinya ke Riau. Namun sayang Sari tak bisa menemukan Rusdi.

Sari dan Rusdi kembali bertemu setelah terpisah selama 4 tahun. Di tahun 2002, Sari mendapat tugas untuk mengembangkan bisnis di Pekanbaru. Secara tidak sengaja Sari dan Rusdi bertemu lagi. Sayang saat pertemuan tersebut, Rusdi sudah memberikan cintanya kepada Aida. Aida adalah seorang dokter yang menjadi cacat permanen karena mengalami kecelakaan. Saat Aida bersama dengan Rusdi, mobilnya ditabrak sebuah truk. Aida mengalami kerusakan pada kedua tulang pinggulnya yang menyebabkan dirinya harus di kursi roda seumur hidup.

Rusdi yang mencintai Aida tetap ingin menikahinya. Aida tentu saja tidak mau. Sebab Aida merasa bahwa Rusdi menikahinya karena rasa kasihan. Bukan karena cinta. Namun akhirnya Rusdi berhasil meyakinkan Aida bahwa ia menikahi Aida karena cinta. Rusdi bersedia untuk hidup tanpa seks.

Cinta Rusdi dan Aida ini mengajarkan kepada kita tentang cinta yang tulus, meski harus menghadapi situasi disabilitas.

Rusdi yakin bahwa kecelakaan yang membuat Aida menjadi cacat bukanlah kecelakaan biasa. Kecelakaan itu pasti berhubungan dengan investigasi yang dilakukan oleh Rusdi tentang perusahaan yang mengambil kayu di Hutan Tesso Nilo. Hasil investigasi yang dimuat di koran lokal, termasuk peristiwa pembakaran bangunan milik perusahaan oleh penduduk desa dekat Tesso Nilo membuat pemilik perusahaan marah.

Hary memasukkan kisah tentang pembangunan waduk di kampungnya di Riau dan kerusakan hutan akibat illegal logging yang dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai ijin resmi. Illegal logging bisa terjadi karena maraknya korupsi. Kolusi antara pejabat korup dan pengusaha rakus membuat kerusakan hutan yang sangat parah di Riau.

Menariknya, Hary menolak bahwa bisnis kotor itu hanya dilakukan oleh etnis Tionghoa. Hary menyatakan bahwa banyak orang lokal, terutama pejabat yang juga berperilaku buruk sehingga penjarahan kayu dan praktik korupsi bisa begitu menggila di Riau. Di sini Hary mengangkat isu prasangka SARA yang mestinya dihapus dari prasangka yang sudah tertanam dalam bawah sadar masyarakat.

Saat Rusdi dan Sari mempunyai kesempatan kembali bersatu, karena Aida meninggal disebabkan oleh kanker, justru ada peristiwa yang membuat mereka berdua terpisah. Rudi mengalami penyiksaan. Kedua kakinya dihancurkan oleh dua orang yang menyerangnya. Sari berupaya untuk membantu pengobatan Rusdi. Rusdi memang bisa kembali berjalan, meski harus menggunakan penyangga. Namun kini Rusdi yang menghindari cinta tulus Sari yang muncul.

Bagian akhir dari novel ini sangat menarik untuk dikaji. Meski ada kesadaran untuk saling mencintai dan menyatu, ternyata pada kenyataannya penyatuan orang Tionghoa dengan etnis lokal masih belum bisa terlaksana.

Saat Rusdi (etnis lokal) telah memberikan cintanya yang tulus, Sari malah meragukan ketulusan cinta Rusdi. Saat Sari (etnis Tionghoa) ingin memberikan cintanya yang tulus, Rusdinya yang kemudian tidak siap.

Apakah Hery mau menyampaikan bahwa masih banyak yang harus dihilangkan untuk menghapus prasangka kedua belah pihak? Walaupun peristiwa kerusuhan Mei 1998 telah menyadarkan kedua belah pihak tentang prasangka yang terpelihara selama Orde Baru, namun ternyata belum mampu untuk membuat etnis lokal dan etnis Tionghoa hidup bersama sebagai keluarga.

Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah Cina. Padahal, seperti yang diungkap Hary dalam novel ini, potensi untuk membangun Indonesia jika mereka bersatu akan luar biasa. 820

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

45 menit lalu

Terpopuler