Ironi Pabrik Uang Palsu di Kampus UIN Makassar

Jumat, 20 Desember 2024 12:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi kejahatan di dunia maya
Iklan

Dunia kampus di Indonesia makin tidak sedang baik-baik saja. Di tengah isu maraknya plagiasi karya ilmiah dan obral gelar, kini juga digemparkan oleh temuan pabrik uang palsu, yang kian mencoreng integritas institusi akademis.

Kasus pencetakan uang palsu bernilai triliunan rupiah itu telah mengguncang dunia akademis dan masyarakat luas. Malah, saya anggap, layak pula menjadi berita internasional.

Bagaimana tidak? Tempat kejadian perkara (TKP) utama, yaitu pabrik pencetakan uang palsu itu, ada di dalam kampus, tepatnya di Gedung Perpustakaan Universitas Islam (UIN) Alaudin Makassar, Gowa, Sulawesi Selatan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kasus tersebut melibatkan sedikitnya 17 orang tersangka, dengan otak pelaku yang menyandang nama besar, Andi Ibrahim. Bukan hanya gelar bangsawan yang menyertai namanya, ia pun adalah seorang dosen bergelar doktor sekaligus kepala Perpustakaan UIN Alauddin. 

Bagaimana kita memaknai peristiwa tersebut di tengah ekspektasi bahwa kampus sebagai benteng moral dan intelektual? Kampus juga sering disebut sebagai menara gading, tempat lahirnya ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter luhur.

Namun, kasus ini memaksa kita untuk mempertanyakan kredibilitas dunia pendidikan, terutama ketika pelakunya adalah seorang akademisi dengan gelar tertinggi, dan mengabdi di "kampus Islam". Ia, seharusnya menjadi teladan!

Apa yang terjadi di balik layar institusi pendidikan hingga integritas bisa tergadai demi uang haram? Ketika korupsi akademik seperti plagiasi dan jual-beli gelar menjadi sorotan, kasus ini memperlihatkan dimensi lain dari penyimpangan di lingkungan akademik.

Kepercayaan publik terhadap dunia akademis menjadi taruhannya. Maka, selayaknya kampus tidak boleh hanya menjadi pabrik gelar, tetapi harus menjadi kawah candradimuka yang menempa moral dan intelektual, sehingga menjadi mustahil disusupi praktek kriminal yang mengguncang nalar dunia akademik.

Moralitas versus Ambisi Pribadi

Dunia pendidikan tak terlepas dari tekanan ekonomi, ambisi pribadi, dan kesenjangan sosial yang terus menganga. Gelar dan jabatan tidak menjamin seseorang kebal terhadap godaan kejahatan. Keserakahan yang terbungkus dalam jubah akademik menunjukkan bahwa status sosial bukanlah tameng moral.

Fenomena ini mengingatkan bahwa gelar akademis tidak selalu sejalan dengan moralitas individu. Dunia pendidikan harus waspada terhadap bahaya memandang gelar dan jabatan semata-mata sebagai status sosial yang membanggakan, tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang menyertainya.

Kasus ini juga mencerminkan rapuhnya sistem pengawasan dalam lembaga pendidikan tinggi. Sehingga, dunia kampus di Indonesia tidak hanya sedang dirundung masalah plagiasi karya ilmiah dan obral gelar, tetapi juga menghadapi kasus-kasus kriminal yang membuat kian bopeng wajah integritas institusi akademis.

Bagaimana mungkin aktivitas kriminal sebesar ini terjadi di lingkungan kampus tanpa terdeteksi? Ini menjadi tamparan keras bagi manajemen universitas yang harus memperketat pengawasan dan menciptakan mekanisme pencegahan yang efektif.

Sistem pengawasan internal yang lemah membuka celah bagi tindak kejahatan yang terorganisir. Kampus seharusnya memiliki sistem audit dan kontrol yang berlapis, termasuk pengawasan keuangan dan penggunaan fasilitas kampus untuk kegiatan ilegal.

Refleksi 

Skandal pabrik uang palsu di UIN Makassar adalah ironi yang sangat menyakitkan dan seuah paradoks dalam dunia pendidikan. Saatnya ini menjadi momentum untuk introspeksi kolektif yang mendalam bagi seluruh elemen masyarakat.

Dunia pendidikan harus berbenah, bukan hanya dalam aspek administratif, tetapi juga dalam membangun ekosistem akademis yang sehat, berbasis integritas, dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan. Masyarakat akademik perlu menghidupkan kembali budaya akademis yang sehat melalui kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan pemangku kepentingan lainnya.

Kampus juga harus memperkuat kurikulum pendidikan etika dan integritas sebagai mata kuliah wajib. Dunia kampus perlu kembali pada misi utamanya: mencetak generasi berintegritas tinggi, bukan sekadar pencari gelar tanpa nilai.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Asep K Nur Zaman

Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis

4 Pengikut

img-content

Mr Q

Sabtu, 27 September 2025 06:50 WIB
img-content

Agama, Bola, dan Problem Sosial Generasi Z

Minggu, 21 September 2025 17:20 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler