Dua Dunia yang Berbeda: Kisah Cinta dan Kafaah

Senin, 27 Mei 2024 13:32 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita adalah dua poros yang berlainan, tetapi saling menyelamatkan satu sama lain. Sebagai dua kehidupan yang berjalan bersama, kita menghadapi lika-liku takdir, namun terpisah dan hanya dapat bersama dalam kenangan yang abadi.

"Kita adalah dua poros yang berlainan, tetapi saling menyelamatkan satu sama lain. Sebagai dua kehidupan yang berjalan bersama, kita menghadapi lika-liku takdir, namun terpisah dan hanya dapat bersama dalam kenangan yang abadi." ~Wahyu Kurniawan~

Hari ini menandai tonggak penting dalam hidupku, ya hari kelulusan. Setelah bertahun-tahun bekerja keras, belajar hingga larut malam, dan mengumpulkan banyak kenangan, akhirnya aku lulus dari salah satu universitas Islam Negeri yang ada di Pekanbaru. Perjalanan ini penuh dengan pengalaman yang berhasil membentuk pribadiku seperti sekarang.

Di kota ini, aku sempat bertemu dengan seseorang yang menjadi sangat istimewa bagiku. Dia adalah seorang wanita alumni dari salah satu pesantren terkenal dan salah satu universitas Islam terbaik di Indonesia. Latar belakang dan nilai-nilai yang kami miliki menciptakan ikatan yang kuat di antara kami. Dia cerdas, baik hati, dan pengabdianya pada agama sangat menginspirasi. Percakapan kami sering berlangsung hingga larut malam, membahas segala hal dari teologi hingga impian kami di masa depan.

Namun, meskipun kami memiliki ikatan yang dalam, hubungan kami menghadapi rintangan besar terkait dengan kesetaraan, seperti yang dipandang oleh keluarganya. Konsep kafaah, yang menekankan kesesuaian sosial, ekonomi, dan budaya dalam pernikahan, menjadi penghalang yang tidak bisa kami atasi. Orang tuanya percaya bahwa latar belakang kami yang berbeda dan ekspektasi yang terkait dengannya terlalu signifikan untuk diabaikan.

Rasa sakit dari kenyataan ini begitu besar, khususnya bagi diriku sendiri. Kami berdua memahami pentingnya restu keluarga, tetapi itu tidak membuat perpisahan menjadi lebih mudah. Momen-momen tak terhitung yang kami bagikan, belajar bersama, jalan santai di minggu pagi, dan menikmati banyak kuliner yang ada di kota ini, menjadi kenangan yang sulit untuk dilupakan dan membuat sedih.

Salah satu momen terberat adalah saat terakhir kami bertemu. Kami bertemu di sudut sepi kota, tempat kami sering duduk bersama. Saat kami berbicara, beratnya situasi kami terasa jelas. Kami berdua tahu ini adalah perpisahan, dan kata-kata yang kami tukar dipenuhi dengan rasa syukur dan kesedihan. Dia mengatakan bahwa meskipun jalan kami mungkin berbeda, pelajaran yang kami pelajari dari satu sama lain akan tetap bersama kami selamanya. Aku setuju dengan perasaannya, mengetahui bahwa dia telah meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di hatiku.

Hari ini, saat aku lulus, aku berdiri di persimpangan antara masa lalu dan masa depan. Kota Pekanbaru, dengan budayanya yang beragam dan energinya yang dinamis, telah menjadi tanah subur bagi pertumbuhan akademik dan pribadi saya. Namun, saat aku menatap ke depan untuk memulai yang baru, aku membawa kenangan cinta yang tidak bisa terwujud.

Pengalaman ini mengajarkanku kompleksitas hidup dan cinta dalam konteks budaya kami. Pentingnya kafaah adalah kenyataan yang tidak bisa kita abaikan, bahkan jika itu berarti melepaskan seseorang yang sangat kita sayangi. Ini adalah pelajaran yang sulit, tetapi membuatku lebih kuat dan tangguh.

Saat aku melangkah ke babak berikutnya dalam hidupku, aku dipenuhi dengan campuran harapan dan ketidakpastian. Masa depan menawarkan banyak kemungkinan, dan aku tidak sabar untuk melihat ke mana arahnya. Meskipun bab ini berakhir dengan rasa rindu, aku memilih untuk fokus pada pertumbuhan dan pemahaman yang dibawanya dalam hidupku.

Kepada siapa pun yang mungkin menemukan diri mereka dalam situasi yang serupa, ketahuilah bahwa tidak apa-apa untuk merasakan sakit dan meratapi kehilangan. Tetapi juga ingat untuk menghargai momen yang kamu miliki dan membawa pelajaran yang telah dipelajari ke depan. Hidup, dengan segala tantangan dan kesedihannya, terus menawarkan awal yang baru.

Inti dari tulisan ini terletak pada penekanan tentang kafaah atau kesetaraan, dan keterpisahan itu adalah fakta sejarah yang terabadikan dalam catatan takdir. Pada bagian lain cerita ini lebih banyak di bumbui oleh cerita baru dan alur cerita yang mungkin tidak sama dengan kenyataan. Atau jika boleh dikatakan separuh fiksi dan setengah fakta. 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Wahyu Kurniawan

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua