Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang menduduki bangku semester 2

Etika dalam Filsafat Absurd: Mencari Makna dalam Ketidakhadiran Makna

Jumat, 4 Juli 2025 10:23 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Untuk Menemukan Cinta dan Makna Hidup, Temukan Dulu Tujuan Anda
Iklan

Etika filsafat absurd membahas tentang bagaimana manusia mencari makna dan tujuan dalam kehidupan yang tampaknya tidak memiliki makna atau tujua

Pendahuluan

Filsafat absurd lahir dari kesadaran akan konflik mendasar antara pencarian manusia akan makna dan dunia yang tidak menawarkan makna apa pun secara objektif. Tokoh utama filsafat absurd, Albert Camus, mengembangkan gagasan ini dalam karya-karyanya seperti The Myth of Sisyphus dan The Rebel. Namun, jika hidup tidak memiliki makna yang melekat, lalu bagaimana manusia harus hidup? Inilah pertanyaan etis utama dalam filsafat absurd.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hakikat Absurditas

Menurut Camus, absurditas bukanlah kondisi dunia itu sendiri, melainkan hasil dari konfrontasi antara dua hal:

1. Kerinduan manusia akan kejelasan, makna, dan tujuan.

2. Dunia yang diam dan acuh terhadap kerinduan itu. Saat manusia menyadari bahwa alam semesta tidak memberikan jawaban, muncullah rasa absurditas. Namun, Camus menolak respons pesimis seperti bunuh diri fisik ataupun bunuh diri filosofis (melarikan diri ke agama atau dogma). Sebaliknya, dia menganjurkan penerimaan terhadap absurditas dan pemberontakan melawannya.

Etika Absurd: Hidup Tanpa Ilusi

Dalam dunia tanpa makna objektif, etika absurd tidak didasarkan pada aturan mutlak, hukum moral universal, atau wahyu ilahi. Sebaliknya, etika ini menekankan:

Kejujuran terhadap kondisi eksistensial manusia.

Kebebasan untuk menentukan jalan hidup sendiri tanpa ilusi.

Tanggung jawab terhadap tindakan pribadi, meskipun dunia tidak memberi penilaian akhir.

Etika absurd menolak fatalisme dan nihilisme pasif. Hidup dianggap layak dijalani bukan karena maknanya, tapi karena kebebasan dan pengalaman manusiawi yang bisa diperjuangkan.

Contoh Figur Etis dalam Filsafat Absurd

Salah satu metafora paling kuat dari Camus adalah Sisyphus, tokoh mitologis yang dikutuk untuk mendorong batu ke puncak gunung hanya agar batu itu menggelinding turun lagi. Bagi Camus, Sisyphus adalah lambang manusia absurd: sadar akan ketidakberartian tugasnya, namun tetap terus mendorong batu itu dengan sadar dan bebas.

Dalam The Rebel, Camus mengembangkan gagasan tentang etika perlawanan. Seorang “manusia pemberontak” tidak tunduk pada kezaliman, meskipun ia tahu bahwa perjuangannya tidak akan pernah menyempurnakan dunia. Etika di sini lahir dari solidaritas dan perlawanan terhadap ketidakadilan, bukan dari prinsip absolut.

Etika Tanpa Fondasi Transenden

Etika dalam filsafat absurd bersifat eksistensial, bukan normatif. Artinya: Tidak ada “benar” atau “salah” secara absolut.

Namun, bukan berarti semua tindakan dibenarkan.

Moralitas muncul dari komitmen pribadi, dari sikap pemberontakan terhadap absurditas, dan dari solidaritas dengan sesama manusia.

Camus percaya bahwa dalam keterbatasan dan penderitaan bersama, manusia bisa menciptakan nilai bersama — bukan sebagai hukum ilahi, tapi sebagai hasil empati dan pengalaman eksistensial.

Kesimpulan

Filsafat absurd menawarkan sebuah etika yang unik: etika tanpa kepastian, tetapi bukan tanpa tanggung jawab. Dalam dunia yang tidak memberikan makna, manusia bebas untuk memilih bagaimana hidup. Justru dalam ketidakhadiran makna mutlak, muncul panggilan etis: untuk hidup secara jujur, untuk memberontak dengan kesadaran, dan untuk menciptakan nilai dalam dunia yang sunyi.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Debby Debby Paramitha yudansyah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler