Jurnalis Publik Dan Pojok Desa.

Mama I’m Coming Home. 

Jumat, 1 Agustus 2025 07:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Facts About Earth
Iklan

Jenazahnya melewati batas di atas tepi lubang waktu, mereka mengantarkannya untuk di kuburkan. Tanah, itu telah menjadi ibu baginya.

Mama, I'm Coming Home - song and lyrics by Julyo | Spotify

Mama I’m Coming Home. 

- Cerpen , 

Ahmad Wansa Al-faiz, Pengarang GEOTIMES

Oleh : Ahmad Wansa Al-faiz. 

Jenazahnya melewati batas di atas tepi lubang waktu, mereka mengantarkannya untuk di kuburkan. Tanah, itu telah menjadi ibu baginya. Memberinya segala kebutuhan, dengan menumbuhkan semangat yang patriotik, sementara jurang tantangannya adalah chauvenisme. Dan, dengan do’a dan embun pagi yang berteman dengan dingin yang menusuk, jelang dini hari, atau tepat dini hari dia telah meninggalkan kami semua dalam tidur dan pewarisan dimensi spiritualnya. 

 

“Hilang bagai, lenyap tanpa pertanda”.  

 

Persaudaraan ? Percintaan ? “apa yang kau pikirkan sebagai makna dari itu semua?”  

 

Kita selalu terpisah dari asal mula saat sesuatu kita terima sebagai pemberian. Mungkin aku terlalu bicara, terkadang menyoal maternal sebagai suatu sistem politik dari governence, tidak ada sosok yang dapat tumbuh tanpa media kepastian dari sosok dan konfigurasi materialnya. Ya, tentu saja tanah itu adalah ibu baginya, bagi sesuatu yang sangat tergambar jelas sebagai pertemanan. Menanami, pemberontakan terhadap relasi-relasi, emosional, dan seolah ingin membuktikan netralitas hingga saatnya, dia benar-benar kembali sebagai suatu yang “kosong” yang ditelan kehampaan.

Dalam manifestasi-manifestasi implemetasinya terhadap nilai dan budaya, serta tradisi tanpa batas. Dan, semua batas kisah yang di politisir atas kepercayaan terhadap malin kundang. Dan, atas pengkultusan terhadap wanita melebihi kenabian ? agama sebagai nilai dan bangsa dan negara ?

Dan aku sangat mengkhawatirkan darahku tumpah dalam bias persoalan tersebut sebagai dampak sejarah yang tak selalu dapat dipahami sebagai validitas yang hanya mungkin disentuh interprestasinya dalam sarana tafsir-tafsir posistif. Dan apakah ini adalah bentuk dialektika waktu yang mengembalikan makna awal atas kegagalannya, “aku tidak begitu yakin”, pesimistik dan skeptik selalu menghantui pengetahuan sebagai rasa ketidak –tahuan dan keraguan selalu presefsial sebagai bentuk a priori.  

Hantu gentayangannya, yang menampakkan sistem ego-sentrisme, oleh sebab swadaya statisnya, seperti hendak meruntuhkan semua tulang tengkorak kepalaku dan bahkan meremukkannya dalam satu aksi.  

 

Masih berlanjut dengan sebuah stimulasi dari koding bahasa para sekutunya.  meletakan dalam kuburnya sebuah benda. Membuat asumsi di kepala bahwa dai memang tidak diterima oleh bumi ?  
Dan tanah itu bukan lagi ibu baginya ? - memang rasuh rasa ini menggeliat dalam tubuhku. Dia tidak kembali sejak dahulu, untuk pulang ke kampung halamannya, dan baginya seluruh tanah di bumi ini adalah ibu baginya. Dia pergi sebagai eksodus dari keadaan political constelation, over-drafing dari keadaan dan kondisi kultural yang menuntut baginya kesempurnaan dalam segala hal. Dan, ada bias dalam relasi, kekeluargaan belum tentu berarti sebagai makna harfiah dari kebenaran nilai yang berada dalam koridor rigor “gaya hidup yang sehat” diskrimanisi dan ploitisasi atas asas, bahwa integritas kesatuan dalam makna kekeluargaan, jelas sekali termporal, ujarnya. Sebab, para pengkhianat harus di hukum dalam nyala siksaan bukan karena alasan kekejaman, tapi merugikan kehidupan makhluk hidup lain adalah suatu yang lebih dari persolan kejam, atau tak manusiawi, dan semua beragama, atau tidak memahami perihal tersebut.  

 

Dengan, sarung dan setelah dibangunkan, dari tidur yang setengah terlelap, aku menjemput jasadnya ke rumah kediaman kami. Lalu, melakukan prosesi ritual sakral jenazah dibantu oleh warga sekitar.  

Dan, aku tidak tahu makna dibalik kekososngannya itu, kecuali sesaat setelah waktu yang lama aku berpikir mungkin ungkapan ini senanda dengan raut muka, dan air ekspresi wajahnya, ya, “Mama I’m Coming Home” simpul yang bersamaan dengan transformasi nilai transisional,   oelh Ozzy Osborne, dalam liriknya lagunya yang berjudul dengan ungkapan dalam kisah ini, ya, “Mama I’m Coming Home”, tanah itu adalah maternal sistem dari semua feminimisme dan ke-ibuan, dan kedurhakaan pada bumi adalah semacam kutukan dalam halusinasi dan ilusi, dia menumbuhkan jiwa syukurmu kepada tuhan. Dan, kenapa engkau tidak kembali kepadanya ? Dan yang menyakitkan semua orang engkau membabatnya untuk kepentinganmu sendiri. Atas dasar kekayaan tanah ini ? Semua yang tumbuh di atasnya dan sebagai suatu pengasuhan bagi manusia oleh tuhan yang maha Esa.  

 

Dan, aku tidak tahu makna dibalik kekososngannya itu, kecuali sesaat setelah waktu yang lama aku berpikir mungkin ungkapan ini senanda dengan raut muka, dan air ekspresi wajahnya, ya, “Mama I’m Coming Home” simpul yang bersamaan dengan transformasi nilai transisional,   oelh Ozzy Osborne, dalam liriknya lagunya yang berjudul dengan ungkapan dalam kisah ini, ya, “Mama I’m Coming Home”, tanah itu adalah maternal sistem dari semua feminimisme dan ke-ibuan, dan kedurhakaan pada bumi adalah semacam kutukan dalam halusinasi dan ilusi, dia menumbuhkan jiwa syukurmu kepada tuhan. Dan mungkin semua orang yang mengikngkari tanah ini ? 

Dan memaksa maternal, dari kesempitan, atas martabat seorang manusia dalam bentuk apa pun untuk mencemooh, menghina, merendahkan, yang bukan personal, melainkan nilai ilahiah. Karena, sesorang merasa dirinya sangat sakral, dan melebihi manusia yang lain, atau orang lain. 
- carilah kehidupanmu di luar bumi ini atau ciptaan-Nya.  

 

Ahmad Wansa Al-faiz,  

Bandar lampung, 1 Agustus 2025. 

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagikan Artikel Ini
img-content
Kontributor Pojok Desa

Penulis Indonesiana

2 Pengikut

img-content

Parau

Senin, 1 September 2025 14:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

Lihat semua