Janji Manis Reformasi Hukum dan Pemberantasan Koprusi

Kamis, 10 Juli 2025 08:25 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Koruptor
Iklan

Setiap ganti pemerintahan, atau setiap kali ada kasus besar, pasti yang digembar-gemborkan adalah reformasi hukum.

***

Indonesia ini, soal hukum dan korupsi itu kayak benang kusut yang selalu jadi obrolan hangat. Dari dulu sampai sekarang, kita selalu berharap hukum bisa lebih tegak dan korupsi bisa diberantas habis. Tapi, kenyataannya? Perjalanan kita masih panjang banget. Ada harapan, tapi juga banyak realita yang kadang bikin kita capek sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Janji Manis Reformasi Hukum

Setiap ganti pemerintahan, atau setiap kali ada kasus besar, pasti yang digembar-gemborkan adalah reformasi hukum. Katanya sih, tujuannya biar hukum kita adil, nggak pandang bulu, dan bisa dipercaya. Berbagai aturan baru coba dibikin, lembaga-lembaga penegak hukum didorong biar makin profesional.

Misalnya, kita sering dengar soal penyederhanaan birokrasi di pengadilan biar prosesnya cepat, atau digitalisasi layanan hukum. Itu semua tujuannya bagus, biar masyarakat gampang akses keadilan dan nggak perlu lagi berurusan sama calo atau praktik suap yang bikin muntah. Intinya, kita semua pengen hukum itu bener-bener jadi panglima, bukan cuma pajangan.

Korupsi: Penyakit Kronis yang Susah Sembuhnya
Nah, ini dia nih musuh bebuyutan kita: korupsi. Mau itu kelas kakap yang triliunan, sampai recehan di meja-meja pelayanan publik. Korupsi ini bukan cuma soal duit yang dicuri, tapi juga merusak kepercayaan publik, bikin pembangunan jadi lambat, dan menciptakan ketimpangan yang makin parah.

Upaya memberantas korupsi juga udah banyak banget. Ada KPK yang kerja keras, polisi, kejaksaan, sampai badan pengawas lainnya. Penangkapan demi penangkapan sering kita dengar, tapi entah kenapa, korupsi ini kayak nggak ada habisnya. Ada aja celah baru, ada aja modusnya. Kadang kita mikir, apa memang ini sudah mendarah daging di beberapa oknum?

Antara Harapan dan Realita: Kenapa Masih Berat?
Disinilah letak "antara harapan dan realita"-nya. Kita berharap reformasi hukum bisa jadi senjata ampuh lawan korupsi, tapi kenyataannya:

Regulasi Tumpang Tindih: Kadang aturan baru yang dibikin malah tumpang tindih sama aturan lama, bikin bingung dan gampang dicari celahnya.

Oknum Nakal Masih Bertebaran: Ibarat rumput liar, meski satu dicabut, yang lain tumbuh lagi. Ada aja oknum di lembaga hukum atau pemerintahan yang masih doyan "main belakang".

Intervensi Politik, Ini juga sering jadi PR besar. Proses hukum bisa terintervensi kepentingan politik, bikin kasus jadi mandek atau putusannya nggak sesuai harapan.

Kepercayaan Publik yang Rapuh, Karena sering melihat kasus-kasus yang "aneh" atau penanganan yang lambat, masyarakat jadi skeptis. Kepercayaan itu mahal dan gampang rapuh. Kalau sudah nggak percaya, mau ada reformasi sehebat apapun, orang tetap curiga.

Mentalitas, Korupsi itu bukan cuma soal sistem, tapi juga mentalitas. Selama masih ada yang mau menyuap dan disuap, selama masih ada yang menghalalkan segala cara, memberantasnya akan jadi sangat sulit.

Intinya, reformasi hukum dan pemberantasan korupsi itu bukan sprint, tapi maraton. Ada harapan yang harus terus dijaga, dan realita pahit yang harus dihadapi dengan strategi jitu. Kita semua punya peran, sekecil apapun, untuk memastikan hukum benar-benar tegak dan Indonesia bersih dari korupsi.

Bagikan Artikel Ini
img-content
falza Nurhaliza caca

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler