Menakar Program Kewirausahaan Bupati Jombang Warsubi, Satu Dusun Satu Wirausaha

Minggu, 23 Februari 2025 09:10 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Bupati Jombang Warsubi saat menjalani retret di Magelang. Foto Dok Keluarga
Iklan

Jalan menghapus kemiskinan ekstrim dan disparitas sosial hanya dibutuhkan kewirausahaan

Oleh Pliplo Society

Secara definitif Warsubi sudah menjadi Bupati Jombang Jawa Timur. Setelah dilantik Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, (bukan Istana Negara, seperti saya kutip pada artikel sebelumnya), Kamis 20 Februari 2025.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masa kerja Bupati Warsubi akan berlangsung mulai 2025 – 2030. Sesuai Undang - undang (UU) Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

Saat ini Bupati Warsubi sedang menjalani retret di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, mulai 21-28 Februari 2025.

Setelahnya, Bupati Warsubi akan menjalankan tugasnya. Seabrek visi misi yang diusung, ketika pencalonan sebagai bupati pada Pilkada 2024. Mulai seragam sekolah dari SD – SMP gratis hingga Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) naik kelas. Tak kalah menarik bagi saya, Bupati Warsubi akan menciptakan satu dusun satu wirausaha.

Jika terealisasi, akan mengurangi pengangguran di Jombang. Kalau dihitung di Jombang ada 1.212 dusun dari 306 desa dan kelurahan. Tentu  akan muncul 1.212 wirausaha, selama Bupati Warsubi memimpin Jombang.

Hal ini akan mengurangi 0,34 % dari pengangguran di Jombang, yang pada 2024 kemarin mencapai 35.334 jiwa. Jadi pengangguran di Jombang tinggal  34.122 jiwa dalam hitungan saya.

Masyarakat Jombang, sangat berharap segera terwujud dengan janji Bupati Warsubi, saat pilkada. Mereka tak ingin mengulang cerita lama; hanya janji di saat membutuhkan suara rakyat.

Namun bagaimana implementasi terhadap penciptaan 1.212 wirausaha itu?

Kalau membaca penyelarasan visi, misi dan 8 program prioritas AstaCita, sebagai kolaborasi Jombang Maju dan Sejahtera. Menurut saya  masih sekadar pamflet atau tagline. Belum ada gambaran substansi implementatif pada masyarakat. Masih jauh api dari panggang sebagai penyelesai persoalan yang sedang melilit Kabupaten Jombang.

Karena sejauh ini belum ada kajian – kajian analisa oleh tim pada saat itu WarSa, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Jombang Warsubi – KH Salmanudin Yazid, tentang potensi dusun. Padahal kajian analisa untuk melihat sejauhmana potensi dusun, sangatlah penting. Supaya bidang garap yang akan dijalani wirausaha, sesuai potensi dusun, terimplementasi secara konkret. 

Soal kemiskinan ekstrim, misalnya, di Jombang mencapai 110,57 ribu jiwa, pada Maret 2024. Sebagaimana menjadi fokus kebijakan nasional. Sangat-lah mungkin akan terdampak dari penciptaan 1.212 wirausaha tersebut. Wirausaha yang dibangun di dusun-dusun, mampu memberikan nilai manfaat bagi 1.376,547 jiwa penduduk Jombang secara ekonomi.

Dan bisa dipastikan akan selaras dengan 8 Program Prioritas AstaCita, yang menghendaki terwujudnya sumberdaya manusia unggul dan berdaya saing. Termasuk di antarannya mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat harmoni sosial.

Dari sini bisa dipahami, bahwa wirausaha yang terbentuk bukan sebagai pengusaha. Dalam pengertian memiliki perbedaan sangat mencolok. Wirausaha yang tercipta, dalam mengelola potensi desa bisa dirasakan manfaatnya secara kolektif oleh masyarakat.

Menurut Agus Yulistiyono, dkk dalam buku Ekonomi Lanjutan (2022), wirausaha adalah individu atau kelompok yang mampu mencari serta memanfaatkan peluang usaha, dana, serta sumber daya untuk kegiatan usaha.

Sedangkan pengusaha adalah orang yang memilih untuk berbisnis karena bertujuan mencari serta mendapat keuntungan maksimum.

Dengan demikian, penempatan kata wirausaha dalam program tersebut sangat tepat. Dan Bupati Warsubi sendiri, berpengalaman sebagai pengusaha dan merupakan inspirasi pelaku UMKM Jombang. Tinggal meng-okestrasi calon wirausaha dengan potensi sumberdaya di dusun yang sudah terkaji secara analisa.

Tanpa kajian analisa, wirausaha yang dibangun akan gagal. Karena tidak memahami kebutuhan dan konteks yang tepat di dusun. Bisa jadi akan terjadi pemborosan sumber daya; pengelolaan anggaran cenderung korupstif. Dan terjadi ketidak-mampuan mengelola secara senergitas dengan stakeholder di Pemerintahan Kabupaten Jombang.

Calon Bupati Jombang menggelar kampanye di Kecamatan Sumobito Jombang, 13 November 2024. Foto Dok Pliplo Society

Membangun Ekonomi dari Bawah

Mangacu definisi wirausaha sendiri, merupakan role model individu yang bisa menjadi contoh bagi masyarakat, terutama dalam membangun usaha dusun. Artinya, wirausaha yang tercipta di sini adalah individu yang “wira” dalam arti sesungguhnya.

Bukan sekadar individu yang memiliki kemampuan dan keberanian saja. Tetapi individu yang juga memiliki karakteristik. Karena jalan membebaskan ekonomi dari kemiskinan ekstrim dan menghapus disparitas sosial hanya dibutuhkan kewirausahaan.

Dengan catatan, karena menyangkut kewirausahaan untuk mengembangkan potensi dusun, dibutuhkan seorang wirausaha yang lebih mementingkan masyarakat. Daripada kepentingan pribadi. Tentu dengan diimbangi secara individu, tidak dirugikan dari hasil kewirausahaan.

Wirausaha yang memiliki karakterisktik, yaitu memiliki kemampuan inovasi, kreatif, fleksibel dan mimilki kemampuan managemen. Dalam menciptakan dan mengelola potensi dusun.

Saya teringat ketika masih pencalonan, Bupati Warsubi pernah mengatakan di depan pendukungnya, Jombang ini daerah kaya raya. Segalanya ada; mulai perkebunan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan peternakan, kecuali laut (kelautan).

“Kalau ini tidak dikelola dengan baik akan menambah kemiskinan dan kesenjangan sosial. ...maka perlu diciptakan satu dusun satu wirausaha…, “.

Apa yang disampaikan Bupati Warsubi waktu itu, mengajak membangun perekonomian dari bawah (bottom-up growth). Kebalikan dari membangun perekonomian dari atas (trickle-down effect) yang tak pernah menjadi kenyataan, sekadar ilusi, serta memberi peluang teori ekonomi liberal kapitalistik yang membatasi peluang masyarakat golongan bawah untuk memperbaiki nasib.

Kebijakan Noneksploitatif

Bila berkaca Program One Village One Product (OVOP) yang dikembangkan Prof. Morihiko Hiramatsu, kepala daerah di Oita, Jepang. Satu dusun satu wirausaha yang merupakan semangat Bupati Warsubi, bisa dipastikan akan memiliki dampak cukup signifikan bagi masyarakat di 21 kecamatan di Kabupaten Jombang.

Pengalaman dari OVOP, sebelum program itu dilaksanakan, masyarakat desa di Oita memiliki pendapatan yang relatif rendah. Namun setelah program OVOP dilaksanakan, pendapatan masyarakat desa meningkat secara signifikan.

Program untuk mengembangkan industri kecil dan menengah (IKM) dan UKM itu, telah membawa harga jamur shitake kering di Oita, mencapai US$ 280/kg pada tahun 2009, yang merupakan harga yang sangat tinggi dibandingkan dengan harga mobil Toyota yang hanya US$ 19/kg.

OVOP sendiri pernah diadopsi di pemerintahan Susilo Bambang Yudhono (SBY) di tahun 2007. Dan melihat hasilnya, hingga sekarang, desa-desa yang menerapkan program OVOP masih bertahan mengelola desa dengan baik.

<--more-->

Hanya saja banyak desa yang tidak menerapkan program OVOP setelah lengsernya SBY digantikan Joko Widodo (Jokowi). Akibat kepentingan politik pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Dan perubahan Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa banyak menggantungkan bantuan dari pemerintah pusat melalui Dana Desa (DD).

Dalam pelaksanaannya, DD memunculkan efek negatif secara sosiologis. Karena desa tidak lagi mandiri dalam menggali sumber pendapatan asli desa. Kecenderungannya banyak mematikan inovasi pengembangan ekonomi asli desa.

Saya memiliki pengalaman, ketika mengunjungi Dusun Segajih Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Yogjakarta pada 23 - 28 April 2024. Saya mendapati warga dusunnya lebih mementingkan bekerja mengelola potensi desa. Daripada mengharap bantuan langsung tunai dari DD.  

Padahal sebelumnya, Dusun Segajih warga perempuannya banyak dikenal sebagai tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri. Karena upaya perangkat dusun dan tokoh dusun, yang juga melibatkan pemuda dusun. Menyulap Dusun Segajih menjadi Desa Wisata. Dan dusun ini pernah sebagai pemenang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

Warga dusun sendiri tak pernah menduga potensi desa yang mereka kelola. Memunculkan banyak wirausaha, mengelola kelapa menjadi gula semut. Dan diminati di pasar Eropa dan Amerika. Dalam tahun 2017 mencapai penghasilan hingga US$ 48.000 setara dengan Rp 648.000.000. Dan pada 2024 tercatat sudah mencapai Rp106 miliar. Jumlahnya hampir 50% dari target ekspor 2024, yakni sebanyak Rp220 miliar.

Dalam hal ini perlu dipelajari, bahwa untuk menciptakan satu dusun satu wirasusaha di Kabupaten Jombang. Wirausaha yang tercipta harus tahu, bahwa efisiensi menggali potensi desa bisa dilakukan dalam skala kecil yang terintegrasi ("economies of scope"). Bukan dengan cara "economies of scale", tertumpu pada skala besar, yang kecenderungannya mengeksploitasi lingkungan. ***

Lamongan, 23 Februari 2025

Referensi Bacaan:

  1. Perbedaan Pengusaha dan Wirausaha Kompas.com, 05 Januari 2023, Vanya Karunia Mulia Putri
  2. Semangat Kewirausahaan dan Demokrasi Ekonomi, CNBC Indonesia, 11 Februari 2025, Irman Gusman
  3. Konsep Dasar Pengembangan Produk Ungguran dengan Pendekatan One Village On Product (OVOP) di Indonesia, Petani Top Blog 2016
  4. Dinamika Dana Desa di Era Pemerintahan Jokowi, Kata Data, 4 Juli 2024, Trisno Yulianto

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler