Jurnalis Publik Dan Pojok Desa.

Instrumen Sejarah Merancang Masa Depan Karakter Bangsa Bersama Anhar Gonggong

Senin, 21 Juli 2025 13:28 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Anhar Gonggong. TEMPO/Yosep Arkian
Iklan

Prof. Dr. Anhar Gonggong hadir sebagai sosok sejarawan yang tidak hanya mengkaji masa lalu, tetapi juga menempatkan sejarah sebagai instrumen

Apa Kabar Indonesia dan Seluruh Rakyatnya? (Anhar Gonggong)

Dalam lanskap intelektual Indonesia kontemporer, Prof. Dr. Anhar Gonggong hadir sebagai sosok sejarawan yang tidak hanya mengkaji masa lalu, tetapi juga menempatkan sejarah sebagai instrumen strategis untuk merancang masa depan karakter bangsa. Lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan pada 14 Agustus 1943, perjalanan intelektualnya dari Universitas Gadjah Mada, Universiteit Leiden hingga meraih doktor dari Universitas Indonesia pada 1990, membentuk perspektif holistik tentang peran sejarah dalam pembangunan karakter nasional.

Konsep "Panggung Sejarah" yang dikembangkan Prof. Anhar Gonggong merepresentasikan paradigma baru dalam historiografi Indonesia, di mana sejarah tidak lagi dipandang sebagai catatan statis peristiwa masa lalu, melainkan sebagai arena dinamis pembelajaran etis. Dalam konteks ini, sejarah menjadi "panggung" tempat bangsa Indonesia dapat merefleksikan nilai-nilai luhur, mengambil hikmah dari pengalaman, dan merancang strategi pembangunan karakter untuk generasi mendatang. Pendekatan ini sejalan dengan kontribusinya dalam "Panggung Sejarah: Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard" (1999), yang menunjukkan apresiasi terhadap studi lintas budaya dan pendekatan multidisipliner dalam historiografi.

Dimensi maritim dan kosmopolitan dalam pemikiran Prof. Anhar Gonggong tercermin melalui kajiannya tentang Nusantara dan jalur sutra perdagangan, yang memposisikan Indonesia bukan sebagai entitas terisolasi, melainkan sebagai bagian integral dari jaringan peradaban global. Perspektif ini memberikan fondasi historis yang kuat bagi pembentukan karakter bangsa yang terbuka namun tetap berpegang pada nilai-nilai luhur. Sebagaimana yang beliau tekankan, "pendidikan merupakan hal yang sangat penting, kunci utama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat sebuah bangsa," dan arah pendidikan tersebut harus jelas serta terarah untuk menghasilkan generasi yang berkarakter.

Keprihatinan Prof. Anhar Gonggong terhadap tantangan kontemporer, khususnya dampak teknologi pada generasi muda, menunjukkan relevansi konsep "Panggung Sejarah" dalam menghadapi isu-isu modern. Kritiknya terhadap penggunaan teknologi tanpa batas pada anak-anak, dengan merujuk pada kebijakan Australia yang membatasi akses handphone untuk anak di bawah 10 tahun, menunjukkan bagaimana pembelajaran dari pengalaman negara lain dapat dijadikan referensi dalam merancang kebijakan yang melindungi karakter generasi penerus. Dalam pandangannya, "sejarah kita jadikan sebagai sesuatu alat untuk melihat masa depan," yang mengindikasikan fungsi prediktif dan preskriptif sejarah dalam pengambilan keputusan strategis.

Pendekatan etis dalam pendidikan yang ditekankan Prof. Anhar Gonggong tidak hanya berkaitan dengan transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan integritas personal. Beliau menegaskan bahwa pendidik harus "menunjukkan karakter karakternya kepada murid-muridnya" dengan kejujuran sebagai fondasi utama. Konsep ini menggarisbawahi bahwa pembangunan karakter bangsa dimulai dari level individual, khususnya dalam relasi guru-murid, yang kemudian meluas menjadi kultur sosial yang lebih besar. Kejujuran, dalam konteks ini, bukan sekadar nilai moral abstrak, tetapi praktik konkret yang harus didemonstrasikan dalam setiap aspek kehidupan pendidikan.

Visi Prof. Anhar Gonggong tentang "Proses ber-Indonesia diciptakan oleh tiga golongan: orang-orang muda, orang-orang cerdas, dan orang-orang tercerahkan" memberikan kerangka kerja untuk memahami dinamika pembentukan identitas nasional yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, sejarah tidak hanya mengkaji bagaimana Indonesia terbentuk di masa lalu, tetapi juga bagaimana proses "ber-Indonesia" terus berlanjut melalui kontribusi generasi muda yang cerdas dan tercerahkan. Pemahaman ini menjadi krusial dalam era globalisasi, di mana tantangan terhadap identitas nasional semakin kompleks dan memerlukan respons yang bijaksana berdasarkan pembelajaran historis.

Kontribusi Prof. Anhar Gonggong dalam diskurs intelektual Indonesia, baik melalui karya akademis maupun dialog publik, menunjukkan komitmen terhadap demokratisasi pengetahuan sejarah. Kolaborasinya dengan berbagai kalangan, dari akademisi seperti Prof. Salim Said hingga aktivis LSM, menunjukkan pemahaman bahwa pembangunan karakter bangsa memerlukan sinergi multisektoral. Pendekatan ini sejalan dengan konsep "membumikan pendidikan politik rakyat" yang beliau sampaikan, di mana sejarah menjadi instrumen untuk membangun kesadaran kritis dan partisipasi demokratis.

Dalam era digital dan globalisasi saat ini, relevansi pemikiran Prof. Anhar Gonggong tentang sejarah sebagai instrumen merancang masa depan karakter bangsa semakin terasa. Kemampuan untuk mengintegrasikan pembelajaran historis dengan tantangan kontemporer, seperti yang ditunjukkan dalam keprihatinannya terhadap teknologi dan perlindungan anak, memberikan model bagi pendekatan holistik dalam pendidikan karakter. Konsep "Panggung Sejarah" dengan demikian bukan hanya paradigma akademis, tetapi juga blueprint praktis untuk membangun Indonesia yang berkarakter, cerdas, dan beretika di masa depan.


Referensi:

  1. Chambert-Loir, Henri & Hasan Muarif Ambary (eds.). Panggung Sejarah: Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard. Jakarta: Ecole Française d'Extrême-Orient & Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Yayasan Obor Indonesia, 1999.

  2. "Apa Kabar Indonesia dan Seluruh Rakyatnya? (Anhar Gonggong)." YouTube, https://youtu.be/PBanqWK3j60?si=aVJUwD2TAJhWDO8v

  3. Iklan
    Scroll Untuk Melanjutkan

    Data biografis Prof. Dr. Anhar Gonggong dari berbagai sumber akademis dan wawancara publik.

  4. Diskusi dan presentasi Prof. Anhar Gonggong tentang "Nilai-Nilai Luhur Sejarah Bangsa: Fondasi Bela Negara untuk Generasi Muda."

Bagikan Artikel Ini
img-content
Kontributor Pojok Desa

Penulis Indonesiana

2 Pengikut

img-content

Parau

Senin, 1 September 2025 14:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler