x

FOTO AI\xd

Iklan

Daniel Octavian

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Februari 2024

Minggu, 10 Maret 2024 11:34 WIB

Tantangan dan Potensi terhadap Peran Artificial Intelligence di Masa Depan

Ketika sistem AI bekerja lebih otonom dan mampu mengambil keputusan secara independen, maka akan berisiko secara etika.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendiri Tesla dan SpaceX yaitu Elon Musk dalam beberapa bulan terakhir ini melihat potensi bahaya kecerdasan buatan. Elon musk memberikan pandangan dalam wawancara di MIT pada saat mengadakan Simposium Centennial. Elon musk merasa keberadaan AI akan mengakibatkan pertarungan yang sangat berbahaya di masa depan.

Istilah dari “summoning the demon” dapat diartikan sebagai memanggil setan, bahwa pengembangan AI saat ini masih belum terkendali dengan baik. Mengenai hal ini, seiring perkembangannya teknologi saat ini semakin maju dan canggih memang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia dan menimbulkan ancaman besar.

Kecerdasan buatan atau AI mengacu pada simulasi proses kecerdasan manusia oleh mesin, biasanya sistem komputer. Munculnya keberadaan AI ini memiliki potensi yang lebih besar jika dibandingkan dengan senjata Nuklir yang dapat mengakibatkan sikap kebiasaan diri untuk terus-menerus digunakan sehingga memberikan dampak resiko jika tidak bisa dikelola dengan baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Survei Populix tahun 2023, sudah ada 45 persen masyarakat Indonesia telah menggunakan keberadaan AI untuk dapat membantu kegiatan agar lebih efektif dan efisien. Disamping itu juga, keberadaan AI tidak bisa dilihat dari sisi positif saja, tetapi sisi negatif yang ditimbulkan.

Produktivitas manusia menjadi terganggu dan dapat mengakibatkan rasa malas karena sudah terbiasa menggunakan teknologi secara instan atau serba cepat. Misalnya, Shoope, Tokopedia, dan Lazada. Tiga aplikasi belanja online ini yang sering digunakan oleh manusia untuk memesan barang, makanan, dan lainnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aplikasi ini termasuk ke dalam platform berbasis AI karena penggunaan teknologinya bisa lebih maksimal dengan menyesuaikan minat para pengguna dan pemilihan produk yang lengkap.  Ini tentunya menjadi bagian dari “bengkel setan” yang mengintegrasikan pikiran kita terhubung dengan kecerdasan buatan.

AI juga dapat merusak sistem keamanan negara karena disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Ketika sistem AI bekerja menjadi lebih otonom dan mampu mengambil keputusan secara independen, maka akan berisiko terlibat dalam perilaku yang berbahaya secara etika. Dengan mendekati AI dalam memiliki pandangan kedepan dan mampu berkomitmen pada prinsip etika, maka kita dapat memanfaatkan kekuatan transformatifnya dan meminimalkan potensi bahaya tersebut.

Penerapan pada teknologi AI ini harus dilakukan secara berhati-hati dan tentunya harus dapat dipastikan untuk selalu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan karena AI sangat mudah mendatangkan dampak resiko yang besar. Selain itu, pentingnya regulasi dan pengawasan yang ketat terhadap kecerdasan buatan agar bisa dipastikan untuk tidak membahayakan kehidupan manusia.

*) Artikel ini adalah tugas dari mata kuliah Komunikasi Digital yang diampu  Rachma Tri Widuri, S.Sos.,M.Si. Penulis adalah mahasiswa semester 4 pada Prodi Produksi Media, Politeknik Tempo.

Ikuti tulisan menarik Daniel Octavian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB