halo\x1f64b\x200d\x2640\xfe0f, saya Kheiza siswi MA Citra Cendekia

Kisah Usman dan Harun: Pahlawan Tak Terlupakan dari Korps Komando Operasi (KKO)

Jumat, 21 Maret 2025 10:38 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Usman Janatin & Harun Said, prajurit KKO, menjalankan misi sabotase di Singapura (1965). Tertangkap & dihukum mati (1968)

Ketika membicarakan para pahlawan nasional Indonesia, nama Usman Janatin dan Harun Said selalu dikenang sebagai simbol keberanian dan pengorbanan. Mereka adalah prajurit Korps Komando Operasi (KKO) AL, sekarang dikenal sebagai Korps Marinir. Yang menjalankan misi berbahaya pada masa konfrontasi Indonesia-Malaysia.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Misi Rahasia di Tengah Konfrontasi

Pada tahun 1960-an, Indonesia dan Malaysia mengalami ketegangan politik yang dikenal sebagai Konfrontasi Indonesia-Malaysia (1963–1966). Presiden Soekarno menolak pembentukan Federasi Malaysia, yang dianggap sebagai proyek neokolonialisme. Untuk menekan Inggris dan Malaysia, Indonesia melancarkan operasi militer rahasia, salah satunya adalah Operasi Dwikora.

 

Sebagai bagian dari operasi ini, Usman dan Harun, bersama seorang rekan mereka, Gani bin Arup, ditugaskan untuk melakukan sabotase di Singapura, yang saat itu masih menjadi bagian dari Malaysia.

 

Pada 10 Maret 1965, mereka berhasil menyusup ke pusat kota Singapura dan menanam bahan peledak di McDonald House, sebuah gedung perkantoran di Orchard Road. Ledakan tersebut menyebabkan tiga warga sipil tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Setelah menjalankan misi, mereka berusaha melarikan diri tetapi tertangkap oleh otoritas Singapura.

 

Pengadilan dan Hukuman Mati

Singapura, yang saat itu berada di bawah pemerintahan Perdana Menteri Lee Kuan Yew, menolak mengakui Usman dan Harun sebagai prajurit resmi Indonesia, sehingga mereka diperlakukan sebagai penjahat sipil. Dalam persidangan, keduanya divonis hukuman mati dengan cara digantung pada 17 Oktober 1968.

 

Pemerintah Indonesia, termasuk Presiden Soeharto, telah berusaha melakukan diplomasi untuk meminta pengampunan, tetapi Singapura tetap menolak. Eksekusi ini sempat menimbulkan ketegangan antara Indonesia dan Singapura.

 

Penghormatan Sebagai Pahlawan Nasional

Setelah eksekusi, jenazah Usman dan Harun dipulangkan ke Indonesia dengan penghormatan militer penuh. Ribuan rakyat Indonesia menyambut kepulangan mereka dengan rasa haru dan bangga. Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada mereka berdua, dan nama mereka diabadikan dalam sejarah perjuangan bangsa.

 

Beberapa bentuk penghormatan kepada Usman dan Harun:

 

1. Nama mereka dijadikan nama kapal perang TNI AL, yaitu KRI Usman-Harun (359).

 

2. Makam mereka berada di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

 

3. Nama mereka diabadikan dalam berbagai jalan dan gedung di Indonesia; 

  • Jalan Prajurit KKO Usman-Harun di Jakarta Pusat 
  • Kompleks Perumahan dan Jalan Usman Harun di Jakarta Timur 
  • Kolam Renang Usman Harun di Cilandak 
  • Masjid Jannatin di Cilandak 
  • Monumen Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata
  • Tugu Usman-Harun di purbalingga

 

Warisan Perjuangan Usman dan Harun

Kisah Usman dan Harun bukan hanya tentang keberanian dalam perang, tetapi juga tentang loyalitas, pengorbanan, dan cinta tanah air. Meskipun eksekusi mereka menimbulkan polemik, bagi Indonesia, mereka tetaplah prajurit yang menjalankan tugas negara.

 

Hingga kini, hubungan Indonesia-Singapura telah membaik, tetapi kenangan tentang Usman dan Harun tetap hidup dalam sejarah dan hati rakyat Indonesia.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Kheiza Nazzila

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler