Ditraktir KH Yusuf Hasyim

Sabtu, 8 Februari 2025 16:15 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Makan bersama KH Yusuf Hasyim
Iklan

Dimuliakan orang mulia adalah sebuah kehormatan. Itulah yang Penulis alami 37 yang lalu ketika ditraktir KH Yusuf Hasyim.

***

Saya pernah merasa terhormat ketika berkesempatan duduk berdampingan dan makan semeja dengan KH Yusuf Hasyim. Ya, beliau adalah putra bungsu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari, sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang waktu itu. Sementara saya hanyalah orang biasa, dan masih tergolong muda lagi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peristiwa itu terjadi pada suatu sore di hari Rabu, 13 Januari 1988, di sebuah rumah makan yang entah di mana letaknya, saya juga kurang ingat. Mungkin antara Mojokerto dan Jombang. Yang pasti, saat itu kita sedang dalam perjalanan pulang dari Paiton menuju Jombang.

Bagaimana itu terjadi? Ceritanya, sebelum itu saya dan KH Yusuf Hasyim sama-sama mengikuti acara Halaqah Pengasuh Pesantren Se-Jawa Bagian Timur yang diadakan oleh Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, pada 11-13 Juli 1998.

Pak Ud, demikian panggilan akrab KH Yusuf Hasyim, hadir selaku pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang sekaligus sesepuh dalam acara itu bersama KH Wahid Zaini. KH Wahid Zaini adalah pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, yang sekaligus tuan rumah acara tersebut. Pak Ud hadir bersama Muhammad Luqman Hakim yang waktu itu memagang tugas sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Tebuireng.

Saya hadir ke acara itu bersama H Mustholah Maufur mewakili Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, atas perintah KH Abdullah Syukri Zarkasyi. Kami berangkat dari Gontor menggunakan kendaraan umum, naik bus dari Ponorogo ke Paiton.

Tiga hari dua malam kami mengikuti acara halaqah: mendengarkan pidato, mengikuti sarasehan, melaksanakan diskusi, dan membahas masalah-masalah pesantren. Intinya kita diajak untuk merumuskan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam masa depan yang ideal.  

Seusai acara, ketika kita saling berpamitan, KH Yusuf Hasyim yang juga sedang bersiap untuk pulang, sempat bertanya kepada kami yang dari Gontor.

“Pulang pakai apa? Dijemput atau bawa kendaraan sendiri?” Dengan jujur kami menjawab, “Kami pakai kendaraan umum, Pak. Insyaallah kami akan naik bus.”

Mendengar jawaban itu, KH Yusuf Hasyim lalu menawari kami untuk ikut bersamanya. Kebetulan mobilnya masih longgar untuk dua penumpang lagi. Akhirnya, dengan sedikit rasa sungkan tapi senang, kami ikut mobil Pak Ud sampai Jombang. Alhamdulillah.

Sebelum sampai di Jombang, kita sempat diajak mampir ke sebuah warung makan. Kita diajak makan sore bersama. Saya sebut makan sore karena hari belum malam. Pak Ud yang mentraktir kita semua. Dan di warung itulah, saya berkesempatan untuk duduk di samping beliau.

Saya sebenarnya malu menampilkan foto itu ke publik karena khawatir menimbulkan kesan kurang sopan. Betapa pun saya ini orang muda, dan bukan siapa-siapa, kok, beraninya duduk dan makan di samping Pak Ud yang mulia. Tapi, terus terang, kebaikan hati Pak Ud-lah yang membuat saya “berani” dan rela untuk duduk di tempat itu.

Di grup WA teman seangkatan di Gontor, saya coba meminta pendapat mereka tentang posisi saya dalam foto tersebut. Saya bertanya, “Apa hukum seorang muda duduk di samping dan makan semeja dengan KH Yusuf Hasyim yang mulia, sedangkan ia tidak pakai kopyah lagi?”

Lukman Hakim Saifuddin, mantan Menteri Agama RI yang juga teman seangkatan di Gontor, menjawab dengan enteng, “Hukumnya mubah mugholladhoh.”  

Anda tidak paham maksudnya? Syukurlah, karena itu memang bukan istilah baku dalam fikih. Ya, Allah. Ampunilah hamba-Mu jika hal ini sebuah kekhilafan.

Ya, Allah, berikanlah maghfirah, rahmat, dan tempat yang mulia di sisi-Mu, kepada orang-orang baik yang telah mendahului kami, termasuk KH Yusuf Hasyim, kiai-kiai kami, guru-guru kami, orangtua kami, juga teman-teman kami. Amien.***



Bagikan Artikel Ini
img-content
Agus Salim Syukran

Penulis Indonesiana

3 Pengikut

img-content

Ditraktir KH Yusuf Hasyim

Sabtu, 8 Februari 2025 16:15 WIB
img-content

Di Balik Euforia Perayaan Tahun Baru

Selasa, 31 Desember 2024 06:18 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler