Percayakah Anda Menulis Resensi Bisa Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis?

Senin, 7 Juli 2025 14:24 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Jauhkan anak dari buku
Iklan

***

Pendahuluan

Kemampuan berpikir kritis kini menjadi salah satu tampilan yang paling dibutuhkan di era informasi. Ketika informasi beredar begitu cepat, pembaca dituntut untuk tidak hanya memahami isi bacaan, tetapi juga mampu mengevaluasi, membandingkan, dan menyaringnya secara mandiri. Dalam konteks ini, menulis resensi baik buku, filem, maupun karya seni lainnya bisa menjadi latihan efektif dalam mengembangkan daya pikir kritis, reflektif dan komunikatif.

Resensi adalah ulasan tahapan sebuah karya yang mencakup ringkasan isi, penilaian kritis, dan kesimpulan atau rekomendasi. Menurut Haqqi (2025), resensi yang berbeda dari ringkasan bisa karena di dalamnya terdapat evaluasi objektif yang didukung argumen. Maka dari itu, kegiatan menulis resensi sejarah tidak langsung membentuk membaca yang lebih aktif sadar terhadap makna dibalik sebuah karya.

Adapun pengertian resensi menurut buku Bahasa Indonesia Untuk Peguruan Tinggi. Resensi dipahami sebagai suatu bentuk karya tulis yang membahas suatu objek secara objektif. Kosasih (2019) menjelaskan resensi sebagai ulasan dan tinjauan atas suatu buku, karangan tulis, maupun karya lain, seperti film, pementasan, dan sebagainya. Tinjauan yang dimuat dalam resensi tersebut berkaitan dengan kualitas objek yang dibahas.

1. Menumbuhkan kebiasaan membaca mendalam

Salah satu manfaat utama dari resensi adalah mendorong pembaca untuk membaca secara cermat. Tidak cukup hanya mengetahui alur cerita atau Tema utama menulis resensi dituntut untuk memahami struktur, karakterisasi, gaya bahasa, dan bahkan konteks sosial kultural yang melatarbelakangi kaya raya tersebut.

Contohnya, saat menulis resensi novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Saadawi, pembaca akan terdorong mendalam tema emansipasi perempuan dan sistem patriarki dalam masyarakat Mesir. Ini bukan hanya soal cerita, tetapi juga tentang bagaimana simbol-simbol dipakai, bagaimana tokoh-tokoh perempuan diposisikan, dan apa pesan sosialnya.

Menurut jurnal Omawa (2024) membaca dengan tujuan menulis resensi membuat mahasiswa lebih fokus dan kritis dalam mengidentifikasi makna-makna tersirat, sehingga kualitas pemahamannya jauh lebih dalam dibandingkan membaca biasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

2. Melatih kemampuan menyusun argumen logis

Resensi juga melatih keterampilan menyampaikan pendapat secara sistematis. Penulis resensi perlu menilai suatu karya misalnya: "Apakah alur novel ini realistis?", "Apakah tokohnya berkembang?" Lalu menyampaikan jawaban dengan argumentasi yang logis dan didukung bukti.

Misalnya, dalam meresensi film Imitation Game, penulis dapat menilai bahwa karakter Allan touring berhasil divisualisasikan dengan baik karena dialog dan gestur aktor mampu mengembangkan pergolakan emosi dan tekanan sosial. Ini harus dijelaskan, bukan hanya diklaim.

Jurnal JIE (2023) menekankan bahwa menulis resensi membuat mahasiswa terbiasa menyampaikan kritik tanpa jauh pada subjektivitas berlebihan, karena resensi mengandalkan argumen rasional dan contoh konkret.

3. Memperkuat kesadaran konteks sosial dan budaya

Karya yang diresensi seringkali mencerminkan kondisi sosial budaya tertentu. Karena itu, meresensi sebuah karya juga berarti membaca realitas sosial yang dikandungnya. Ini melatih kepekaan sosial dan kemampuan reflektif pembaca.

Sebagai contoh, novel Laut Bercarita karya Laila S. Chudori banyak diangkat dalam resensi karena menggambarkan tragedi penculikan aktivis tahun 1998. Saat menulis resensinya, seseorang akan menerangkan ulang isu HAM, keberanian dan trauma keluarga korban.

Resensi tidak hanya memperkuat literasi sastra, tetapi juga membentuk sikap kritis terhadap realitas. Seperti dikemukakan Nasution (2022), pembaca yang menulis resensi lebih peka terhadap isu-isu seperti ketimpangan sosial ketidakadilan gender dan marginalisasi kelompok tertentu.

4. Meningkatkan kepercayaan diri dalam menulis

Banyak mahasiswa merasa canggung menulis essay atau artikel opini. Namun, menulis resensi adalah titik awal yang bagus karena strukturnya lebih fleksibel, tetapi tetap menuntut pemikiran kritis. Menurut jurnal Edukasi dan Humaniora (Nasution, 2022), mahasiswa yang rutin menulis resensi mengalami peningkatan dalam hal rasa percaya diri saat mengapresiasikan gagasan secara tertulis.

Dengan kata lain, resensi adalah jembatan antara kemampuan literasi akademik dan ekspresi personal. Ketika seseorang menulis resensi dan melihat tulisan yang dihargai atau dibaca orang lain ia akan merasa lebih percaya diri untuk terus menulis.

5. Menumpuk budaya literasi dan berbagai pengetahuan

Selain bermanfaat bagi penulis resensi juga berguna bagi pembaca lain. Resensi bisa membantu seseorang memutuskan apa sebuah buku layak dibaca atau mengunggah perspektif Baru terhadap karya yang sama. Maka, resensi adalah bentuk kontribusi pada ekosistem literasi.

Di era media sosial banyak platform seperti Goodreads, Kompasiana, Indosiana, dan Kumparan yang menyediakan ruang publik untuk menulis dan membaca referensi. Di sinilah resensi berperan dalam menciptakan budaya membaca dan berpikir kritis di tengah masyarakat.

Dalam sebuah artikel edukatif [ApaDanKenapa.com.] (https://www.apadankenapa.com/2025/02/apa-itu-resensi-panduan-lengkap.html), disebutkan bahwa resensi mampu " menghidupkan dialog" antara penulis dan membaca, dan membuka ruang diskusi literasi yang sehat dan edukatif.

6. Memadukan aspek ilmiah dan populer Dalam tulisannya

Salah satu ciri resensi yang menarik adalah kemampuan menjembatani antara bahasa akademik dan bahasa populer. Ia tidak serius artikel ilmiah jurnal tetapi juga tidak Sebebas status media sosial. Oleh karena itu, menulis resensi mengasah kepekaan terhadap gaya penulisan yang tepat untuk khalayak umum namun tetap mendalam secara isi.

Ini penting, khususnya bagi mahasiswa, guru, atau penulis pemula yang ingin masuk ke dunia penulisan populer, opini media, atau kontan edukatif.

Kesimpulan

Nulis resensi bukan hanya sekedar tugas kampus atau kewajiban pelajaran bahasa Indonesia. Ia adalah latihan komprehensif yang melibatkan pemahaman mendalam kemampuan menyusun argumen dan kecakapan komunikasi tertulis. Melalui resensi, kita: Dilatih membaca secara kritis dan kontekstual. Mampu menyusun opini yang logis dan berbobot. Menjadi lebih peka terhadap isu sosial dan budaya. Meningkatkan kemampuan menulis dan percaya diri. Berkontribusi pada budaya literasi masyarakat. Dalam semua manfaat tersebut menulis resensi adalah kebiasaan yang layak diperhatikan, baik sebagai sarana refleksi pribadi maupun kontribusi intelektual kepada publik.

Daftar Pustaka

  1. HaqqiPublisher. (2025). Cara Meresensi Buku Akademik: Panduan Lengkap.
    https://haqqipublisher.com/cara-meresensi-buku-akademik-panduan-lengkap/
  2. ApaDanKenapa.com. (2025). Apa itu Resensi? Panduan Lengkap tentang Struktur dan Tujuan Resensi. https://www.apadankenapa.com/2025/02/apa-itu-resensi-panduan-lengkap.html
  3. Buku Bahasa Indonesia Untuk Perguruan tinggi, tentang pengertian Resensi.
  4. Onoma Journal. (2024). Membangun Budaya Literasi Mahasiswa Melalui Meresensi Buku.https://e-journal.my.id/onoma/article/download/2052/1565
  5. Jurnal Ilmu Edukasi (JIE). (2023). Pengaruh Menulis Resensi terhadap Kemampuan Argumentasi Mahasiswa.
     https://ejournal.unaja.ac.id/index.php/JIE/article/download/652/492
  6. Nasution, D. (2022). Resensi sebagai Media Literasi dalam Pendidikan Abad 21. Jurnal Edukasi dan Humaniora, 7(3), 45–59.
    https://journal.unimed.ac.id/2012/index.php/jedu/article/view/30123
  7. Dini Maulida Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah A.R.Fachrudin

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler