Polusi Udara dan Ancaman Sistem Pernapasan Manusia

7 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Polusi Udara dan Ancaman Tersembunyi bagi Sistem Pernapasan Manusia
Iklan

Polusi Udara dan Ancaman Tersembunyi bagi Sistem Pernapasan Manusia.

Wacana ini ditulis oleh Annisa Ardianti Br Tarigan, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

“Setiap pagi saya harus menutup jendela rapat-rapat. Kalau tidak, anak saya yang punya asma langsung batuk dan sesak,” tutur seorang ibu rumah tangga di Jakarta Timur saat diwawancarai mengenai dampak polusi udara pada keluarganya. Kesaksian sederhana ini menggambarkan realitas yang kini dihadapi masyarakat urban: udara yang seharusnya menjadi sumber kehidupan justru berubah menjadi ancaman tak kasat mata bagi kesehatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemajuan teknologi modern, dengan segala manfaatnya bagi industri dan transportasi, telah membawa dampak yang tidak bisa diabaikan. Polusi udara yang berasal dari asap kendaraan, pabrik, hingga pembakaran bahan bakar fosil, kini menjadi salah satu faktor risiko kesehatan paling berbahaya di dunia. Tidak berhenti di situ, hilangnya ruang hijau akibat alih fungsi lahan memperparah kualitas udara karena berkurangnya pepohonan yang sejatinya berfungsi sebagai penyaring alami.

Polusi udara sendiri didefinisikan sebagai kondisi tercemarnya udara oleh partikel-partikel halus, zat kimia, maupun polutan berbahaya lainnya. Dampaknya sangat erat dengan penyakit pernapasan. Studi menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi dapat memicu asma, meningkatkan risiko bronkitis kronis, serta memperburuk infeksi saluran pernapasan (Kemenkes RI, 2023). Sebuah penelitian global bahkan memperkirakan sekitar 9 juta kematian dini setiap tahun disebabkan oleh polusi udara, baik dari dalam maupun luar ruangan (WHO, 2024).

Asma, misalnya, kerap memburuk ketika seseorang terpapar partikel polutan yang merangsang dan mengiritasi saluran napas. Tidak jarang serangan asma menjadi lebih sering dan parah pada mereka yang tinggal di kawasan dengan indeks polusi tinggi. Sementara itu, paparan polutan secara terus-menerus dapat mengakibatkan peradangan dan kerusakan paru-paru, yang kemudian berkembang menjadi bronkitis kronis. Bahkan, daya tahan tubuh pun ikut melemah sehingga infeksi saluran pernapasan atas lebih mudah muncul, lebih lama sembuh, dan menimbulkan komplikasi serius.

Selain penyakit pernapasan, kandungan zat berbahaya dalam polusi udara menimbulkan risiko yang lebih kompleks. Nitrogen dioksida (NO₂), hasil dari pembakaran bahan bakar, dapat menyebabkan peradangan paru dan meningkatkan risiko bronkitis pada anak maupun dewasa. Unsur-unsur partikel halus seperti sulfat, nitrat, dan debu mineral, bila terhirup terus-menerus, berhubungan erat dengan kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular (WHO, 2024). Gas ozon yang biasanya dipahami sebagai pelindung bumi justru menjadi berbahaya ketika terkandung di udara pada permukaan, karena mampu memicu sesak napas dan serangan asma. Sementara itu, sulfur dioksida (SO₂) dari pembakaran batu bara dapat menyebabkan batuk berdahak dan sesak napas, sedangkan benzena yang banyak ditemukan pada asap kendaraan dan rokok terbukti berpotensi memicu anemia, kanker paru-paru, hingga kanker darah.

Menghadapi kondisi ini, langkah pencegahan mutlak diperlukan. Pemantauan kualitas udara melalui aplikasi resmi seperti milik BMKG dapat membantu masyarakat menyesuaikan aktivitas luar ruang. Penggunaan masker kini bukan hanya pelindung dari virus, tetapi juga dari partikel halus yang merusak paru-paru. Menghindari asap rokok, membatasi paparan di kawasan industri, dan menjaga pola hidup sehat dengan asupan gizi, olahraga, serta konsumsi vitamin, menjadi strategi penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Menanam pohon di rumah maupun lingkungan sekitar juga menjadi langkah sederhana namun signifikan dalam memperbaiki kualitas udara.

Bahaya polusi udara bukanlah sekadar isu lingkungan, melainkan masalah kesehatan publik yang harus ditangani secara kolektif. Masyarakat, pemerintah, dan dunia internasional perlu bekerja sama untuk mengurangi emisi, meningkatkan ruang hijau, serta memperketat regulasi terhadap bahan kimia berbahaya. Sebab udara yang bersih bukan hanya hak, melainkan juga kebutuhan dasar yang menentukan keberlangsungan hidup manusia.

Kesimpulannya, polusi udara telah menjadi ancaman nyata bagi kesehatan pernapasan dan kehidupan manusia secara luas. Setiap individu memang tidak memiliki kendali penuh atas kualitas udara luar ruangan, tetapi perubahan kecil dalam gaya hidup dapat menurunkan risiko penyakit. Dengan meningkatkan kesadaran, mengambil langkah pencegahan, dan mendukung kebijakan publik yang pro-lingkungan, kita dapat bergerak menuju masa depan di mana bernapas dengan lega bukan lagi menjadi kemewahan, melainkan keniscayaan.

Corresponding author: Sarah Aisyah Agusti ([email protected] )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler