SkenarionTerburuk Dampak Serangan Nuklir Semenanjung Korea bagi Dunia
Senin, 16 September 2024 12:17 WIBKorea Utara bekerja sama dengan Rusia membangun pertahanan militer dengan nuklir
Oleh: Christya Dewi Eka
Latar Belakang Konflik Semenanjung Korea
Semenanjung Korea seharusnya adalah negeri indah di Asia Timur antara Tiongkok dan Jepang yang menyimpan misteri kisah klasik tentang ginseng. Sejak invansi Jepang dan hancurnya kerajaan Joseon, kedamaian di Semenanjung Korea hilang. Mundurnya Jepang dari Semenanjung Korea akibat kalah pada Perang Pasifik tidak mengembalikan Korea seperti pada zaman sebelumnya.
Konflik tidak berkesudahan muncul setelah Rusia menanamkan ideologi komunis di Korea bagian utara. Disusul oleh Amerika Serikat mencekoki ideologi liberalis di Korea bagian selatan. Semenanjung Korea terbagi menjadi 2 negara: Korea Utara dan Korea Selatan.
Korea Selatan berhasil bangkit dari keterpurukan paskaperang. Lain halnya dengan Korea Utara. Korea Utara masih menjadi negara termiskin di dunia. Kontradiksi, Korea Utara menjadi salah satu negara nuklir dengan biaya mahal. Program nuklir sudah ada sejak kepemimpinan Kim Il Sung dan masih dilanjutkan hingga kini oleh presiden Kim Jong Un.
Nuklir, rudal, senjata berat, dan kebijakan Songun atau kebijakan militer, menunjukkan Korea Utara siap menjadi monster perang bagi dunia. Korea Utara memiliki berbagai jenis rudal balistik dan rudal kapal selam dengan jangkauan pendek, menengah, bahkan antarbenua. Diperkirakan Korea utara memiliki rudal balistik antarbenua sekita 50 hulu ledak. Target potensial serangannya meliputi Korea Selatan termasuk semua pangkalan AS di Korea Selatan, Jepang, Asia Tenggara, bahkan seluruh benua Amerika dan Eropa.
Dampak Nuklir Internal dan Eksternal
Dampak serangan nuklir adalah radiasi zat radioaktif, polusi, dan daya rusak hebat meliputi kerusakan infrastruktur dan korban jiwa akibat ledakan langsung. Jangkauan nuklir begitu jauh membutuhkan waktu panjang untuk memulihkan kerusakannya.
Tidak hanya menimpa negara yang diserang, Korea Utara sebagai pemilik pembangkit nuklir pun akan terkena akibat buruk. Paparan radiasi zat radioaktif memicu kanker dan kelainan genetik. Limbah radioatif tersebut akan mencemari udara, air, dan tanah sehingga tidak bisa ditinggali selama beberapa dekade. Bukan hanya manusia, tapi juga flora dan fauna di wilayah yang tercemar akan mati. Ekosistem laut di sekitar Semenanjung Korea dan Laut Jepang terkontaminasi polutan. Sumber daya alam akan rusak.
Jika lingkungan, sumber daya alam, dan infrastruktur rusak, sudah pasti ekonomi negara akan hancur. Itu akan memengaruhi rantai ekonomi dunia: ketidakstabilan pergerakan saham, fluktuasi mata uang internasional, lonjakan harga komoditas tertentu, dan kelangkaan komoditas tertentu.
Kerugian paling besar akan diterima Korea Utara. Negara-negara besar yang berkonfrontasi dengan Korea Utara seperti AS dan Jepang akan membalas serangan tersebut. Terjadilah perang berkepanjangan, kerusakan lebih besar, dan korban jiwa lebih banyak.
Upaya Mencegah Perang Nuklir
April 1965 presiden Indonesia pertama, Soekarno pernah memberikan hadiah kultivar hibrida dari anggrek dendrobium kepada pendiri Korea Utara, Kim Il Sung. Bunga tersebut kemudian dinamakan bunga Kimilsungia. Bunga Kimilsungia adalah lambang persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara, bahkan menjadi bunga nasional Korea Utara. Korea Utara menghormati bunga Kimilsungia dan mengadakan festival bunga Kimilsungia setiap hari kelahiran Kim Il Sung.
Mengingat sedemikian eratnya persahabatan antara Indonesia-Korea Utara sejak dulu, Indonesia bisa melakukan berbagai upaya dengan Korea Utara untuk mencegah perang nuklir. Indonesia bisa berperan sebagai mediator, diplomator, dan pendukung denuklirisasi memanfaatkan organisasi seperti Asean, PBB, Gerakan Non Blok, ICAN (International Campaign to Abolish Nuclear Weapons), IAEA (International Atomic Energy Agency), dan lainnya.
Sebagai salah satu dari negara yang mendukung nonproliferasi nuklir, Indonesia bisa melakukan diplomasi lebih intens dengan Korea Utara. Selain itu, Indonesia juga mendukung keterlibatan Badan Energi Atom Internasionl (IAEA) untuk melakukan verifikasi dan inspeksi di fasilitas pengembangan nuklir Korea Utara, menggalang koalisi negara Non Blok yang menentang penggunaan senjata nuklir, mendesak PBB memperkuat upaya diplomatik menciptakan kedamaian di Semenanjung Korea.
Indonesia juga bisa merangkul negara tetangga Korea Utara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Cina sebagai upaya kolektif mencegah eskalasi konflik sehingga meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Sebagai negara yang telah berhasil melewati krisis pangan, Indonesia bisa berbagi solusi praktis mengatasi hal tersebut. Korea Utara memang menutup diri terhadap bantuan dari negara luar. Atas nama humanisme, Indonesia bisa membantu mengirimkan bahan pangan ke Korea Utara. Dengan demikian, bisa terjalin hubungan yang kondusif dan tenang sehingga Korea Utara mudah diajak konsolidasi supaya tidak lagi menggunakan nuklir untuk kepentingan militer, tetapi untuk kepentingan sipil.
Atas nama lingkungan, Indonesia bisa aktif melakukan kampanye penyelamatan lingkungan akibat adanya radiasi radioaktif. Perdamaian dunia tidak hanya berhubungan dengan menyelamatkan hidup manusia, tetapi juga melestarikan tempat hidup manusia.
Simpulan
Luas Korea Utara sekitar 120.540 km persegi dan dihuni sekitar 26 juta jiwa. Bisa dibayangkan betapa sulit dan tertekannya rakyat yang memiliki pemimpin diktator dan otoriter. Negara yang luasnya lebih kecil daripada luas Pulau Jawa tersebut menjadi sasaran kecaman dan sanksi dunia internasional terkait penyalahgunaan nuklir untuk militer.
Perlu usaha keras, kontinyu, dan kerjasama banyak negara agar bisa menghentikan perang nuklir global dan meredam ambisi Kim Jong Un membangun Korea Utara menjadi pangkalan nuklir terkuat di dunia. Dengan diplomasi dan strategi jitu, perlu diingatkan bahwa penambahan pertahanan nuklir secara eksponensial tidak ada gunanya jika hanya menjerumuskan rakyat Korea menuju kehancuran. Jika nuklir dimanfaatkan secara positif dan fokus pada aspek pembangunan selain militer, Korea Utara perlahan-lahan bisa menyusul Korea Selatan menjadi negara mandiri dan sejahtera. Bersama Korea Selatan, Korea Utara bisa menggetarkan dunia melalui fenomena gelombang Korea (Korean Wave) lewat budaya dan seni.
Semarang, 14 September 2024
Christya Dewi Eka, lahir di Jakarta, besar di Bekasi, berdomisili di Semarang, adalah lulusan Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Semarang tahun 2003. Beberapa karyanya dimuat dalam puluhan antologi puisi, media cetak, dan media online, seperti Republika, Klasika Kompas, Suara Merdeka, Radar Pekalongan, Ayo Bandung, Kurung Buka, dll. Karyanya pernah terpilih sebagai 10 cerita humor favorit Writerpreuner Academy (2021), juara 5 lomba cipta puisi Poiesis Publisher (2021), 6 puisi terbaik lomba cipta puisi Negeri Kertas (2022), 15 puisi favorit lomba cipta puisi Perpustakaan Jakarta PDS HB. Jassin (2022), juara 1 lomba cipta flash fiction SIP Publishing (2022), juara 1 lomba cipta cerpen kesehatan mental Sekacil (2022), nominasi 10 puisi terbaik lomba cipta puisi 1 Abad Chairil Anwar Teroka Indonesiana (2022), juara favorit 4 lomba cipta puisi grup FB Yayasan Hari Puisi Indonesia (2023), 11 cerpen terbaik Jagat Sastra Milenia Sastra Media.com (2023), 3 puisi Palestina terbaik Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang (2023), dll.
Email: [email protected]
Facebook: Christya Dewi Eka
Instagram: @christyadewieka2020
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
SkenarionTerburuk Dampak Serangan Nuklir Semenanjung Korea bagi Dunia
Senin, 16 September 2024 12:17 WIBPelajaran Bahasa Indonesia
Rabu, 10 Agustus 2022 08:17 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler