x

Foto Deapan Ruangan SMK Stella Maris Labuan Bajo

Iklan

Vinsensius Patno

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Maret 2024

Kamis, 18 April 2024 14:42 WIB

SMK Mitra MM200 Membangun Kerja Sama dengan SMK Stella Maris Labuan Bajo

SMK Mitra MM200 Cikarang Jakarta berkunjung ke SMK Stella Maris Labuan Bajo dan ingin menjalin kerja sama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

SMK Mitra MM200 membangun kerjasama SMK Stella Maris Labuan Bajo

Salah satu hal yang menjadi sorotan paling menonjol, khususnya di dunia pendidikan, dalam beberapa waktu terakhir, adalah tentang rendahnya serapan kerja dari lulusan sekolah menengah kejuruan.  Kondisi ini  merupakan akumulasi dari berbagai macam faktor penyebab, termasuk diantaranya tidak terintegrasinya sistem pendidikan dengan dunia industri. Sebab lain adalah:  senjangnya keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dari lulusan tingkat SMK, hingga tidak terpenuhinya standar minimal keahlian untuk masuk dunia industri.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal tersebut dipaparkan oleh Romo Kornelis Hardin Ketua Yayasan Yasukmabar pada saat diskusi dengan Tim SMK Mitra MM200 yang berkunjungke SMK Stella Maris Labuan Bajo. Romo Kornelis Hardin yang biasa disapa Romo Dino menjelaskan bahwa  skema sekolah menengah kejuruan adalah wujud dari level pendidikan tingkat menengah yang mengutamakan aspek keahlian dalam bentuk konsentrasi kejuruan. Dengan demikian, maka kompetensi kemampuan teknis menjadi syarat nilai bagi lulusan SMK. Hal ini jelas merupakan fundamental utama dari keberadaan sekolah kejuruan.

Menangapi hal tersebut ibu Lispiyatmini, S,Pd kepala SMK MITRA MM2100 menegaskan bahwa SMK Mitra Industri MM2100 merupakan satu-satunya sekolah yang didukung oleh 300 lebih perusahaan di Kawasan Industri MM2100. Sehingga SMK Mitra Industri hadir dan tampil dengan kualitas  berbeda dari sekolah-sekolah yang sudah ada,  dengan menekankan nilai kejujuran, bertanggung jawab, kedisiplinan, kerja sama dan kepedulian.

Sekolah Mitra Industri MM2100 menjadi penghubung antara dunia pendidikan dan dunia Industri, dengan menggunakan kurikulum pendidikan nasional dan disesuaikan dengan kebutuhan Industri. Lulusan akan disalurkan keperusahaan-perusahaan terutama di lingkungan Kawasan Industri MM2100.         

Ibu Lispiyatmini menje;askan banyak aspek yang harus diperiksa seperti ikhtisar diatas sebelumnya, bahwa kondisi tingginya angka pengangguran tingkat SMK, adalah karena posisi dasar dari keberadaan sekolah kejuruan saat ini hanya menjadi pelengkap pilihan. Uji petik sederhana dari tingkat sekoilah pertama menempatkan pilihan sekolah menengah atas sebagai prioritas, SMK hanya diambil sebagai pilihan mengingat harga dan orientasi kerja setelah bersekolah.

Pada sudut padang diatas, harga dan orientasi kerja, maka intake bagi para calon siswa SMK secara umum terkonsentrasi pada segmen ekonomi masyarakat kelas bawah. Hal ini tentu berhadapan dengan realita bahwa kebutuhan sebuah SMK adalah peningkatan skill melalui pelatihan, yang sudah barang tentu membutuhkan biya yang tidak sedikit untuk mencapai kualitas skill yang diharapkan. Sarana dan prasarana yang cukup dan memadai adalah prasyarat yang harus dipenuhi secara mutlak.

Sayangnya, hal ini berbeda dari ilustrasi SMK yang ada diberbagai kota ditanah air. Minimnya sarana berlatih, kurangnya tenaga guru produktif yang bertugas mengasah skill dan keahlian dalam kompetensi kejuruan, menyebabkan terjadinya jam-jam pelajaran kosong dan kemudian berujung pada terlibatnya siswa SMK pada tawuran maupun kegiatan non produktif lainnya.

Problem MultiFaktor

Kondisi kelemahan ini jelas disadari oleh para penyelenggara pendidikan swasta khususnya, terutama karena disebabkan oleh ketidakmampuan sekolah dalam memenuhi kebutuhan peralatan dan perlengkapan. Minimnya perangkat pembelajaran tersebut, masih ditambah dengan rendahnya nilai penghargaan pada guru produktif yang menyebabkan faktor keengganan untuk menjadi tenaga pendidik.

Disaat yang bersamaan, struktur pendidikan kejuruan nasional masih mengadopsi pola pendekatan sekolah menengah umum plus. Dimana porsi plus kejuruan hanya sekitar 30% semata, padahal kalau konsepsi keahlian menjadi sumber keunggulan, maka sudah semestinya dominasi kejuruan akan menjadi sekitar 60-70% dari total waktu pembelajaran, hal tersebut ditujukan untuk mengejar kompetensi serta skill bagi peserta didik untuk siap diserap pasar industri.

Bercampurnya basis pendidikan umum yang ternyata lebih dominan ditingkat SMK tersebut, juga memperkecil persentase berlatih bagi para siswa. Sehingga tidak jarang, SMK kemudian hanya merupakan bentuk derivatif dari SMA dengan tambahan kejuruan. Format dasar struktur pendidikan kejuruan ini nampaknya perlu dibenahi, dan dapat menjadi bahan diskusi menarik bagi para pakar.

Ditingkat selanjutnya, kita akan melihat relasi terpisah antara industri dan pendidikan kejuruan. Dunia industry jelas membutuhkan maturity dalam kematangan psikologi, yang sangat sulit dipenuhi pada lulusan level SMK. Terlebih lagi kemudian, standart minimal pendidikan menjadi syarat utama dalam kebutuhan tenaga kerja pada bidang profesi tertentu. Semisal pada ranah industry kesehatan, sesuai ketentuan yang mengatur profesi, maka untuk menjadi perawat memiliki kriteria lulusan tersertifikasi dari level Diploma. Hal ini jelas semakin menambah sulitnya absorpsi lulusan SMK di dunia kerja.

Belum kemudian bila ditambah dengan persaingan setaranya, tingkat SMA akan lebih mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan praktis industry dibandingkan dengan lulusan SMK yang lebih memilikia kekhususan. Diluar semua premis diatas, kita tentu gembira bila kemudian menaruh perhatian bagi SMK, karena komitmen untuk mengutamakan peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus tercermin dari langkah yang diambil pemerintah kemudian.

Mneurut Lispiyatmini bahwa solusi sederhananya, harus ditumpukan pada bagaimana bangsa ini hendak memandang potensi sumberdaya manusianya untuk bersaing dimasa depan pada era globalisasi. Menjadi bangsa tangguh dengan kekuatan SDM yang mumpuni dalam aspek skill adlah pilihan yang tidak bisa ditawar lagi. Karenanya pembenahan SMK, integrasinya dengan pendidikan tinggi, serta relasi atas dunia industry harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah, sekaligus menawarkan solusi terbaik bagi upaya menyelesaikan masalah multifactor dari pendidikan kejuruan kita.

Dengan adanya kerjasama Kerjasama SMK Mitra Industri MM2100 dengan SMK Stella Maris Labuan Bajo menjadi bukti bahwa ada kepedulian sekalgus tanggungjwab antara kedua belah pihak agar tamatan dari sekolah ini bisa bisa bersaing di dunia industri baik local maupun internasional.

 

 

 

 

SMK Mitra MM200 membangun kerjasama SMK Stella Maris Labuan Bajo

Ikuti tulisan menarik Vinsensius Patno lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB