Saya melampirkan buku perdana karya saya yang berjudul Gelora Ilmu Religi yang bisa didownload secara gratis, berikut link-nya. https://drive.google.com/file/d/1T-_ZTzUCk-spR68FP4qRzovJEqSk7aqe/view?usp\x3ddrive_link Semoga buku ini bermanfaat! Jika dirasa baik untuk dibagikan kepada orang terdekat anda, saya dengan senang hati anda berbagi link download buku ini! Terima kasih.

Refleksi Ungkapan Firaun yang Melekat Pada Penguasa

Selasa, 23 April 2024 07:26 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jadi kita mesti manut pada budaya yang dilandasi kebohongankah? Yang penting santun, tapi membohongi nurani sah sah saja? Apakah itu nilai moral yang diajarkan seorang Firaun yang dihormati para penyembahnya?

Fir'aun yang digambarkan pada kitab suci, adalah sosok yang baik kepada para rakyat yang menjadi penyembahnya, jika dikatakan pada zaman sekarang ini ialah pendukung fanatis yang menjilatinya. Sementara di sisi lain Fir'aun begitu kejam dan sadis kepada lawan kekuasaannya, ia menggunakan segala upaya demi menghancurkan siapapun yang menjadi halang rintang pengaruhnya.

Kita tentu berkaca pada tragedi 2023 silam yang menimpa seorang terkemuka yang piawai menyuarakan keadilan, di-framing sedemikian rupa oleh  penguasa saat itu, sehingga terjadi ledakan prasangka masyarakat. Sang tokoh penyuara keadilan sampai menanggung rasa sakit mendalam, akibat prasangka negatif mayoritas masyarakat yang diarahkan sang penguasa itu kepadanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Padahal seorang terkemuka yang saya maksud, yakni Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) di mata subjektivitas saya adalah seorang yang mendedikasikan dirinya untuk masyarakat. Berdasarkan realita lapangan yang ada, beliau membantu memberdayakan masyarakat yang berharap solusi padanya agar mampu memecahkan persoalan-persoalan hidup yang dialaminya. Namun dilema yang terjadi, Sang Fir'aun malah menghancurkan citra tameng internal negara tersebut dengan mengatasnamakan budaya bangsa.

Jadi kita mesti manut pada budaya yang dilandasi kebohongankah? Yang penting santun, tapi membohongi nurani sah sah saja? Apakah itu nilai moral yang diajarkan seorang Fira'un yang dihormati para penyembahnya?

Mari kita lihat sendiri fenomena kepemimpinan saat ini, dari RT (Rukun Tetangga) bahkan sampai DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) kediaman saya saja berkata kepada saya, bahwa dirinya adalah fasilitator yang hanya memfasilitasi masyarakat. Hanya memfasilitasi?

Kini masyarakat seakan kehilangan figur pemimpin yang dapat menjadi sosok figur yang membantu persoalan remeh sekalipun yang dipimpinnya, ya itulah konsekuensi kita sebagai rakyat yang menganut sistem demokrasi. Bahwa pada demokrasi dikenal pendekatan bottom-up goverment, dimana rakyatlah yang menjadi inisiator pemecahan masalah yang ia hadapi, dan penguasa berlaku sebagai penunjang fasilitas agar pemecahan masalah itu dapat terlaksana.

Nah pertanyaannya, kalau Penguasa Demokrasi memberikan kesempatan bagi rakyat untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri, mengapa Penguasa Demokrasi malah "membunuh" rakyatnya sendiri, menghancurkan citra sang problem-solver tersebut, dengan alasan tak masuk akal yakni budaya semata? Memang budaya macam apa yang didewakan oleh sang penguasa?

Jadi mari kita semua refleksi kepemimpinan demokrasi yang terjadi hingga kini. Apakah sebutan Fira'un itu cocok untuk seorang yang dimaksud? Jika iya, maka betapa tajamnya penglihatan seorang tameng masyarakat yang sudah memberikan pelajaran berharga akan kepemimpinan bangsa ini.

Semoga saja pemimpin bangsa berikutnya, tidak menjadi fir'aun-fir'aun baru seperti pendahulunya.

Cimahi, 22 April 2024.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
Lihat semua